Puisi Diafan: Ciri-ciri, Contoh Puisi, Perbedaan dengan Prismatis dan Gelap

ADVERTISEMENT

Puisi Diafan: Ciri-ciri, Contoh Puisi, Perbedaan dengan Prismatis dan Gelap

Nur Wasilatus Sholeha - detikEdu
Senin, 18 Mar 2024 07:30 WIB
cara membuat puisi
Ilustrasi puisi Foto: Getty Images/iStockphoto/brazzo
Jakarta -

Detikers pernah mendengar puisi yang penggunaannya berupa diksi sehari-hari? Puisi yang menggunakan diksi sehari-hari serta mudah dipahami adalah puisi diafan.

Dalam puisi, terdapat beberapa perbedaan jenis, salah satunya berdasarkan makna dalam hubungan dengan diksi dan bahasa kiasan yang digunakan, serta bersifat visual yang dapat dihayati keindahan bentuk dari sudut penglihatan tersebut, puisi dibedakan menjadi tiga yaitu puisi diafan, puisi prismatis, dan puisi gelap.

Berikut penjelasan puisi diafan serta perbedaannya dengan puisi prismatis dan puisi gelap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa itu Puisi Diafan?

Mengutip dari buku Kajian Makna Puisi Keagamaan Metode Hermeneutika, puisi diafan adalah puisi yang polos atau puisi yang kurang dalam menggunakan pengimajian, kata kiasan, dan bahasa figuran.

Puisi diafan juga dikenal dengan istilah puisi transparan, istilah transparan mengandung arti jernih atau bening, sehingga puisi diafan adalah puisi yang mudah dipahami isinya karena hampir semua kata-katanya terbuka.

ADVERTISEMENT

Dengan kata lain, puisi diafan mirip dengan bahasa sehari-hari dengan tidak ditemukan simbol dan kiasan. Biasanya puisi berjenis ini diperuntukkan untuk anak-anak yang menulis puisi atau orang dewasa yang menulis puisi untuk anak-anak.

Ciri-ciri Puisi Diafan

Berdasarkan pengertian dari puisi diafan, ciri-ciri puisi diafan yaitu sebagai berikut:

  1. Mudah dipahami
  2. Kurang pengimajian dan kiasan
  3. Memiliki makna terang-benderang
  4. Penggunaan bahasanya seperti bahasa sehari-hari
  5. Biasanya diperuntukkan untuk anak-anak.

Perbedaan Puisi Diafan, Puisi Prismatis, dan Puisi Gelap

Dalam puisi diafan biasanya kurang menggunakan pengimajian yang merupakan kebalikan dari puisi prismatis yaitu sangat mengandalkan pemakaian kata-kata yang terbentuk dari perlambangan atau kiasan. Sedangkan, puisi gelap terlalu banyak majas.

Kalau kata-kata puisi diafan sangat terang benderang dan mudah dipahami, sedangkan dalam puisi prismatis mempunyai kemungkinan makna lebih dari satu, dan puisi gelap sangat sukar ditafsirkan.

Contoh Puisi Diafan

Berikut tiga contoh puisi diafan yang bisa kamu pelajari:

SAJAK SIKAT GIGI

(Yudhistira Ardinugraha)

Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur

Di dalam tidurnya ia bermimpi

Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka

Ketika ia bangun pagi hari

Sikat giginya tinggal sepotong

Sepotong yang hilang itu agaknya

Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali

Dan ia berpendapat bahwa kejadian itu terlalu berlebih-lebihkan.

Aku, Si SUNGAI

(Ralli Dibyaguna)

Aku adalah sungai

Yang mengalir dari gunung ke lautan yang luas

Airku yang jernih

Berasal dari mata air nun jauh di gunung

Di sepanjang perjalanan ku ditemani

Oleh ikan-ikan

Oleh beragam hewan

Yang melepaskan dahaga dengan airku

Airku yang jernih dan segar

Namun,

Sesampai di kota, manusia memberiku sampah

Air jernihku menjadi coklat, kotor, dan bau

Airku yang jernih tercemar sudah

Teman-temanku, ikan-ikan ikut menderita

Semua.. karena ulah manusia

Adakah yang patut kuperbuat?

Adakah yang dapat kau perbuat, kawan?

Agar airku jernih dan segar kembali

Tolonglah aku...

20 September 1966

(Sandy Tyas)

Seorang kawan menepuk bahu

pandangannya tajam pasti, suaranya berat:

bagaimana seandainya situasi politik berbalik

kaum pengkhianat

kembali menusukkan kuku-kukunya

yang panjang hitam dan kotor

di leher kita

kamu ditendang tak diberi ruang

kubalas pandang tajam pasti

dalam suara jawaban yang juga pasti:

soalnya bukan ditendang atau tidak ditendang

bukan digeser atau tidak digeser

penjara atau bukan penjara

dibunuh atau tidak dibunuh

soalnya adalah:

bahwa kita meyakini

perjuangan ini benar

mengandung nilai moral

yang tinggi

mengandung nilai kemanusiaan

yang tinggi

cita-cita manusia sebenarnya

kita tidak sendiri

barisan perjuangan penuntun hak azasi

warganegara

berjuta jumlahnya

itulah soalnya.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads