Presiden Iran Tewas, Bagaimana Cuaca Bisa Memengaruhi Helikopter?

ADVERTISEMENT

Presiden Iran Tewas, Bagaimana Cuaca Bisa Memengaruhi Helikopter?

Fahri Zulfikar - detikEdu
Senin, 20 Mei 2024 18:30 WIB
Rescue team works following a crash of a helicopter carrying Irans President Ebrahim Raisi, in Varzaqan, East Azerbaijan Province, Iran, May 20, 2024. Stringer/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY.
Foto: via REUTERS/West Asia News Agency/Tim penyelamat bekerja setelah jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi, di Varzaqan, Provinsi Azerbaijan Timur, Iran, 20 Mei 2024.
Jakarta -

Presiden Iran Ebrahim Raisi dilaporkan tewas dalam kecelakaan helikopter yang terjadi pada pada Minggu (19/5/2024). Badan bantuan nonpemerintah, Bulan Sabit Merah Iran (IRCS), telah melaporkan bahwa jenazah yang menjadi korban kecelakan telah ditemukan.

Dalam kecelakaan ini, Ebrahim Raisi tengah bersama menteri luar negerinya Hossein Amir-Abdollahian, usai kunjungan ke daerah di barat laut Iran atau yang berbatasan dengan provinsi Azerbaijan Timur, menurut laporan Reuters.

Laporan mengungkapkan bahwa helikopter terjatuh saat melintasi daerah pegunungan dalam kabut tebal. Para ahli kemudian menyebut bahwa cuaca berperan besar dalam kecelakaan yang menewaskan Presiden Iran tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pakar penerbangan dan mantan pilot helikopter, Paul Beaver, menjelaskan bahwa tutupan awan, kabut, kabut, dan suhu rendah pasti berkontribusi terhadap jatuhnya pesawat presiden Iran.

"Tidak seperti pesawat sayap tetap, helikopter tidak dapat dengan mudah terbang di atas cuaca (buruk). Helikopter tidak memiliki kemewahan itu," ucapnya dalam CNBC Indonesia, dikutip Senin (20/5/2024).

ADVERTISEMENT

Lantas bagaimana sebenarnya cuaca bisa memengaruhi helikopter?


Helikopter Lebih Rentan terhadap Cuaca

Mengutip Flight Safety Foundation, secara umum semua klasifikasi pesawat memiliki batasan pengoperasian yang bergantung pada efek kompleks dari fenomena cuaca.

Namun, helikopter disebut sangat rentan terhadap risiko pengoperasian tertentu yang timbul dari karakteristik aerodinamis, lingkungan penerbangan, profil misi, dan faktor lain yang berbeda.

Profesor dan direktur program di Departemen Ilmu Atmosfer di Universitas North Carolina Asheville, Edward Brotak, PhD, menjelaskan bahwa pergerakan udara (angin dan turbulensi), kepadatan udara, dan penurunan jarak pandang merupakan perhatian penting bagi pilot helikopter.

"Bahkan aliran udara yang dihasilkan oleh helikopter itu sendiri bisa menimbulkan masalah," jelasnya dalam situs flightsafety.org, dikutip Senin (20/5/2024).

Belum lagi, risiko helikopter saat menghadapi medan di permukaan rendah. Sebab, dalam banyak misi, helikopter seringkali terbang pada ketinggian rendah, sehingga meningkatkan risiko tabrakan dengan benda atau tanah.

Terkait cuaca, ada poin yang dibahas dalam "Buku Panduan Terbang Helikopter" milik Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA). Salah satu poin untuk menjadi perhatian yakni:

"Arah dan kecepatan angin memengaruhi kinerja melayang, lepas landas, dan memanjat."

FAA mengkarakterisasi angin dalam buku panduan tersebut sebagai salah satu dari "tiga faktor utama yang memengaruhi kinerja". Faktor lainnya adalah kepadatan udara dan berat pesawat.

Sementara untuk kondisi atmosfer lokal, seperti kabut yang membekukan, gerimis yang membekukan, dan hujan yang membekukan, dapat menyebabkan penumpukan es yang cepat dan parah di permukaan helikopter, demikian dikutip dari Vertical Magazine, yang kerap mengulas helikopter.

Pentingnya Faktor Kecepatan dan Arah Angin

Prof Brotak mengatakan bahwa masalah lain yang hanya terjadi pada helikopter terbang adalah hilangnya efektivitas rotor ekor (LTE). Besarnya LTE dan kesulitan pendaratan dapat dipengaruhi secara signifikan oleh kecepatan dan arah angin.

Dalam buku panduannya, FAA mencatat, "Rotor ekor yang efektif bergantung pada aliran udara yang stabil dan relatif tidak terganggu." Jadi apa pun yang dapat mengganggu aliran udara ke rotor ekor dapat menimbulkan masalah. Hal ini mencakup angin kencang dan turbulensi yang bervariasi.

Kemudian, situasi lain yang berisiko tinggi dan berpotensi terkait cuaca pada helikopter yang sedang terbang adalah benturan tiang, yaitu kontak antara ujung dalam bilah rotor utama atau hub rotor dan poros penggerak rotor utama.

Benturan tiang dapat menyebabkan kerusakan signifikan dan dapat menyebabkan terlepas dari pesawat. Dalam hal ini rotor juga dapat mengenai badan pesawat.

Selain itu, jika penerbangan cenderung rendah, kemungkinan besar akan menghadapi apa yang oleh para ahli meteorologi disebut turbulensi mekanis. Ini terjadi ketika angin yang bertiup menemui hambatan.

Turbulensi ini bisa terjadi di kawasan perkotaan dengan gedung-gedung tinggi serta daerah pegunungan.

Banyaknya Kecelakaan Helikopter

Menurut laporan yang diterbitkan pada Juni 2015, selama periode 2001 hingga 2013, untuk helikopter bermesin tunggal di seluruh dunia, terdapat 194 kecelakaan terkait IMC atau CFIT [penerbangan terkendali ke medan] akibat penerbangan tingkat rendah untuk menghindari cuaca.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 133 kecelakaan mengakibatkan korban jiwa termasuk 326 orang yang kehilangan nyawa.




(faz/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads