Kamu Rendah Hati atau Sombong? Studi Ungkap Bagaimana Orang Menilaimu

ADVERTISEMENT

Kamu Rendah Hati atau Sombong? Studi Ungkap Bagaimana Orang Menilaimu

Trisna Wulandari - detikEdu
Rabu, 10 Apr 2024 13:00 WIB
Ilustrasi iri
Apakah kamu rendah hati atau sombong di mata orang-orang? Peneliti ungkap bagaimana anak-anak dan orang dewasa menilaimu. Foto: Getty Images/iStockphoto/Galina Zhigalova
Jakarta -

Apakah kamu rendah hati atau justru sombong di mata orang lain? Hasil studi tim peneliti asal Kobe University dan University of Sussex mengungkap anak-anak dan orang dewasa mungkin punya pandangan berbeda tentang kamu.

Tim peneliti menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya ingin disenangi. Salah satu cara mencapainya yakni dengan mengatakan pernyataan-pernyataan untuk memengaruhi dan memanipulasi pandangan orang padanya. Pernyataan-pernyataan ini disebut "presentasi diri".

Dalam Journal of Experimental Child Psychology, hasil studi menunjukkan bahwa manusia dewasa menilai negatif orang-orang protagonis yang memberikan presentasi diri salah, alias membual. Akibatnya, orang ini dinilai sombong karena telah menyombongkan diri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara anak-anak sekolah kelas 5 usia 10-11 tahun menilai lebih negatif lagi orang-orang yang membual. Terlebih jika orang protagonis tersebut kerap mementingkan diri sendiri.

Sebaliknya, siswa kelas 2 usia 7-8 tahun tidak menilai negatif orang-orang protagonis yang membual dan mementingkan diri sendiri. Mereka menilai orang-orang ini lebih kompeten dan lebih baik hati. Mengapa?

ADVERTISEMENT

Persepsi pada Orang Berkembang Seiring Umur

Dalam penelitian ini, 250 peserta anak-anak dari berbagai usia dan orang dewasa di Jepang diminta menyimak respons tokoh-tokoh protagonis terhadap pujian atas pencapaiannya. Beberapa tokoh akan merespons dengan merendah (self-deprecation), beberapa lainnya meninggi (self-enhancement).

Menurut studi ini, rupanya kemampuan manusia dalam menilai apakah seseorang sedang merendah atau meninggi baru berkembang mulai usia 7 -10 tahun. Pada usia 10 tahun, anak-anak tidak lagi menganggap bahwa orang yang meninggi (meskipun kinerja aslinya buruk) adalah orang yang kompeten.

Peneliti berpendapat, mengetahui usia perkembangan diri ini menunjukkan pada usia berapa baiknya orang dewasa membimbing anak-anak untuk membimbing penilaiannya pada orang lain.

"Saya menyadari sekali lagi bahwa pemahaman ucapan dan komunikasi anak-anak di tahun-tahun awal sekolah dasar berbeda dengan orang dewasa. Kami percaya bahwa jika orang dewasa menyadari perbedaan ini, mereka akan mampu memberikan pengajaran dan bimbingan yang lebih mendalam kepada anak-anak," tutur Hajimu Hayashi, salah satu peneliti.

Orang Protagonis Tidak Dipandang Benar-benar Buruk

Peneliti menggarisbawahi, ada sejumlah faktor yang luput dari studi mereka. Pertama, kendati kinerja seorang protagonis dinilai biasa-biasa saja pada akhirnya, mereka biasanya selalu mengerjakannya dengan baik sebelum menerima pujian.

Kedua, presentasi diri biasanya juga disampaikan orang-orang protagonis saat kinerjanya jelek. Pandangan anak-anak maupun orang dewasa juga beragam soal ini, tetapi tidak ada anak-anak yang menilai mereka benar-benar orang berkarakter sombong atau pembual.

Peneliti mendapati, orang protagonis yang mengatakan presentasi-presentasi diri setelah berkinerja buruk hanya dianggap kurang oke saja, atau kinerjanya saja yang jelek, tetapi secara pribadi ia bukan orang yang buruk.




(twu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads