Benarkah Gas SO2 dari Erupsi Gunung Ruang Bahaya? Begini Penjelasannya

ADVERTISEMENT

Benarkah Gas SO2 dari Erupsi Gunung Ruang Bahaya? Begini Penjelasannya

Trisna Wulandari - detikEdu
Rabu, 24 Apr 2024 12:30 WIB
Gunung Ruang yang berada di Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara (Sulut), masih erupsi. Saat ini Gunung Ruang masih berstatus Siaga IV atau Awas. (dok Magma ESDM)
Apakah gas SO2 dari erupsi Gunung Ruang berbahaya? Begini penjelasannya. Foto: dok Magma ESDM
Jakarta -

Isu gas sulfur dioksida (SO2) berbahaya untuk manusia dan tumbuhan santer di masyarakat. Isu ini muncul menyusul erupsi Gunung Ruangdi Sulawesi Utara. Benarkah gas SO2 hasil erupsi Gunung Ruang berbahaya?

Gas SO2 adalah jenis gas oksida sulfur (SOx) yang terbentuk saat pembakaran bahan bakar fosil mengandung sulfur, misalnya batu bara dan minyak mentah. Sifat gas sulfur dioksida yaitu sangat mudah larut dalam air dan umumnya tidak berwarna, dikutip dari laman BMKG.

Gas belerang dioksida dalam konsentrasi di atas 2 ppm berbau tajam. Gas SO2 ini dapat menyebabkan iritasi hidung, saluran tenggorokan, saluran pernafasan; serta dapat mengiritasi mata dan selaput lendir mata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyelidik Bumi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, Sofyan Primulyana membenarkan bahwa pada dasarnya, gunung api yang baru saja erupsi seperti Gunung Ruang mengeluarkan gas vulkanik, termasuk gas SO2. Namun, gumpalan SO2 yang menyebar ke atmosfer makin berkurang, selaras dengan penurunan aktivitas vulkanik secara kegempaan maupun visual.

Sofyan mengatakan, konsentrasi gas SO2 berkurang saat aktivitas magma di bawah permukaan gunung ruang menurun.

"Maka diharapkan aktivitas magma di bawah permukaan Gunung Ruang semakin menurun, sehingga degassing gas-gas vulkanik dari magma juga semakin berkurang, termasuk berkurangnya konsentrasi gas belerang dioksida," kata Sofyan pada Antara.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan catatan PVMBG, pada 21 April 2024, terjadi 43 kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 5-27 milimeter dan lama gempa 5-19 detik, lalu 27 kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 8-55 milimeter, dan lama gempa 7-26 detik.

Sedangkan pada 22 April 2024 pukul 00.00 sampai 12.00 WITA jumlah gempa vulkanik dangkal sebanyak 37 kali dan gempa vulkanik dalam hanya 30 kali.

PVMBG Kementerian ESDM juga sudah menurunkan status Gunung Ruang dari Level IV atau Awas menjadi Level III atau Siaga. Status baru ini berlaku mulai Senin (22/4/2024).

Isu Hujan Asam

Di sisi lain, Sofyan tidak menampik SO2 dapat memicu terbentuknya kandungan hujan yang lebih asam. Tingkat kandungannya bergantung pada konsentrasi gas SO2 yang lari ke atmosfer.

"SO2 yang dihasilkan dari suatu erupsi gunung api biasanya akan terencerkan oleh udara di atmosfer. Sebagian SO2 akan terabsorbsi oleh abu vulkanik, sebagian lagi beraksi dengan uap air di udara-atmosfer membentuk droplet atau tetes-tetes air yang bersifat asam," kata Sofyan, dikutip dari CNBC Indonesia.

"Dan kalau SO2 di udara itu bercampur dengan air hujan (ketika terjadi hujan), maka SO2 tersebut dapat larut menyebabkan air hujan menjadi bersifat lebih asam," sambungnya.

Kendati demikian, Sofyan mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir dengan gas SO2 imbas erupsi Gunung Ruang. Sebab sejauh ini, belum ada efek SO2 yang terpantau pada masyarakat sekitar Gunung Ruang.

"Keasaman air hujan tergantung dari pada konsentrasi dari gas-gas tersebut. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir yang berlebihan terkait fenomena SO2 dari Gunung Ruang," ucapnya.

"Sejauh ini efek SO2 terhadap penduduk bahkan yang berada di sekitar Gunung Ruang nampaknya belum ada, karena hingga saat ini belum ada keluhan dari warga setempat (Tagulandang) yang berhubungan dengan pengaruh paparan gas SO2," sambungnya.

Jika berkonsentrasi tinggi, barulah gas SO2 sendiri dapat membahayakan keselamatan manusia. Belerang dioksida dengan konsentrasi tinggi bisa memicu masalah pernapasan serius hingga mengakibatkan kematian, kematian tumbuhan, serta kerusakan pada bangunan berbahan batu kapur, pualam, atau dolomit.




(twu/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads