Beruang Coklat Gali Hutan Buatan di Jepang, Kenapa?

ADVERTISEMENT

Beruang Coklat Gali Hutan Buatan di Jepang, Kenapa?

Callan Rahmadyvi Triyunanto - detikEdu
Selasa, 07 Mei 2024 09:30 WIB
beruang cokelat
Studi menemukan beruang coklat menggali hutan buatan saat mencari makan di Semenanjung Shiretoko di Hokkaido, Jepang. Apa sebabnya? Foto: Getty Images/iStockphoto/sarkophoto
Jakarta -

Sebuah studi menemukan bahwa beruang coklat yang mencari makan di Semenanjung Shiretoko di Hokkaido, Jepang menggali hutan buatan di kawasan setempat. Perilaku ini menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan pohon di hutan konifer buatan itu.

Sebelumnya, peneliti kerap menemukan bahwa penggalian nimfa jangkrik oleh beruang. Perilaku ini menyebabkan kerusakan pada akar pohon dan mempengaruhi kadar nitrogen dalam tanah sehingga pertumbuhan diameter pohon berkurang.

Perilaku beruang dalam menggali jangkrik, sumber makanan yang tidak biasa, terbatas pada hutan jenis konifera yang ditanam secara buatan oleh manusia di sana. Di sisi lain, hutan yang secara alami memiliki beragam vegetasi tetap tidak terpengaruh oleh fenomena ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semenanjung Shiretoko, terkenal dengan ekosistemnya yang tumbuh subur dan beragam jenis hewan, telah ditetapkan sebagai situs Warisan Alam Dunia yang diakui oleh UNESCO. Mamalia darat paling penting di Jepang, beruang coklat, menghuni wilayah tersebut.

Semenanjung sepanjang 70 km dan lebar 25 km ini diperkiraan jadi habitat sekitar 500 ekor beruang. Para hewan ini dianggap sebagai salah satu populasi beruang coklat yang tinggi dan padat di dunia.

ADVERTISEMENT

Asisten Profesor Kanji Tomita dan Profesor Tsutomu Hiura meneliti bagaimana beruang coklat dapat berinteraksi dengan hutan buatan manusia. Studi tersebut mengungkapkan bahwa beruang menunjukkan perilaku yang berbeda di hutan ini dibandingkan dengan habitat hutan alami mereka.

"Penelitian terbaru kami mengungkapkan bahwa pohon jenis konifera larch yang ditanam kembali mengalami pertumbuhan yang berdampak negatif terhadap kehadiran beruang coklat. Beruang ini mencari nimfa jangkrik di hutan baru, sebuah perilaku tidak biasa yang tidak terlihat di hutan alami atau dilaporkan di tempat lain," kata Hiura, dikutip dari laman University of Tokyo.

Penelitian ini merupakan tindak lanjut dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tomita dan Hiura, yang menemukan kesukaan beruang terhadap nimfa jangkrik. Para peneliti mengamati bahwa beruang hanya mencari jangkrik di hutan buatan jenis konifera, bukan di hutan alami.

Peneliti ini juga memperhatikan bahwa akar pohon rusak saat beruang menggali untuk mencari jangkrik. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk menilai dampak perilaku beruang terhadap ekosistem hutan buatan.

Para peneliti membandingkan sampel tanah, jarum pohon, dan sampel inti pohon yang diperoleh dari hutan konifer larch di Shiretoko, yang digali maupun tidak digali. Menemukan lokasi perkebunan yang tidak digali terbukti merupakan tantangan, sehingga mengharuskan pengumpulan sampel dari hutan jenis konifera dengan lapisan bawah bambu yang dapat dihindari oleh beruang.

"Mengacu pada pengetahuan hanya dari ekosistem yang masih asli saja tidaklah cukup. Untuk mengembangkan strategi pengelolaan yang lebih tepat bagi karnivora besar, kita perlu memahami lebih jauh peran ekosistem mereka dalam lanskap buatan manusia," kata Tomita.

Menurut Hiura, cara tersebut tidak hanya akan memulihkan ekosistem dengan keanekaragaman spesies yang tinggi dan interaksi yang kaya antara hewan dan tumbuhan. Cara tersebut dipandang juga akan bermanfaat bagi masyarakat manusia dalam jangka panjang.

Meningkatnya pembangunan manusia dan pembagian lahan, serta hasil panen yang fluktuatif akibat perubahan iklim dinilai memperburuk situasi tersebut. Hal ini meningkatkan risiko pertemuan yang berpotensi membahayakan, baik bagi manusia maupun beruang, saat berkeliaran di kota-kota yang lebih padat penduduknya, tempat perkemahan, dan daerah penangkapan ikan.

Memperkaya habitat alami beruang dan merencanakan hutan baru berdasarkan penelitian ekologi diharapkan dapat membantu beruang dan manusia hidup berdampingan dan berkembang dengan aman.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads