T-Rex mungkin menjadi dinosaurus yang paling terkenal. Namun ternyata, T-Rex bukan dinosaurus pertama yang ditemukan dan memiliki nama ilmiah.
Digambarkan seperti reptil raksasa, dinosaurus bernama pertama adalah yang ditemukan di tambang Stonefield, Inggris yang kemudian dikirim ke ahli geologi dan paleontologi sekitar abad ke-18 dan ke-19.
Pada masa itu, masyarakat adat dan masyarakat lain di seluruh dunia ternyata masih belum mengenal tentang dinosaurus. Sampai akhirnya pada awal abad ke-19, barulah ilmu pengetahuan mulai memberi nama dan mendeskripsikan penemuan fosil melalui bahasa dan standarnya sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada upaya awal ini tepatnya pada 1824, ahli geologi dari Universitas Oxford yakni William Buckland memberikan satu nama pada kumpulan potongan kerangka dari Stonefield. Kerangka itu bernama Megalosaurus yang kemudian menjadi dinosaurus pertama yang menerima nama ilmiah.
Reptil Raksasa Mirip Buaya
Meski memberi nama pada 1824, ternyata Buckland tidak mengetahui bila Megalosaurus adalah jenis dinosaurus. Karena kata dinosaurs sendiri muncul baru 18 tahun sesudah Megalosaurus mendapatkan namanya.
Ketika ia mulai bekerja, ilmu geologi dan paleontologi adalah hal yang baru dikembangkan. Pengembangan ilmu ini timbul usai para naturalis menerima kenyataan tentang kepunahan dan banyaknya penemuan spesies-spesies aneh yang telah punah di Bumi termasuk Megalosaurus di tahun 1799.
Deskripsi awalnya tentang Megalosaurus diteliti melalui ilmu anatomi komparatif, hasilnya makhluk ini digolongkan sebagai reptil raksasa. Meski begitu, ahli paleontologi Universitas Oxford, Eliza Howlett menjelaskan Buckland menyadari bila tulang yang ia gambarkan sebagai Megalosaurus tidak berasal dari satu hewan yang sama.
"Berasal dari beberapa individu berbeda dengan usia dan ukuran yang juga berbeda. Tetapi semuanya berasal dari jenis hewan yang sama," jelasnya dikutip dari laman Smithsonian Magazine.
Selain gigi, potongan Megalosaurus tidak seperti reptil dengan tulang kaki tegak bak mamalia. Ia juga membayangkan hewan ini memiliki sifat mirip dengan buaya.
Karena pengamatan ini, akhirnya ia menuliskan bila Megalosaurus sendiri mungkin merupakan hewan amfibi dalam makalahnya. Gagasan tersebut makin kuat usai ditemukan fosil gigi buaya dan cangkang penyu di tambang yang sama.
Dua abad kemudian, makhluk yang memiliki nama lengkap Megalosaurus bucklandii ini digambarkan lebih baik. Ia dikenal sebagai predator bipedal yang berkeliaran sepanjang garis pantai Jurassic yang kini Inggris pada 166 juta tahun lalu.
Ia seekor karnivora yang cukup besar pada masanya dengan panjang lebih dari 20 kaki (6 meter), dua kaki yang kuat dan dua lengan pendek dengan ujung cakar besar. Megalosaurus memiliki kekerabatan dengan jenis Torvosaurus.
Megalosaurus Tetap Menjadi Misteri
Usai dua abad berlalu, Megalosaurus ternyata tetap menjadi misteri karena belum ada yang pernah menemukan kerangkanya secara lengkap bahkan Buckland. Namun, para ahli belum menyerah.
Mereka mencoba untuk menghubungkan fosil-fosil dari Inggris dan tempat lain dengan Megalosaurus karena tampak serupa. Hasilnya tetap, beberapa bagian Megalosaurus dinyatakan telah hilang.
Ahli paleontologi masa kini dari American Museum of Natural History, Roger Benson mencatat fosil Megalosaurus telah digambarkan dalam literatur ilmiah. Rahang, gigi, hingga ujung tulang paha yang mendapat label "scrotum humanum" atau mirip dengan bagian tubuh manusia pada tahun 1700-an.
