Puisi Prismatis: Pengertian, Ciri-ciri, dan Contohnya

ADVERTISEMENT

Puisi Prismatis: Pengertian, Ciri-ciri, dan Contohnya

Nur Wasilatus Sholeha - detikEdu
Jumat, 22 Mar 2024 05:20 WIB
Chairil Anwar sudah tidak asing dalam dunia sastra Indonesia. Sosoknya berperan penting dalam peringatan Hari Puisi Nasional 26 Juli. Simak profil Chairil Anwar.
Puisi karya Chairil Anwar bisa dikategorikan puisi prismatis Foto: detikcom/Ilustrasi: Edi Wahyono
Jakarta -

Detikers pernah mendengar puisi yang penggunaannya berupa diksi kiasan? Puisi yang menggunakan diksi kiasan serta sukar dipahami dikenal dengan nama puisi prismatik.

Dalam puisi, terdapat beberapa perbedaan jenis, salah satunya berdasarkan makna dalam hubungan dengan diksi dan bahasa kiasan yang digunakan, serta bersifat visual yang dapat dihayati keindahan bentuk dari sudut penglihatan tersebut, puisi dibedakan yaitu puisi diafan, puisi prismatis, dan puisi gelap.

Berikut penjelasan puisi prismatis serta perbedaannya dengan puisi diafan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Puisi Prismatis

Dikutip dari buku Pembelajaran Puisi untuk Mahasiswa, puisi prismatis adalah puisi yang mengandung unsur-unsur pembangun puisi secara apik, baik dari segi ketepatan penggunaan diksi, kata konkret, imaji, maupun penggunaan majas atau gaya bahasa melalui ekspresi yang tidak langsung.

Puisi prismatis adalah puisi yang remang-remang atau tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap, kata-kata dari puisi ini bersifat polyinterpretable atau mempunyai kemungkinan makna lebih dari satu.

ADVERTISEMENT

Biasanya, orang yang membaca puisi prismatis tidak secara langsung memahami apa yang disampaikan penyair, tetapi pembaca dapat mulai merasakan kira-kira apa yang dimaksudkan melalui pembacaan yang berulang.

Dalam puisi ini, kata-katanya menggunakan simbol lambang, kiasan, dan kata konotatif.

Ciri-ciri Puisi Prismatis

Terdapat ciri-ciri puisi prismatis, yaitu:

1. Banyak menggunakan majas, kiasan atau bahasa figuran

2. Memiliki makna sajak membias kemana-mana seperti prisma atau memiliki makna ganda

3. Membutuhkan imajinasi

4. Sajaknya perlu ditafsirkan

5. Tidak menggunakan kalimat sehari-hari seperti puisi diafan

6. Bersifat polyinterpretable

Perbedaan Puisi Prismatis dengan Puisi Diafan

Dalam puisi prismatis, sangat mengandalkan pemakaian kata-kata yang terbentuk dari perlambangan atau kiasan. Sedangkan, puisi diafan biasanya kurang menggunakan pengimajian.

Kata-kata puisi prismatis biasanya mempunyai kemungkinan makna lebih dari satu sehingga pembaca membutuhkan imajinasi untuk menangkap maksud dari puisi, sedangkan puisi diafan sangat terang benderang dan mudah dipahami.

Contoh Puisi Prismatis

Berikut beberapa contoh puisi prismatik yang bisa detikers pelajari, yaitu:

Tanah Air Mata

(Sutardji Calzoum Bachri)

Tanah airmata tanah tumpah darahku

Mata air airmata kami

Airmata tanah air kamu

Di sinilah kami berdiri

Menyanyikan airmata kami

Dibalik gembur subur tanahmu

Kami simpan perih kami

Di balik etalase megah gedung-gedungmu

Kami coba sembunyikan derita kami

Kami coba simpan nestapa

Kami coba kuburkan duka lara

Tapi perih tak bisa sembunyi

Ia merebak ke mana-mana

Bumi memang tak sebatas pandang

Dan udara luas menunggu

Namun kalian takkan bisa menyingkir

Kalian sudah terkepung

Takkan bisa mengelak

Takkan ke mana pergi

Menyerahlah pada kedalaman air mata kami

Diponegoro

(Chairil Anwar)

Di masa pembangunan ini

tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar.

Lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti

Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri

Menyediakan api.

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas

Sungguh pun dalam ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai.

Maju.

Serbu.

Serang.

Terjang.

LAGU BIASA

(Chairil Anwar)

Di teras rumah makan kami kini berhadapan

Baru berkenalan. Cuma berpandangan

Sungguhpun samudra jiwa sudah selam berselam

Masih saja berpandangan

Dalam lakon pertama

Orkes meningkah dengan "Carmen" pula.

Ia mengerling. Ia ketawa

Dan rumput kering terus menyala

Ia berkata. Suaranya nyaring tinggi

Darahku terhenti berlari

Ketika orkes memulai "Ave Maria"

Kuseret ia ke sana ....

Dengan Puisi, Aku

(Taufiq Ismail)

Dengan puisi aku bernyanyi

Sampai senja umurku nanti

Dengan puisi aku bercinta

Berbatas cakrawala

Dengan puisi aku mengenang

Keabadian yang akan datang

Dengan puisi aku menangis

Jarum waktu bila kejam mengiris

Dengan puisi aku mengetuk

Nafas zaman yang busuk

Dengan puisi aku berdoa

Perkenankanlah kiranya




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads