Sebuah studi baru melaporkan bahwa di seluruh dunia, hanya ada tujuh negara yang memenuhi standar kualitas udara WHO. Ini artinya, hampir semua negara gagal mengontrol polusi udara yang bisa menyebabkan masalah kesehatan.
Dalam laporan tersebut, dijelaskan bahwa banyak negara gagal memenuhi standar PM2.5 yakni partikel mikroskopis di udara sangat kecil, yang jika terhirup dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan dan kematian.
Data menunjukkan bahwa polusi udara diperkirakan telah membunuh 7 juta orang setiap tahunnya di seluruh dunia. Angka ini lebih banyak dibandingkan angka kematian akibat AIDS dan malaria.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun partikel berbahaya yang ada di udara, dikeluarkan oleh kendaraan dan industri. Naasnya, situasi ini belum ditambah dengan dampak beracun yang ditimbulkan dari asap kebakaran hutan, di sebagian wilayah.
Lantas negara mana saja yang masih sesuai standar kualitas udara yang ditetapkan WHO?
7 Negara yang Memenuhi Standar Kualitas Udara Menurut WHO
Dikutip dari The Guardian, ada sekitar 134 negara, termasuk Indonesia yang disurvei dalam kelayakan kualitas udara berdasarkan standar WHO.
Hasil survei menunjukkan hanya ada tujuh wilayah atau kurang dari 4% yang memenuhi standar kualitas udara Internasional yakni Australia, Estonia, Finlandia, Grenada, Islandia, Mauritius, dan Selandia Baru.
Berdasarkan laporan IQAir, sebuah organisasi kualitas udara Swiss, telah dilakukan pengambilan data dari lebih dari 30.000 stasiun pemantauan di seluruh dunia.
Hasilnya, udara dunia secara umum jauh lebih bersih dibandingkan abad-abad yang lalu. Namun, terdapat catatan bahwa masih ada tempat-tempat yang tingkat polusinya sangat berbahaya.
Misalnya, negara yang paling berpolusi, Pakistan, memiliki tingkat PM2.5 hingga 14 kali lebih tinggi dibandingkan standar WHO. Selain itu, India, Tajikistan, dan Burkina Faso juga termasuk negara paling berpolusi.
Polusi Udara di Negara Berkembang Disorot, Indonesia Termasuk
Sebuah studi tahun lalu menemukan bahwa orang-orang yang tinggal di empat negara Asia Selatan yakni Bangladesh, India, Nepal, dan Pakistan diperkirakan akan kehilangan rata-rata sekitar lima tahun hidup mereka karena polusi udara.
Analisis yang dilakukan oleh Institut Kebijakan Energi Universitas Chicago (EPIC) menemukan bahwa polusi partikulat di Asia Selatan telah meningkat sebesar 9,7% dari tahun 2013 hingga 2021, menurut laporan di situs earth.org.
Peningkatan tersebut berkontribusi terhadap penurunan harapan hidup penduduk di wilayah tersebut sebanyak 6 bulan.
Menurut IQAir, Asia Tengah dan Selatan merupakan wilayah dengan tingkat polusi paling tinggi dan sepuluh kota paling berpolusi di dunia pada tahun 2023, dengan Begusarai di India yang menduduki peringkat wilayah metropolitan paling berpolusi.
Sementara itu, negara lain yang juga disorot adalah Indonesia, tepatnya kota Jakarta. Pasalnya, pada kurun waktu September-November 2023, Jakarta berkali-kali mengalami kualitas udara yang buruk.
Pada 12 September 2023, kualitas udara di Jakarta menjadi yang terburuk ketiga di dunia. Status kualitas udaranya berada pada status "tidak sehat" dengan indeks IQAir mencapai 140.
Kondisi ini bertambah parah pada 2 Oktober 2023 saat level IQAir meningkat ke angka 163. Ini menempatkan Jakarta menjadi yang terburuk kedua di dunia setelah kota Lahore, Pakistan. Indeks kualitas udara 163 ini juga masih terjadi pada 11 November 2023.
(faz/nwk)