Namun, kenyataanya fosil itu tidak ada dalam koleksi museum manapun dan tidak diketahui keberadaannya. Semua ketidakpastian ini menyebabkan banyaknya interpretasi Megalosaurus dari waktu ke waktu.
Sepanjang sejarah, hewan ini telah digambarkan dalam berbagai versi. Usai mendapat nama, Richard Owen seorang ahli anatomi Inggris dan penulis makalah yang menciptakan kata "dinosaurus" menggambarkan Megalosaurus sebagai hewan di antara reptil dan mamalia pada tahun 1842.
Owen bersama seniman Benjamin Waterhouse Hawkins bahkan membuat patung untuk menggambarkan Megalosaurus dan dinosaurus lainnya yang ditempatkan di Bukit Sydenham, London pada tahun 1853. Owen dan Hawkins membuat Megalosaurus mirip mamalia dengan empat kaki dan punuk di punggungnya.
Namun, pada tahun 1850/1860-an sebuah fosil baru ditemukan di Amerika Utara. Megalosaurus kambali digambarkan berbeda dan dimiripkan seperti Dryptosaurus. Tetapi, ahli paleontologi kembali merevisinya karena Dryptosaurus merupakan predator bipedal mirip burung dan Megalosaurus tetap mirip reptil.
Tahun demi tahun kemudian tetap tidak ditemukan kerangka lengkap Megalosaurus. Karena sejak awal ia diberi nama berdasarkan bagian-bagian yang terisolasi, para ahli akhirnya mencoba mengaitkan tulang dan jejak kaki serupa.
Tetapi tetap tak menemukan hasil. Akhirnya Megalosaurus dimasukkan ke dalam catatan sejarah dinosaurus yang tidak terlalu relevan dengan studi baru di mana hewan itu hidup dan terus berevolusi.
Pemecahan Misteri Megalosaurus pada Abad ke-21
Hingga pada awal abad ke-21, Benson mengambil tantangan untuk menguraikan penggambaran Megalosaurus yang telah kacau. Ia kembali ke catatan awal dan sejarah dinosuaurus.
Tulangnya kembali diuraikan, hasilnya salah satu tulang ternyata bukan milik Megalosaurus tetapi milik dinosaurus lain. Pada 2009, tulang itu dinamai Benson sebagai theripda Cruxicheiros.
Berlanjut, Benson menemukan bila rahang bergigi yang pernah dianggap milik Megalosaurus juga bukan aslinya, melainkan mewakili dinosaurus baru yang ia beri nama Duriavenator. Bagian tubuh yang dikenali Benson milik Megalosaurus asli adalah rahang, tengkorak, kaki depan, kaki belakang, dan tulang rusuk.
Dengan bagian-bagian ini, Benson meyakini Megalosaurus merupakan hewan vertebrata (hewan bertulang belakang). Penemuan ini akhirnya kembali memberikan gambaran kasar tentang kerangka Megalosaurus meskipun tetap tidak lengkap.
Meski begitu, kini para ahli bisa membedakan mana yang benar-benar milik Megalosaurus ketika membandingkan kerangkanya dengan dinosaurus lain. Benson dan para ahli paleontologi lain seperti Emma Nicholls dari Universitas Oxford berharap akan semakin banyak fosil Megalosaurus yang ditemukan.
"Jika membuat daftar tentang apa yang ingin saya ketahui tentang Megalosaurus, maka jawabannya adalah semuanya," ujar Emma.
Satu hal yang pasti Megalosaurus bukanlah makhluk amfibi seperti yang diperkirakan Buckland. Karena hidup di sepanjang perairan Jurassic, tulang-tulang Megalosaurus mungkin tersembunyi di bebatuan.
Ketika ditemukan pertama kali, para ilmuwan bak kaget dan tidak membayangkan bila makhluk seperti itu bisa ada. Kini seiring dengan perkembangnya zaman, reptil Jurassic mulai jelas jenisnya. Para ilmuwan sering menulis bila Megalosaurus termasuk salah satu theropoda.
Tetapi tetap belum bisa digambarkan dengan jelas. Karena kenyataannya ahli paleontologi masih tidak bisa memperkirakan Megalosaurus dengan sebenar-benarnya.
(det/faz)