Kota Ini Tidak Mengalami Siang Hari pada Musim Dingin, Matahari 'Tidak Terbit'

ADVERTISEMENT

Kota Ini Tidak Mengalami Siang Hari pada Musim Dingin, Matahari 'Tidak Terbit'

Fahri Zulfikar - detikEdu
Kamis, 04 Apr 2024 08:00 WIB
Pulau yang Wanitanya Dilarang Melahirkan
Foto: (Bas van Oort/BBC Travel)/Kepulauan Svalbard di Norwegia
Jakarta -

Sebuah kota bernama Svalbard di gugusan pulau antara Norwegia dan Kutub Utara, tidak mengalami siang hari karena diselimuti kegelapan setiap harinya. Kegelapan ini terjadi karena Matahari tidak terbit hingga ke atas cakrawala pada musim dingin.

Periode tanpa cahaya siang hari ini disebut juga dengan Polar Night atau Malam Kutub. Di Svalbard, Malam Kutub biasanya berlangsung sekitar tanggal 14 November hingga 29 Januari.

Orang-orang di Svalbard menantikan momen ini seperti musim kelima. Sebab, ini menjadi periode yang menandai gelap gulita kurang lebih dua bulan, yang membuat mereka beradaptasi dengan keadaan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang-orang mengandalkan pencahayaan buatan untuk menavigasi lingkungan sekitarnya. Tak hanya manusia, satwa liar juga beradaptasi dengan kehidupan dalam kegelapan yang berkepanjangan.


Menikmati Ketenangan pada Malam Kutub

Penjelajah Arktik dan ilmuwan warga, Hilde FΓ₯lun StrΓΈm, merasakan sendiri bagaimana hidup pada periode kegelapan ini. Ia menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk melewati musim dingin dan tinggal di daerah terpencil Arktik untuk mengumpulkan data iklim.

ADVERTISEMENT

Meski gelap selama periode Malam Kutub, FΓ₯lun StrΓΈm tetap aktif, memiliki rutinitas, dan mengatakan bahwa dia tidak mengalami depresi musiman selama berbulan-bulan dalam kegelapan.

"Kegelapan ini sudah sempurna, jadi Anda harus menjalaninya dan Anda harus melihat keindahan di dalamnya. Dan bagi saya, itu tidak sulit sama sekali," ucapnya dikutip dari laman npr.org.

"Saya merasa lebih menyatu dengan alam ketika saya berjalan keluar menuju kegelapan," imbuhnya.

Tingkat Depresi Rendah

Seorang psikolog dan peneliti Amerika, Kari Leibowitz, turut mempelajari masyarakat Norwegia, yang tinggal jauh di utara, dan mereka menemukan cara untuk tetap bersikap positif.

"Saat saya menyusun studi penelitian ini, saya berpikir betapa menariknya bahwa mereka memiliki tingkat depresi musiman yang relatif rendah, meskipun Tromso mengalami musim dingin yang panjang, gelap, dan ekstrem," katanya.

Awalnya, ia berasumsi bahwa Malam Kutub akan sangat menyedihkan dan akan menjadi saat yang sangat sulit bagi manusia.

Namun, ketika ia berbicara dengan orang-orang di Norwegia tentang hal itu, mereka ternyata sangat menyukai Malam Kutub.

Selain itu, fakta lain yang ditemukan adalah orang-orang di Svalbard, tetap memiliki banyak aktivitas musim dingin yang nyaman untuk dinikmati

Misalnya tetap bekerja, menikmati cahaya utara, atau bermain ski, mobil salju, dan kereta luncur anjing.

"Ada banyak lilin, pencahayaan lembut, selimut nyaman, minum teh, berkumpul di sekitar api unggun, dan berkumpul bersama orang yang Anda cintai dengan cara yang tenang, damai, dan nyaman," ujar Leibowitz.

"Jadi saya pikir orang-orang bersiap untuk Malam Kutub dengan benar-benar bersemangat untuk Malam Kutub dan dengan merasakan semangat yang nyaman dan melakukan aktivitas luar ruangan di musim dingin," tambahnya.

Penelitian Leibowitz menemukan bahwa semakin jauh Anda pergi ke Utara, semakin banyak orang yang menikmati musim dingin.

Ia juga mengatakan, orang-orang yang memiliki pola pikir musim dingin yang positif juga cenderung memiliki kepuasan hidup yang tinggi, pengalaman, emosi yang lebih positif, berkembang secara psikologis, dan menghadapi tantangan yang mengarah pada pertumbuhan pribadi.




(faz/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads