Detikers pernah mendengar puisi yang penggunaannya berupa diksi sehari-hari? Puisi yang menggunakan diksi sehari-hari serta mudah dipahami adalah puisi diafan.
Dalam puisi, terdapat beberapa perbedaan jenis, salah satunya berdasarkan makna dalam hubungan dengan diksi dan bahasa kiasan yang digunakan, serta bersifat visual yang dapat dihayati keindahan bentuk dari sudut penglihatan tersebut, puisi dibedakan menjadi tiga yaitu puisi diafan, puisi prismatis, dan puisi gelap.
Berikut penjelasan puisi diafan serta perbedaannya dengan puisi prismatis dan puisi gelap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa itu Puisi Diafan?
Mengutip dari buku Kajian Makna Puisi Keagamaan Metode Hermeneutika, puisi diafan adalah puisi yang polos atau puisi yang kurang dalam menggunakan pengimajian, kata kiasan, dan bahasa figuran.
Puisi diafan juga dikenal dengan istilah puisi transparan, istilah transparan mengandung arti jernih atau bening, sehingga puisi diafan adalah puisi yang mudah dipahami isinya karena hampir semua kata-katanya terbuka.
Dengan kata lain, puisi diafan mirip dengan bahasa sehari-hari dengan tidak ditemukan simbol dan kiasan. Biasanya puisi berjenis ini diperuntukkan untuk anak-anak yang menulis puisi atau orang dewasa yang menulis puisi untuk anak-anak.
Ciri-ciri Puisi Diafan
Berdasarkan pengertian dari puisi diafan, ciri-ciri puisi diafan yaitu sebagai berikut:
- Mudah dipahami
- Kurang pengimajian dan kiasan
- Memiliki makna terang-benderang
- Penggunaan bahasanya seperti bahasa sehari-hari
- Biasanya diperuntukkan untuk anak-anak.
Perbedaan Puisi Diafan, Puisi Prismatis, dan Puisi Gelap
Dalam puisi diafan biasanya kurang menggunakan pengimajian yang merupakan kebalikan dari puisi prismatis yaitu sangat mengandalkan pemakaian kata-kata yang terbentuk dari perlambangan atau kiasan. Sedangkan, puisi gelap terlalu banyak majas.
Kalau kata-kata puisi diafan sangat terang benderang dan mudah dipahami, sedangkan dalam puisi prismatis mempunyai kemungkinan makna lebih dari satu, dan puisi gelap sangat sukar ditafsirkan.
Contoh Puisi Diafan
Berikut tiga contoh puisi diafan yang bisa kamu pelajari:
SAJAK SIKAT GIGI
(Yudhistira Ardinugraha)
Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidurnya ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia berpendapat bahwa kejadian itu terlalu berlebih-lebihkan.
Aku, Si SUNGAI
(Ralli Dibyaguna)
Aku adalah sungai
Yang mengalir dari gunung ke lautan yang luas
Airku yang jernih
Berasal dari mata air nun jauh di gunung
Di sepanjang perjalanan ku ditemani
Oleh ikan-ikan
Oleh beragam hewan
Yang melepaskan dahaga dengan airku
Airku yang jernih dan segar
Namun,
Sesampai di kota, manusia memberiku sampah
Air jernihku menjadi coklat, kotor, dan bau
Airku yang jernih tercemar sudah
Teman-temanku, ikan-ikan ikut menderita
Semua.. karena ulah manusia
Adakah yang patut kuperbuat?
Adakah yang dapat kau perbuat, kawan?
Agar airku jernih dan segar kembali
Tolonglah aku...
20 September 1966
(Sandy Tyas)
Seorang kawan menepuk bahu
pandangannya tajam pasti, suaranya berat:
bagaimana seandainya situasi politik berbalik
kaum pengkhianat
kembali menusukkan kuku-kukunya
yang panjang hitam dan kotor
di leher kita
kamu ditendang tak diberi ruang
kubalas pandang tajam pasti
dalam suara jawaban yang juga pasti:
soalnya bukan ditendang atau tidak ditendang
bukan digeser atau tidak digeser
penjara atau bukan penjara
dibunuh atau tidak dibunuh
soalnya adalah:
bahwa kita meyakini
perjuangan ini benar
mengandung nilai moral
yang tinggi
mengandung nilai kemanusiaan
yang tinggi
cita-cita manusia sebenarnya
kita tidak sendiri
barisan perjuangan penuntun hak azasi
warganegara
berjuta jumlahnya
itulah soalnya.
(pal/pal)