Beruang Madu, Beruang Terkecil di Dunia

Beruang Madu, Beruang Terkecil di Dunia

Suki Nurhalim - detikKalimantan
Selasa, 25 Mar 2025 08:00 WIB
Seekor beruang madu (Helarctos malayanus) mencari makan di tempat konservasi Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (16/2/2024). Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur mendirikan KWPLH Balikpapan sebagai tempat konservasi bagi beruang madu yang disita Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dari penduduk yang memelihara beruang madu secara ilegal, tetapi tidak dapat dilepaskan karena cacat akibat jerat atau mengalami perubahan prilaku. ANTARA FOTO/ Rivan Awal Lingga/nym.
Seekor beruang madu (Helarctos malayanus) mencari makan di tempat konservasi Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (16/2/2024)/Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Balikpapan -

Beruang madu adalah jenis beruang terkecil di dunia. Di Indonesia, beruang madu ada di Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Itu seperti yang disampaikan Andi Kusumo, S.Si, M.Si dari PEH Balai Taman Nasional Tesso Nilo, seperti dikutip situs resmi Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Beruang madu masuk kelas mamalia dan sebagai hewan karnivor.

Beruang madu memiliki nama latin Helarctos malayanus. Berikut ini ciri-ciri beruang madu, hingga sederet hal yang mengancam kelestariannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ciri-ciri Beruang Madu

Beruang madu mempunyai panjang tubuh sekitar 1,4 meter dengan tinggi punggung sekitar 70 cm. Untuk ukuran dewasa, berat tubuhnya antara 50-65 kg. Ukuran tubuh seperti itu menjadikan beruang madu sebagai beruang terkecil jika dibandingkan delapan jenis beruang lainnya di dunia.

Mamalia itu berwarna hitam dengan bulu yang keputih-putihan atau kuning di dadanya. Moncongnya berwarna lebih cerah dari warna dadanya.

Beruang madu juga mempunyai kuku yang panjang-panjang dan terdiri dari masing-masing lima pada sepasang kaki depan dan belakang. Kaki depannya menghadap ke dalam dan tapaknya licin. Dengan kuku dan bentuk kaki seperti itu, beruang madu mampu memanjat pohon-pohon yang berbatang lurus dan tinggi dengan cepat dan mudah.

Hewan penyuka madu itu dapat reproduksi sepanjang tahun. Beruang madu mengandung selama 96 hari, dan menyusui selama 18 bulan. Beruang madu mencapai kematangan seksual setelah berumur 3-4 tahun.

Makanan Beruang Madu

Walaupun termasuk dalam ordo karnivora (pemakan daging), tetapi beruang madu bersifat omnivora (pemakan segala). Hewan itu memakan binatang-binatang kecil, burung, ayam hutan, buah-buahan dan daun-daun tertentu terutama pucuk-pucuknya.

Makanan yang paling disukai beruang madu ialah sarang lebah (anak beserta madunya). Oleh karena itu disebut beruang madu.

Cara seekor beruang memangsa sarang madu yaitu dengan memasukkan kuku-kuku kaki depannya ke dalam sebuah sarang yang sudah ada madunya. Lalu menjilat madu beserta anak lebah itu dari dalamnya. Kegiatan mencari makan umumnya dilakukan pada malam hari.

Habitat Beruang Madu

Beruang madu hidup di hutan-hutan dataran rendah, hutan perbukitan, dan perbukitan atas sampai ketinggian 1.500 meter. Penyebarannya mulai dari Bangladesh, Brunei
Darussalam, Kamboja, China, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.

Di Indonesia, beruang madu terdapat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Kawasan TN Tesso Nilo merupakan salah satu kawasan konservasi dan habitat beruang madu. Pemasangan kamera trap untuk monitoring dan pemantauan satwa di kawasan TN Tesso Nilo menunjukkan beruang madu tersebar hampir di seluruh kawasan TN Tesso Nilo.

Pemencar Tumbuhan Hutan yang Ulung

Hasil penelitian menyebutkan beruang madu memakan lebih dari 50 jenis buah atau bagian tumbuhan, dan memakan lebih dari 100 jenis serangga (insect). Terkait dengan hal tersebut, beruang madu memiliki fungsi sebagai pemencar tumbuhan hutan.

Aneka macam buah dimakan namun biji-bijinya tidak tercerna dalam perutnya. Biji-biji itu terbawa ke mana-mana dalam tubuh beruang, dan akhirnya dikeluarkan bersama tinja, di tempat yang bisa jadi cukup jauh dari pohon asalnya.

Pemencaran oleh beruang dapat juga terjadi dengan cara lain, seperti apa yang disebut epizoik. Dalam pemencaran dengan cara menempel di bagian luar tubuh beruang, buah atau biji yang epizoik biasanya memiliki kait atau duri agar mudah melekat dan terbawa pada rambut, kulit atau bagian badan lainnya.

Seekor beruang madu (Helarctos malayanus) berada di tempat konservasi Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (22/2//2023). KWPLH Balikpapan didirikan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Kaltim sebagai tempat konservasi bagi beruang madu hasil sitaan BKSDA dari penduduk yang memeilhara beruang madu secara ilegal tapi tidak dapat dilepasliarkan akibat cacat terkena jerat maupun perubahan perilaku. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww.Seekor beruang madu (Helarctos malayanus) berada di tempat konservasi Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (22/2//2023)/ Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Ancaman Utama Bagi Beruang Madu

Status konservasi beruang madu adalah vulnerable dalam IUCN redlist data book, tercatat dalam appendix I CITES, dan terdaftar sebagai jenis yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Ancaman utama bagi beruang madu adalah kehilangan habitat sehingga pergerakannya (home range) semakin terbatas. Kehilangan habitat menyebabkan perubahan kebiasaan makan, penurunan akses terhadap tempat makanan dan habitat, populasi terfragmentasi dan terisolasi. Konflik dengan manusia, perburuan, serta perdagangan beruang atau bagian-bagian dari beruang secara ilegal merupakan faktor lainnya yang mengancam kelangsungan hidup beruang madu.

Keluarnya beruang madu dari habitat asli pertanda habitat asli sudah tidak bisa menyediakan kebutuhan dasar yang layak bagi beruang madu. Masuk ke perkampungan dan kebun masyarakat merupakan pilihan terakhir untuk mempertahankan hidup. Habitat yang rusak maupun terisolir merupakan ulah manusia yang tak pernah ramah dengan alam.

Konflik tak akan terselesaikan dengan sekadar menangkap dan memindahkan (translokasi) individu beruang madu. Menyediakan habitat yang layak untuk satwa liar merupakan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di muka bumi.




(sun/mud)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads