Impor adalah kegiatan dalam ekonomi yang mendatangkan barang atau jasa dari luar negeri untuk masuk ke dalam negeri. Kegiatan ini juga dilakukan salah satunya dalam bidang pangan seperti impor beras. Lantas negara mana yang melakukan impor beras terbesar di dunia?
Pihak yang melakukan impor atau pengimpor beras bisa perusahaan maupun pemerintah dalam suatu negara. Tujuan impor ini biasanya dilakukan untuk mencukupi kebutuhan beras di dalam negeri. Impor beras juga dilakukan sebagai langkah untuk menjaga stabilitas harga beras di pasar.
Secara umum, impor beras dilakukan banyak negara karena banyak populasi di dunia yang mengandalkan beras sebagai bahan makanan pokok. Mulai dari negara-negara Asia hingga Afrika, termasuk Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan laporan yang disajikan oleh lembaga penyedia data Statista, terdapat sepuluh negara sebagai pengimpor beras terbesar di dunia. Berikut datanya.
10 Negara Pengimpor Beras Terbesar di Dunia
Berikut ini data pada 2023/2024 dalam 1.000 metrik ton.
1. Filipina - 3.800
2. Cina - 2.800
3. Indonesia - 2.500
4. Uni Eropa - 2.400
5. Nigeria - 2.100
6. Irak - 2.000
7. Pantai Gading - 1.400
8. Senegal - 1.400
9. Vietnam - 1.400
10. Arab Saudi -1.400
Indonesia Pengimpor Beras Ketiga Dunia, Padahal Produsen Beras Terbesar Dunia
Dalam data di atas, Indonesia termasuk yang terbesar dalam impor beras. Padahal, data menunjukkan bahwa Indonesia juga merupakan negara dengan produksi terbesar di dunia.
Menurut data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) pada 2023, Indonesia memproduksi beras mencapai 34,3 juta ton metrik dan menjadi negara keempat yang memproduksi beras terbanyak di dunia.
Sebagian besar daerah penghasil beras di Indonesia terletak di Pulau Jawa dan Sumatra.
Lantas kenapa Indonesia masih impor beras?
Alasan Indonesia Masih Impor Beras
1. Peningkatan Populasi
Dalam sebuah kesempatan acara "Pembinaan Petani se-Jawa Tengah di Banyumas" pada Januari 2024 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan salah satu impor beras masih dilakukan karena meningkatnya jumlah penduduk.
Ia mengatakan bahwa ada sekitar 4 juta-4,5 juta bayi yang lahir setiap tahun yang semuanya butuh makan beras.
"Yang kita harapkan adalah kita ini ingin tidak impor beras lagi, tapi itu dalam praktiknya sangat sulit karena produksinya enggak mencapai," ucap Jokowi dalam CNN Indonesia, dikutip Selasa (19/3/2024).
Dalam CNBC Indonesia, dijelaskan bahwa hal ini termasuk terkait kebutuhan bantuan pangan. Misal, pada 2023, pemerintah membagi bantuan beras kepada 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM), masing-masing 10 kg selama 3 bulan.
2. Penyerapan Stok Beras dari Petani yang Kurang Maksimal
Peneliti Center of Economic and Law Studies (Celios), Muhammad Andri Perdana, mengatakan bahwa ada banyak faktor yang memengaruhi isu perberasan nasional, termasuk masalah impor itu. Mulai dari masalah alih fungsi lahan, nilai tukar petani, hingga teknologi.
Selain itu, ia turut menyebut peran Bulog yang seharusnya memaksimalkan penyerapan stok beras dari petani.
Menurut Andri, peran Bulog dinilai terhambat oleh batasan harga pembelian pemerintah (HPP) yang tidak sesuai kondisi pasar.
"Perlu ada perombakan dari level kebijakan untuk memastikan penyerapan tersebut bisa berfungsi semestinya. Dengan begitu, permasalahan produksi beras dan impor bisa terurai," tuturnya.
3. Terkait Stabilisasi Harga Pangan
Alasan lainnya adalah pemerintah menggelontorkan beras ke pasar untuk mengendalikan kenaikan harga. Hal ini dilakukan lewat operasi pasar atau program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke pasar induk, Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), serta pasar eceran pasar tradisional dan ritel modern, menurut laporan CNBC Indonesia.
(faz/nwy)