Ragam Eksperimen Ilmuwan Saat Gerhana Matahari Total 8 April 2024

ADVERTISEMENT

Ragam Eksperimen Ilmuwan Saat Gerhana Matahari Total 8 April 2024

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 03 Apr 2024 13:30 WIB
Amazing scientific natural phenomenon. The Moon covering the Sun. Total solar eclipse with diamond ring effect glowing on sky above silhouettes of trees, river area. Serenity nature background.
Ilustrasi Gerhana Matahari Total. Foto: iStock
Jakarta -

Gerhana Matahari Total akan terjadi pada Senin, 8 April 2024. Pada momen tersebut, para ilmuwan akan memecahkan misteri seputar gerhana ini.

Gerhana Matahari Total akan sempurna terlihat dari kota pesisir Pasifik MazatlΓ‘n di Meksiko hingga pantai timur Newfoundland di Kanada. Bulan akan terlihat menghalangi Matahari dengan sempurna.

Fenomena gerhana tahun ini diprediksi akan terjadi tidak lebih dari empat menit. Durasi ini tergolong lebih lama 2,5 menit dibandingkan dengan Gerhana Matahari Total pada 2017 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, jalur gerhana akan dua kali lipat lebih luas yakni sekitar 200 km. Begitu pun penonton fenomena tahun ini diperkirakan mencapai 31 juta orang, dua kali lipat dari jumlah tahun sebelumnya.

Langkanya fenomena Gerhana Matahari Total ini menarik banyak ilmuwan dan badan antariksa untuk melakukan pengamatan. Mengutip BBC, berikut adalah daftar rencana pengamatan para ilmuwan di seluruh dunia selama Gerhana Matahari Total 2024 terjadi:

ADVERTISEMENT

Mempelajari Reaksi Hewan Saat Gerhana

Di tahun 2017, Adam Hartstone-Rose dari NC State University di North Carolina telah melakukan eksperimen bagaimana satwa liar bereaksi terhadap gerhana. Ia dan tim menemukan adanya perilaku yang berbeda pada beberapa hewan.

Misalnya gorila yang berkumpul di dalam saat gelap datang dan jerapah di Afrika yang berlari kencang.

"Ada yang melaporkan jerapah liar di Afrika mulai berlari kencang saat gerhana total. Saya sangat skeptis karena jerapah adalah hewan yang cukup pasif. Meskipun saya skeptis, beberapa di antara mereka mulai berlarian," jelas Hartstone.

Hal yang lebih mengejutkan adalah pada sekelompok kura-kura Galapagos. Hewan yang terkenal pasif tersebut, pada saat Gerhana Matahari Total terlihat menjadi lebih aktif.

Selain Hartstone, Trae Winter di Lab Penelitian Lanjutan dalam Inklusi dan Aksesibilitas Uap (Arisa) di Massachusetts juga akan mempelajari perilaku hewan saat fenomena ini berlangsung.

Mereka akan menggunakan perangkat kecil seukuran telepon yakni AudioMoths untuk mendengarkan suara binatang sekitar. Winter akan mengajak sukarelawan untuk mendengarkan bagaimana reaksi dari hewan saat terjadi kegelapan.

"Saya tidak sabar untuk mendengarkan banyak manusia mengalami gerhana untuk pertama kalinya dan suara kegembiraan yang dihasilkannya," kata Winter.

Memantau Fluktuasi Ionosfer

Ilmuwan lainnya Aroh Barjatya di Embry Riddle Aeronautical University di Florida akan memantau proses perturbasi atmosfer lewat tiga roket yang akan diluncurkan. Ia didukung oleh fasilitas penerbangan dari Wallops NASA di Virginia.

Satu roket akan diluncurkan 45 menit sebelum puncak gerhana, dan satu lagi 45 menit setelahnya. Barjatya kemudian akan melihat bagaimana perubahan yang terjadi saat gerhana.

Pesawat yang diluncurkan juga dirancang untuk mengukur partikel bermuatan serta medan listrik dan magnet di ionosfer (wilayah atmosfer bumi yang terbentang dari 100-1.000 km di atas permukaan planet).

Menurut Barjatya, besar kemungkinan kepadatan ionosfer ketika bayangan Bulan lewat akan turun. Semakin roket terbang, Barjatya menyebut pengukuran ionosfer akan lebih tepat.

"Apa yang roket bantu lakukan adalah melihat resolusi di bawah meter, terkadang di bawah 1 cm. Jadi Anda dapat melihat tingkat fluktuasi terkecil, yang menciptakan gangguan frekuensi radio," katanya.

Pembuatan Film Gerhana Matahari Total

Momen langka ini menarik perhatian Laura Peticolas dari Sonoma State University di California untuk mengabadikan momen gerhana dalam sebuah film. Ia membuat proyek Eclipse Megamovie dan mengajak relawan yang terlibat di dalamnya menyatukan ratusan gambar.

Pada gerhana tahun 2017, Peticolas telah melakukannya tetapi mendapati hasil yang kurang memuaskan. Ia berharap pada tahun ini bisa mengumpulkan gambar gerhana yang lebih baik.

Lewat proyek tersebut, ia berusaha mengungkap ciri-ciri Gerhana Matahari Total. Contohnya bagaimana semburan plasma panas terjadi.

"Kali ini kami benar-benar berharap dapat menemukan jet dan fitur-fitur yang berubah," katanya.

Mengukur Suhu-Perubahan Cuaca Saat Gerhana

Pengamatan Gerhana Matahari Total di Bumi bisa dipengaruhi oleh adanya faktor lingkungan dan sebagainya. Untuk memaksimalkan pengamatan, NASA akan melakukan penerbangan luar angkasa dengan dua pesawat WB-57.

Pesawat tersebut akan terbang di atas ketinggian 15 km dari permukaan Bumi. Eksperimen yang dipimpin Amir Caspi di Southwest Research Institute di Colorado ini akan memanfaatkan kamera inframerah.

Usaha NASA ini akan memecahkan misteri soal suhu permukaan Matahari pada saat gerhana. Jika roket yang diluncurkan tak cukup menjawab pertanyan yang ada, Caspi akan mengajak 53 tim mahasiswa di seluruh AS melakukan Proyek Balon Gerhana Nasional.

Lewat proyek tersebut, mahasiswa akan menerbangkan sebanyak 600 balon ke atas. Balon tersebut akan digunakan untuk melihat reaksi cuaca saat perubahan gerhana terjadi.




(cyu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads