Berbagai jenis paku liar hidup secara alami sebagai epifit maupun litofit diantara berbagai jenis tumbuhan liar di hutan-hutan alami maupun hutan produksi, dari hutan di pesisir pantai sampai hutan pegunungan.
Salah satu jenis tumbuhan paku epifit yang dapat ditemukan adalah paku bersulam timbul, Microsorum scolopendria, anggota dari suku Polypodiaceae.
Microsorum scolopendria (Burm.f.) Copel. memiliki beberapa sinonim, yaitu Polypodium scolopendria Burm.f., Polypodium
phymatodes L., Phymatodes scolopendria (Burm.f.) Ching dan Phymatosorus scolopendria (Burm.f.) Pichi Serm.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama scolopendria merujuk pada pinggir lembaran daunnya yang berlekuk-lekuk.
Jenis ini dikenal dengan nama 'embossed fern' yang berarti paku bersulam timbul, atau "monarch fern" (pakis raja), atau "warty fern" (pakis berkutil), atau "muscle fern" (pakis otot), atau "dune wart fern" (pakis kutil bukit pasir).
Di Indonesia, jenis ini dikenal sebagai"paku wangi" atau "sakat hitam" (Melayu), "paku ular" (Jakarta) dan "paku cacing" (Sunda).
Jenis ini mudah dibudidayakan dan memiliki toleransi yang luas terhadap berbagai tipe habitat dan ketinggian tempat, oleh karena itu tumbuhan paku ini mempunyai potensi yang sangat baik untuk dikembangkan sebagai tanaman hias di luar ruangan.
Di berbagai negara, jenis ini telah banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias di luar ruangan. Secara arsitektur, M. scolopendria cocok sekali untuk tanaman hias di luar ruangan karena beberapa alasan.
Pertama, tumbuhan ini mampu menghasilkan daun pada rimpang berjarak cukup rapat (rata-rata 7 cm) dengan panjang daun sampai 50 cm sehingga cocok untuk tanaman pot ukuran besar.
Selain itu, jenis paku ini dapat dililitkan pada pokok pohon hidup maupun mati. Pagar tembok atau batu yang terlihat kaku pun dapat dipercantik dengan kehadiran jenis paku ini.
Tanaman ini juga punya daun yang hijau mengilap, membundar telur, dan berlekuk-lekuk dalam. Salah satu ciri yang memberikan daya tarik tersendiri adalah jejak sori yang timbul pada permukaan atas lembaran daun.
Potensi sebagai Bahan Baku Kosmetik dan Herbal
Daun M. scolopendria juga berpotensi sebagai bahan baku kosmetik dan obat tradisional (herbal). Di Malaysia dan Hawaii, daun wangi M. scolopendria digunakan untuk mengharumkan baju dan memberikan bau wangi pada minyak kelapa.
Bau wangi ini berasal dari coumarin, semacam ester kristal berbau vanila yang tersimpan di dalam jaringan mesofil.
Jenis ini di beberapa tempat digunakan sebagai bahan obat tradisional yaitu untuk mengobati bisul dan luka. Bisul dapat diobati dengan daun M. scolopendria.
Pasta daun yang dicampur dengan tanah dari sarang tawon tetabuhan dioleskan pada bisul. Untuk mengobati luka, cukup ramuan tunggal saja, yaitu bubur daun dioleskan pada bagian badan yang terluka.
Di kepulauan Polynesia, termasuk Fiji, Tahiti, Hawaii, Rapa Nui, dan Madagaskar, tumbuhan ini bahkan digunakan untuk digunakan untuk mengobati asma, penyakit inflamasi, dan kanker.
Hanya saja, pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan daunnya sebagai obat perlu ditindaklanjuti dengan menganalisis kandungan kimianya secara lebih luas.
Kandungan Kimia
Jaringan mesofil M. scolopendria mengandung glycyrrhizin, saponin, dan coumarin. Bahan kimia coumarin memberikan kesegaran pada tumbuhan ini. Coumarin adalah bahan kimia semacam ester kristal berbau vanila yang tersimpan dalam jaringan mesofil.
Daun M. scolopendria mengandung ecdysone 0,17% berat kering, 20-hydroxyecdysone (0,20%), 0,01-0,02 % dari makisterones A dan C, inokosterone dan amasterone A, sejumlah kecil poststerone dan suatu senyawa kimia yang secara diidentifikasi sebagai 24,28-diepi-cyasterone.
Terkait pemanfaatannya sebagai tumbuhan obat, para ahli kimia tumbuhan akhir-akhir melaporkan bahwa spesies ini mengandung berbagai bahan kimia obat.
Senyawa kimia obat yang paling melimpah adalah asam fenol, secara berturut-turut sebesar 46% dan 57% pada ekstrak rimpang dan daun, dan juga flavon, seperti asam protokatesik 4-O-glucosida, cirsimaritin, dan isoxanthohumol.
Para ahli fitokimia menyimpulkan bahwa M. scolopendria memiliki potensi pengobatan yang besar dan memiliki beberapa sifat biologis
yang harus dievaluasi.
Halaman Selanjutnya>>> Pertelaan dan Penyebaran