Tahun ini Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan World Water Forum (WWF) ke-10. Forum internasional tersebut akan dilaksanakan di Bali pada 18 - 25 Mei 2024.
Wakil Ketua I Sekretariat Nasional Penyelenggara 10th World Water Forum, Endra S. Atmawidjaja mengatakan Indonesia akan mengenalkan tata kelola air lewat pendekatan kearifan lokal kepada peserta WWF.
"Keberhasilan Indonesia mendorong tata kelola air melalui pendekatan budaya lokal dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat global. Praktik baik yang melibatkan seluruh stakeholder ini membuktikan bahwa Indonesia mampu memimpin dunia dalam menghadapi krisis air," ujar Endra dalam keterangannya, ditulis Kamis (25/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama forum berlangsung, para pemimpin dunia akan mengulik cara menyelesaikan masalah tata kelola air hingga perubahan iklim yang bisa menyebabkan gangguan dalam siklus hidrologi.
Food and Agriculture Organization (FAO) telah memproyeksikan dunia akan mengalami krisis air pada tahun 2050. Hal tersebut dapat berimbas pada berkurangnya pasokan pangan yang dihasilkan petani.
Diketahui, saat ini lebih dari 500 juta petani skala kecil memproduksi 80 persen pangan. Oleh karena itu, petani sebanyak itu akan menjadi kelompok paling rentan jika masalah krisis air terjadi.
Dampak lebih buruknya, krisis air bisa memicu konflik antarwilayah hingga antarnegara. Misalnya pada Iran dan Afghanistan, konflik sudah ada sejak tahun 1950-an.
Dua negara tersebut sudah bergejolak lantaran menyusutnya persediaan air. Hal tersebut semakin menguatkan kerja sama pengelolaan air ini, terutama di daerah perbatasan dan wilayah yang mengalami kelangkaan.
Tata Kelola Air Indonesia Telah Diakui UNESCO
Salah satu tata kelola air di Bali yakni sistem Subak telah diakui UNESCO sebagai local wisdom. Selain itu, Jawa Barat telah menunjukkan pengelolaan air lewat mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura).
Menurut Endra, kedua contoh tata kelola tersebut dapat ditunjukkan kepada para pemimpin dan delegasi dunia. Ia berharap forum ini dapat menyatukan modalitas dan meningkatkan kapasitas dalam menghadapi permasalahan air dunia.
"Spirit World Water Forum di Bali adalah kolaborasi multisektor, multi-helix, multi-pihak, multi-nation, dan multi-bangsa-bangsa dalam rangka menghadapi dan mengatasi bersama persoalan krisis air dan krisis iklim global," kata Endra.
Nantinya Indonesia juga akan mengenalkan inovasi dan inisiatif yang telah dilakukan dalam pengelolaan air. Mulai dari sektor pertanian, pertambangan, industri, dan pengelolaan daerah aliran sungai.
(cyu/nwy)