Studi: Kekerasan yang Terjadi di Masa Kecil Akan Terus Berdampak hingga Dewasa

ADVERTISEMENT

Studi: Kekerasan yang Terjadi di Masa Kecil Akan Terus Berdampak hingga Dewasa

Devita Savitri - detikEdu
Sabtu, 01 Jun 2024 20:00 WIB
Ilustrasi kekerasan pada anak
Foto: Getty Images/iStockphoto/takasuu
Jakarta -

Tidak bisa diabaikan, kekerasan yang terjadi pada masa anak-anak ternyata bisa berdampak pada seseorang hingga ia dewasa. Hal tersebut ditemukan melalui studi yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Cambridge dan Universitas Leiden.

Studi yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Science (PNAS) itu menjelaskan bila otak orang dewasa terus dipengaruhi oleh kejadian traumatis di masa kecil mereka. Baik itu penganiayaan fisik dan emosional, pelecehan seksual, penelantaran, serta peristiwa traumatis lainnya.

Sofia Orellana, mahasiswa PhD di Departemen Psikiatri Universitas Cambridge mengatakan orang dewasa yang mengalami pelecehan atau penelantaran saat masih anak-anak bisa terus mengalami kesehatan mental. Lebih parah ditemukan kecenderungan masalah obesitas, diabetes, hingga penyakit jantung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selama beberapa waktu orang yang mengalami pelecehan pada masa kecil dapat mengalami masalah kesehatan mental hingga dewasa. Pengalaman mereka juga dapat menyebabkan masalah jangka panjang pada otak, sistem kekebalan tubuh, dan sistem metabolisme yang akhirnya mengontrol kesehatan jantung atau kecenderungan masalah diabetes lainnya," kata Sofia dikutip dari laman Universitas Cambridge.

Hubungan Pengalaman Buruk dan Gangguan Kesehatan Otak

ADVERTISEMENT

Meski diketahui dampak yang bisa terjadi karena trauma masa kecil, Sofia dan rekan penelitianya belum mengetahui secara pasti bagaimana pengalaman buruk bisa berhubungan dengan timbulnya masalah penyakit otak serta tubuh lainnya.

Untuk menjawab hal tersebut ia melakukan pemeriksaan pemindaian otak atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) kepada 21 ribu orang dewasa berusia 40-70 tahun di UK Biobank. Data ini diperkuat dengan informasi tentang indeks massa tubuh (indikator kesehatan metabolisme), C-Reactive Protein (CRP) sebuah indikator peradangan darah dan catatan cerita pengalaman penganiayaan di masa anak-anak setiap responden.

Data yang diperoleh diolah menggunakan jenis pemodelan statistik. Hasil penelitian awal menunjukkan bila individu dengan riwayat penganiayaan cenderung menunjukkan tanda-tanda disfungsi pada sistem kekebalan tubuh mereka.

Disfungsi ini menurut peneliti merupakan faktor utama obesitas bisa menimpa mereka. Lebih lanjut, peneliti memperluas model mereka dengan memasukkan data pengukuran MRI pada otak orang dewasa.

Hasilnya ditemukan bila ketebalan dan volume otak individu yang mengalami kekerasan menurun saat mereka dewasa. Perubahan struktur otak ini menyebabkan beberapa kerusakan pada sel-sel otak sehingga mempengaruhi cara kerja dan fungsinya.

Selain itu, rusaknya sel-sel otak ternyata juga terkait dengan indeks massa tubuh membesar (menyebabkan obesitas), peradangan darah, dan trauma yang tak kunjung usai.

Para peneliti meyakini bila masih banyak yang harus dilakukan untuk memahami bagaimana efek ini terjadi pada sel otak. Meskipun begitu, ada satu hal yang perlu dicatat orang tua untuk berhati-hati dalam proses tumbuh kembang anak.

Karena benar nyatanya bila kejadian buruk di masa anak-anak akan terus berkontribusi terhadap peningkatan risiko gangguan kesehatan otak. Hal ini juga akan membayangi pikiran anak-anak seumur hidup mereka.

Profesor Ed Bullmore dari Departemen Psikiatri, Cambridge juga menyatakan serupa. Melalui penelitian ini kita bisa lebih sadar terkait kasus kekerasan pada anak bukan hal yang sepele dan memiliki dampak jangka panjang.

"Hal ini dapat membantu kita untuk menolong dan memberikan bantuan pada anak yang mengalami kekerasan sedini mungkin dan diharapkan dapat membantu dalam memutus rantai penyakit kesehatan mental ini," tutupnya.




(det/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads