Pecahkan Rekor Bulu Termahal di Dunia, Ini Kisah Tragis Burung Huia

ADVERTISEMENT

Pecahkan Rekor Bulu Termahal di Dunia, Ini Kisah Tragis Burung Huia

Nikita Rosa - detikEdu
Sabtu, 25 Mei 2024 13:00 WIB
Bulu Burung Huia
Bulu Burung Huia. (Foto: CNN)
Jakarta -

Bulu dari burung huia yang telah lama punah memecahkan rekor penjualan. Dalam pelelangan bulu tersebut terjual seharga NZD 46.521 atau Rp 457 juta.

Sebenarnya bulu burung huia tersebut diperkirakan akan terjual dengan harga "hanya" NZD 3.000 atau Rp 29 juta. Namun pada kenyataan, bulu itu akhirnya menjadi bulu termahal di dunia yang pernah dijual.

"Bulu huia yang langka ini adalah contoh indah dari sejarah alam Aotearoa dan mengingatkan kita akan kerapuhan ekosistem kita," kata Leah Morris, kepala seni dekoratif di rumah lelang yang berbasis di Auckland, Selandia Baru dalam CNN dikutip Jumat (24/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Popularitas Burung Huia

Burung huia terakhir kali terlihat pada abad ke-20. Sebelum masuk dalam masa kepunahan, huia adalah spesies burung yang punya daya tarik tinggi. Popularitas itu ternyata berujung fatal.

Bagi suku Maori, bulu burung merupakan tanda status tinggi. Bulu khas huia digunakan sebagai hiasan kepala upacara.

ADVERTISEMENT

Menurut Museum Selandia Baru, hanya mereka yang berpangkat tinggi diizinkan memakai bulu huia di rambut mereka atau seluruh kulit di telinga mereka.

Bulu-bulu tersebut sering ditukar dengan barang berharga lainnya atau diberikan sebagai hadiah untuk menunjukkan persahabatan dan rasa hormat.

Warga Selandia Baru juga melihat huia sebagai simbol prestise. Mereka menggunakan bulu binatang untuk aksesoris mode dan dipasang di rumah-rumah orang kaya.

Kisah Tragis Burung Huia

Kepunahan burung huia bermula saat para pemburu Maori dan Eropa membunuh burung tersebut dalam jumlah besar. Mereka menjual kulitnya kepada kolektor dan pedagang mode.

Popularitas mematikan huia dilaporkan semakin meningkat ketika Duke dan Duchess of York difoto mengenakan topi bulu selama perjalanan ke Selandia Baru pada tahun 1901.

"Orang-orang menjadi heboh dan memutuskan bahwa semua orang menginginkan bulu huia," kata Morris.

Upaya yang dilakukan para ilmuwan pada awal tahun 1900-an untuk melestarikan sisa huia gagal. Rencana pemerintah untuk mengirimkan burung-burung tersebut ke pulau-pulau lepas tak berujung manis.

Mereka mengumpulkan burung-burung tersebut untuk menjualnya sebagai spesimen mati. Menurut museum, menjual burung huia lebih menguntungkan daripada membiarkan mereka tetap hidup.




(nir/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads