Dampak Konflik Iran-Israel ke RI, Pakar UGM Sebut Harga BBM Bisa Naik

ADVERTISEMENT

Dampak Konflik Iran-Israel ke RI, Pakar UGM Sebut Harga BBM Bisa Naik

Trisna Wulandari - detikEdu
Jumat, 19 Apr 2024 12:30 WIB
Petugas SPBU memperingati Hari Batik Nasional dengan memakai batik. Sementara harga BBM non-subsidi resmi naik sejak kemarin.
Konflik Iran-Israel berisiko berdampak pada harga BBM di Indonesia. Begini penjelasan dan saran pakar ekonomi energi UGM. Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Fahmy Radhi, MBA mengatakan konflik Iran-Israel berisiko memicu kenaikan harga minya dunia. Akibatnya, harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia bisa naik.

Fahmy menjelaskan, harga minyak dunia bisa naik akibat konflik Iran-Israel karena lokasi konflik di seputar Selat Hormuz. Kondisi ini berisiko mengganggu jalur rantai pasokan (supply chain) minyak dunia. Akibatnya, pasokan minyak terhambat dan biaya distribusi naik.

"Berpotensi menaikkan harga minyak dunia. Apalagi sebelum pecah konflik harga minyak dunia sudah naik pada kisaran US $89 per barrel, potensi kenaikan harga minyak dunia akan berlanjut saat eskalasi ketegangan Iran-Israel meluas," terangnya, dikutip dari laman resmi UGM, Jumat (19/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Risiko Harga BBM Indonesia Naik

Fahmy menerangkan, Indonesia sebagai negara sebagai net-importer menjadikan harga BBM dalam negeri akan terimbas kenaikan harga minyak dunia. Negara net-importer adalah negara yang membeli minyak dari negara-negara lain lebih banyak daripada jumlah yang dijualnya ke negara-negara tersebut.

Menurutnya, kenaikannya berpotensi di atas asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price /ICP) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 yang telah ditetapkan sebesar USD 82 (Rp 1,3 juta) per barel.

ADVERTISEMENT

Harga BBM Subsidi Naik?

Sementara itu di tengah ketidakpastian harga minyak dunia, Pemerintah RI melalui Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian menjamin harga BBM subsidi tidak akan naik sampai Juni 2024. Menurut Fahmy, Pemerintah Indonesia hanya akan melaksanakan penyesuaian arah subsidi energi.

Di sisi lain, tidak tertutup kemungkinan harga minyak dunia akan melambung jika eskalasi konflik Iran-Israel meluas.

"Bahkan diperkirakan bisa mencapai di atas US $ 100 per barel. Dalam kondisi tersebut, Pemerintah dihadapkan pada dilema dalam penetapan harga BBM di dalam negeri," kata Fahmy.

Ia berpendapat, harga BBM subsidi yang tidak dinaikkan nantinya akan berimbas pada membengkaknya beban APBN. Kenaikan harga minyak dunia juga makin menghabiskan devisa untuk membiayai impor BBM.

Akibatnya, kurs rupiah terhadap dolar AS terus melemah dari yang saat ini telah menembus Rp 16 ribu per dolar AS.

Sedangkan jika harga BBM subsidi dinaikkan, akan terjadi inflasi sehingga harga-harga kebutuhan pokok naik, sementara daya beli masyarakat menurun.

Fahmy menyarankan agar harga BBM subsidi tidak dinaikkian jika harga minyak dunia masih di bawah USD 100 (Rp 1,6 juta) per barel. Jika di atas USD 100 per barel, ia menyarankan harga BBM Subsidi dinaikan dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada warga miskin yang terkena dampaknya.

"Dalam kondisi ketidakpastian harga minyak dunia akibat konflik Iran-Israel ini, sebaiknya Pemerintah jangan memberikan PHP atau harapan palsu kepada rakyat dengan menjamin bahwa harga BBM Subsidi tidak akan dinaikan hingga Juni 2024. Pemerintah sebaiknya mengambil keputusan realistis berdasarkan indikator terukur, salah satunya harga minyak dunia," pungkasnya.




(twu/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads