Penelitian yang dipimpin Ilmuwan Institut Penelitian Sosial University of Michigan, Kate Duchowny, menunjukkan adanya pengalaman traumatis selama masa kanak-kanak yang mungkin terjadi di kemudian hari sehingga dapat mengganggu fungsi otot seseorang bersamaan dengan tambahnya usia.
Dikutip dari Neuroscience News, penelitian tersebut mengkaji bagaimana otot rangka pada orang dewasa yang lebih tua berfungsi dan survei efek samping yang dialami saat masih anak-anak.
Hasil studi menunjukkan bahwa individu yang mengalami kesulitan yang signifikan saat masa kanak-kanak, memiliki metabolisme otot yang lebih rendah ketika dewasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian Fungsi Otot oleh Duchowny
Duchowny dan rekan penulisnya menggunakan sampel jaringan otot orang-orang yang berpartisipasi dalam Studi Otot, Mobilitas dan Penuaan atau Study of Muscle, Mobility and Aging (SOMMA). Para partisipan diberi kuesioner, melakukan penilaian fisik dan kognitif, serta tes-tes lainnya.
Para peneliti memeriksa biopsi otot untuk menentukan dua ciri utama fungsi otot, yaitu produksi adenosis trifosfat (ATP) dan ukuran lain yang disebut fosforilasi oksidatif, suatu proses yang membantu menghasilkan ATP. Dimana ATP diproduksi oleh mitokondria.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa sekitar 45% sampel melaporkan adanya satu atau lebih kejadian buruk pada masa kanak-kanak dan memiliki produksi ATP maks yang lebih buruk.
Hal ini menunjukkan jika mereka tidak memproduksi ATP sebanyak orang yang mengalami kejadian buruk tersebut, baik lebih sedikit atau tidak ada efek samping saat kanak-kanak.
Duchowny menjelaskan, "Hasilnya menyatakan jika pengalaman masa kanak-kanak awal memiliki kemampuan untuk mempengaruhi mitokondria otot rangka, yang mana ini penting terkait sejumlah hasil terhadap penuaan."
"Jika Anda mengalami gangguan fungsi mitokondria, hal ini bukan pertanda baik bagi kesehatan, mulai dari kondisi kronik hingga cacat fungsi fisik dan keterbatasan," lanjutnya.
Pendekatan Penelitian untuk Mengukur Mitokondria
Rekan penulis studi Anthony Molina, profesor kedokteran di University of California San Diego melihat gambar otot partisipan yang diambil saat berolahraga dan saat istirahat di dalam mesin MRI.
Menggunakan teknik spektroskopi 31 MRI, peneliti SOMMA dapat menentukan laju sintesis ATP dengan melihat kecepatan otot dalam mensintesis ATP usai berolahraga.
Peneliti SOMMA juga mengamati biopsi otot partisipan dengan memisahkan kumpulan serat yang membentuk otot dan memeriksanya menggunakan respirometer mitokondria resolusi tinggi.
Teknik ini memungkinkan para peneliti melihat tingkat konsumsi oksigen dalam kumpulan serat otot dan menghasilkan pembacaan fungsi mitokondria otot yang tepat.
Molina menjelaskan bahwa mengukur tingkat konsumsi oksigen dapat menjadi indikator yang efektif untuk mengevaluasi aliran elektron melalui rangkaian transpor elektron.
Aliran elektron ini yang menghasilkan potensial membran yang diperlukan untuk memicu sintesis ATP. Pendekatan ini dianggap sangat akurat untuk melakukan penilaian kapasitas bioenergi mitokondria.
"Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa langkah-langkah ini berkaitan erat dengan kemampuan fisik lansia," ujar Molina.
Efek Samping dari Trauma Masa Kecil
Para peneliti menetapkan adanya efek samping yang signifikan pada masa kanak-kanak setelah mereka mengontrol faktor-faktor lain yang berpotensi mempengaruhi fungsi otot, seperti usia, jenis kelamin, pencapaian pendidikan, jumlah gejala depresi, dan lain-lain.
Molina berkata, "Seluruh penelitian saya sebelumnya berfokus pada pengukuran kontemporer, yaitu mitokondria dan fungsi fisik, mitokondria dan fungsi kognitif. Studi-studi ini menjelaskan langkah-langkah ini sangat erat hubungannya dengan kekuatan, kebugaran, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi kemampuan fisik seseorang."
Molina menjelaskan, "Saya juga menunjukkan bahwa langkah-langkah penelitian ini terkait dengan kemampuan kognitif dan demensia. Namun, inilah kali pertama kita kilas balik mengenai hal-hal yang menyebabkan perbedaan fungsi mitokondria."
"Yang kita tahu, mitokondria berfungsi mendorong perbedaan hasil penuaan yang sehat di kalangan orang lanjut usia," pungkasnya.
(nah/nah)