Bagi kita yang tinggal di Asia Tenggara, Eropa, atau Amerika, gagasan memasak steak unta mungkin tampak aneh. Namun, sebenarnya hewan berpunuk telah menjadi makanan pokok di komunitas tertentu selama ribuan tahun.
Menurut PBB, unta sudah menyumbang sekitar 8 persen dari total produksi susu di Afrika Sub-Sahara. Sementara, riset pasar memperkirakan perdagangan susu unta global dapat melebihi USD 13 miliar pada akhir dekade ini, naik dari USD 1,3 miliar pada 2022.
"Pertumbuhannya cukup pesat," kata Dr Ariell Ahearn, dosen departemen geografi manusia di Universitas Oxford, kepada BBC Science Focus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahearn menjelaskan di negara-negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kazakhstan dan Mongolia, susu unta sudah menjadi barang umum di lemari es toko kelontong. Ketika investor melihat peluang bisnis yang bagus, uang pun mengalir ke peternakan baru di seluruh wilayah.
"Pada tahun 2050, kita mungkin memiliki lebih banyak pilihan antara susu sapi dan susu unta di Inggris," katanya.
Memang benar, peternakan unta juga mulai bermunculan di negara-negara barat. Peternakan terbesar di AS kini mencakup lahan seluas lebih dari 1.000 hektar di daerah perbukitan Missouri dan menampung lebih dari 200 unta.
Jadi, dengan semakin meningkatnya popularitas mereka, dapatkah unta menjadi sapi baru yang mengambil alih padang rumput atau bukit pasir di seluruh dunia?
Memungkinkan Dikonsumsi di Wilayah Bersuhu Meningkat
Tahun 2024 adalah Tahun Unta Internasional PBB (UN's International Year of the Camelids), yang memiliki misi penting untuk menyoroti mengapa makhluk-makhluk ini menjadi bagian dari rantai makanan masa depan kita.
Perubahan iklim menyebabkan suhu global meningkat dan habitat di seluruh dunia menjadi semakin tidak ramah terhadap kehidupan. Sejujurnya, sapi tidak akan dipotong di sebagian tempat di dunia di mana suhu diperkirakan akan meningkat dan tekanan terhadap ketahanan pangan semakin meningkat, tapi unta memungkinkan.
Ada beberapa manfaat menggunakan unta di iklim kering, jelas Ahearn dan rekannya Dr Ilse KΓΆhler-Rollefson, seorang penggembala, dokter hewan dan penulis Camel Karma: Twenty Years among India's Camel Nomads.
Pertama, unta dirancang untuk kondisi yang keras.
"Sapi baik-baik saja di Eropa yang beriklim sedang," kata KΓΆhler-Rollefson, dikutip dari BBS Science Focus.
"Tapi maksud saya, jika memang ada unta, jelas lebih baik menggunakan unta," sambungnya.
Meskipun KΓΆhler-Rollefson tidak mendukung pendirian peternakan unta super seperti peternakan sapi perah super yang beroperasi saat ini. Dia menyebut unta tidak tidak memerlukan AC karena tahan terhadap suhu tinggi.
Yang lebih penting lagi, unta lebih efisien dibandingkan sapi dalam mengubah masukan makanan dan air menjadi daging dan produk susu. Hal ini sangat penting di wilayah di mana makanan dan air sudah semakin langka.
"Jika Anda membandingkan satu liter susu unta dengan satu liter susu sapi, Anda memerlukan lebih sedikit pakan dan air untuk menghasilkan susu unta," kata Ahearn.
Penelitian mendukung hal ini. Sebuah studi pada tahun 2022 yang diterbitkan dalam jurnal Nature Food menunjukkan ketika kondisi lingkungan memburuk di Afrika Sub-Sahara, penggantian populasi sapi dengan peternakan unta dan kambing dapat dengan mudah mengatasi kekurangan tersebut. Pada saat yang sama, emisi gas rumah kaca menyusut.
Sumber utama emisi dalam peternakan sapi berasal dari sapi itu sendiri ketika mereka bersendawa dan kentut. Penelitian di jurnal PLOS One menunjukkan hewan nomaden yang berpunuk menghasilkan lebih sedikit metana, gas rumah kaca yang mampu memerangkap panas di atmosfer 28 kali lebih banyak dibandingkan karbon dioksida, dibandingkan hewan ruminansia (sapi, lembu, kambing, kerbau).
Lebih Kaya Vitamin C dan Rendah Kolesterol
Selain itu, manfaat kesehatan dari konsumsi produk unta mungkin akan mendorong perubahan konsumsi di tempat-tempat yang tidak mempermasalahkan iklim.
"Susu unta memiliki kandungan vitamin C dan zat besi yang jauh lebih tinggi dibandingkan susu sapi, dapat dikonsumsi oleh orang yang intoleransi laktosa, dan biasanya kandungannya rendah lemak," kata KΓΆhler-Rollefson.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa susu unta dapat menurunkan gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin pada penderita diabetes, serta mengandung bahan yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan untuk dagingnya, daging unta merupakan salah satu makanan lezat di Timur Tengah dan Afrika Utara. Punuknya, yang tidak berisi air seperti yang kita yakini di masa kanak-kanak, menjadi bagian yang paling penting. Unta sering dikonsumsi sebagai bagian dari perayaan keluarga atau keagamaan.
Dibandingkan daging sapi atau domba, daging unta lebih ramping, lebih rendah kolesterol, dan lebih tinggi zat besi, yang dengan kata lain lebih sehat.
(nah/pal)