Begini Wujud Fosil Penyu Raksasa dari Zaman Pleistosen Akhir

ADVERTISEMENT

Begini Wujud Fosil Penyu Raksasa dari Zaman Pleistosen Akhir

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Selasa, 19 Mar 2024 19:30 WIB
Bagian dari Fosil Penyu Raksasa di Brasil
Foto: Doc. Senckenberg Research Institute and Natural History Museum/Bagian rahang dari fosil penyu raksasa di Brasil
Jakarta -

Spesies baru penyu raksasa dari akhir Pleistosen berhasil diidentifikasi oleh ilmuwan dari Jerman. Penyu raksasa ini diketahui berusia antara 40.000 dan 90.000 tahun.

Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Dr Gabriel S. Ferreira dari Senckenberg Center for Human Evolution and Paleoenvironment TΓΌbingen University, Jerman, mengungkapkan bahwa penyu raksasa yang ditemukan bernama Peltocephalus maturi, yang berasal dari Amazon Brazil.

Ukuran cangkang yang mencapai 180 sentimeter, membuatnya menjadi penyu air tawar terbesar di dunia. Fragmen fosil yang ditemukan, yang merupakan bagian dari rahang bawah seekor penyu purba, ditemukan oleh para penambang emas di tambang Taquaras di Porto Velho, Brazil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun nama Maturin diambil dari karakter fiksi yang diciptakan Stephen King dalam buku terlarisnya. Maturin adalah tokoh protagonis utama dalam multiverse Stephen King yang bertanggung jawab atas penciptaan alam semesta dalam novel dan film King, sebagaimana dikutip dari phys.org.

Dr Ferreira dan rekannya mengatakan bahwa dulu hanya sedikit penyu yang diketahui hidup di perairan tawar dengan panjang cangkang lebih dari 150 sentimeter.

ADVERTISEMENT

Kemudian, temuan fosil raksasa baru yang berasal dari akhir zaman Pleistosen, sekitar 40.000-90.000 tahun yang lalu, diklasifikasikan sebagai spesies baru.

Perbandingan dengan Penyu Air Tawar Saat Ini

Salah satu penyu air tawar terbesar yang hidup saat ini adalah penyu Asia cangkang lunak berkepala sempit (Chitra chitra), yang memiliki panjang cangkang maksimal 140 sentimeter. Kemudian ada juga penyu sungai Amerika Selatan (Podocnemis expansa) yang memiliki panjang cangkang maksimal 110 sentimeter.

Kondisi Chitra chitra saat ini terdaftar sebagai Sangat Terancam Punah oleh Daftar Merah IUCN karena penyebarannya yang sangat terbatas dan penurunan populasi.

Spesies ini terancam oleh eksploitasi untuk dijadikan makanan dan perdagangan hewan peliharaan internasional, pengumpulan telur, dan terbunuh tak sengaja oleh praktik penangkapan ikan di wilayah jelajahnya.

Sementara kondisi Podocnemis expansa, populasinya telah berkurang drastis karena penggunaan telur dan dagingnya. Spesies ini juga terpengaruh oleh lingkungan yang mengganggu perkembangan embrio dan penentuan jenis kelamin mereka.

Kini keberadaannya dilindungi oleh Lampiran II Convention on International Trade in Endangered Species (CITES).

Hubungan dengan Jenis Penyu Lain di Amazon

Tim peneliti berasumsi adanya hubungan dekat antara penyu Amazon modern berkepala besar (Peltocephalus dumerilianus) dan Peltochepalus maturin yang baru ditemukan fosilnya. Keduanya dipulihkan sebagai taksa saudara dalam Erumnochelyinae.

Dr Ferreira mengaku terkejut mengenai penyu air tawar yang jarang memiliki bentuk sebesar penyu berukuran paling besar itu dan fosil raksasa termuda yang diketahui saat ini ternyata berasal dari endapan Miosen.

Penemuan ini menjadi babak baru dari penyu air tawar raksasa yang dianggap sebagai spesies termuda yang pernah diketahui. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa Peltocephalus maturin telah hidup bersama manusia purba di Amazon.

"Sekitar 12.600 tahun lalu sudah ada manusia yang tinggal di Amazon. Kura-kura besar telah menjadi makanan hominin sejak zaman Paleolitikum. Penyu air tawar pun memiliki kelincahan sehingga sulit ditangkap dan dimakan. Masih belum jelas apakah manusia serta Peltocephalus maturin dengan megafauna Amerika Selatan, telah menjadi korban dari perluasan manusia," tutur Dr Ferreira.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads