Tari merak adalah tari yang memiliki tema hewan atau binatang yang bertujuan untuk menggambarkan tentang kehidupan perilaku burung merak. Tari merak berasal dari Jawa Barat dan diciptakan oleh R. Tjetjep Somantri pada 1950-an.
Pada 2020 tari merak mendapat penghargaan sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Keindahan tari merak tergambar apik dari gerak tarian dan filosofinya.
Secara umum, tari merak termasuk genre tari kreasi baru yang seringkali dipentaskan untuk mempersembahkan tamu dalam resepsi pernikahan, acara atau ritual, atau sekadar sarana mengenalkan budaya Indonesia di kancah internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesuai namanya, tari ini terinspirasi dari hewan merak. Seperti yang kita tahu, bahwa burung merak adalah hewan unggas berbulu halus dan memiliki mahkota di kepalanya.
Burung ini memiliki keindahan yang menonjol dari sayapnya yang bermotif khas dengan warna gradasi merah, biru, dan kuning.
Sejarah Tari Merak
Melansir dari laman resmi Pemkot Bandung, tari merak dipertunjukkan dalam beberapa acara penting sejak diciptakan. Misal pada 1955, dalam rangkaian kegiatan KAA di halaman belakang Gedung Pakuan, di Hotel Orient Bandung.
Kemudian pada 1957 tari merak dipertunjukkan dalam rangka menyambut kehadiran Voroshilov, Presiden USSR di Gedung Pakuan, pada 1958 di Hotel Savoy Homann, dan pada 1958 dalam pertunjukan tari di YPK.
Tari ini melewati beberapa kali penataan ulang setelah penciptaan awalnya. Penataan kembali tari merak dilakukan pada tahun 1965 oleh Dra. Irawati Durban. Pada 1985, tari merak ditata kembali oleh Irawati lalu diajarkan langsung kepada Romanita Santoso pada 1993.
Tari yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat ini terus ditata ulang dan berkembang di berbagai daerah, seperti Jawa Tengah, tepatnya di Surakarta. Tari merak ini berkembang dengan nama tari merak subal yang diciptakan S. Maridi pada tahun 1969.
Tari merak subal adalah tari yang menceritakan kehidupan burung merah besar berbulu halus, indah dan menarik mata. Adapun yang pertama kali menarikan tari merak subal adalah anak perempuan S, Maridi, yaitu Ninik Mulyani Sutrangi.
Filosofi Gerakan Tari Merak
Mengutip laman Pariwisata Solo, tari merak memiliki gerakan yang menggambarkan tingkah laku merak jantan yang menebar pesona kepada merak betina. Gerakan yang diciptakan untuk tarian ini penuh keceriaan dan kegembiraan.
Meski demikian, gerakan yang ditarikan penuh dengan keluwesan, kemayu, lincah, dan indah. Dalam penelitian Endra Sabekti, dijelaskan terdapat tiga gerakan yang cenderung digunakan, yaitu gerak-gerak wadag, nuthul, dan srisig.
Gerak wadag yaitu gerakan seperti burung merak yang sedang mencakar-cakar mencari makan. Gerak nuthull adalah gerakan yang menggambarkan burung merak sedang makan. Sementara gerak srisig adalah gerakan yang menggambarkan burung merak sedang berterbangan.
Tari merak biasanya ditarikan oleh 3 orang penari yang masing-masing memiliki peran tersendiri sebagai merak betina dan jantan. Selama menari diiringi lagu gending Macan Ucul.
Salam beberapa adegan tarian, bonang dipukul pada kayunya dengan sangat keras, menghasilkan suara yang sangat nyaring. Gerakan ini menggambarkan sepasang merak yang sedang berinteraksi dengan intim, sebagaimana dikutip dari laman Kebudayaan UPI.
Kostum Tari Merak
Penggambaran burung merak tidak hanya ditunjukkan melalui gerakan tari saja, tetapi juga bentuk visual melalui kostum. Kostum tari merak di kostumisasikan oleh Irawati.
Kostum tari merak oleh Irawati terdiri dari siger (mahkota), susumping, giwang (anting), kelat bahu, gelang tangan, kemben, garuda mungkur, ikat pinggang, ekor, selendang, kacih, dan sinjang.
(faz/faz)