Sejarah Patrol Bangun Sahur, Ternyata Sudah Ada Sejak Zaman Nabi Muhammad

ADVERTISEMENT

Sejarah Patrol Bangun Sahur, Ternyata Sudah Ada Sejak Zaman Nabi Muhammad

Nikita Rosa - detikEdu
Selasa, 19 Mar 2024 03:00 WIB
Ali Sammak plays a drum while Yasser Sammak sings religious songs, keeping the tradition of Mesaharati, to wake up Muslims to have the pre-dawn meal before they start their fast, during the holy month of Ramadan, in Jidhafs, Manama, Bahrain, April 6, 2022. REUTERS/Hamad I Mohammed
Tradisi Patrol Bangunkan Sahur. (Foto: REUTERS/HAMAD I MOHAMMED)
Jakarta -

Patrol bangun sahur merupakan salah satu tradisi yang erat dengan bulan Ramadan. Jika dilihat dari sejarahnya, tradisi ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad.

Hal itu disampaikan oleh Djoko Adi Prasetyo. Antropolog sekaligus dosen kebudayaan Islam dan klasik Indonesia Universitas Airlangga (Unair) itu mengungkap jika tradisi patrol sahur dianggap sebagai sebuah kesenian musik rakyat.

"Penduduk di sekitar Mekkah memiliki kelompok-kelompok yang bertugas untuk membangunkan orang makan sahur. Bersenjata lentera dan gendang, mereka berkeliling ke sudut kota sambil meneriakkan bahwa waktu sahur telah tiba," ungkapnya dalam laman Unair dikutip Senin (18/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Patrol Bangun Sahur

Menurut Djoko, tradisi patrol bangun sahur sudah muncul sejak zaman Nabi Muhammad. Sebagai pengingat waktu sahur, masyarakat pada zaman itu menggunakan azan sebagai pengingat.

"Di zaman Nabi Muhammad, belum ada pengeras suara atau alat yang dapat digunakan untuk membangunkan sahur. Karena itu, cara yang dipakai sangat sederhana, yaitu dengan mengumandangkan azan," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Setelahnya, perkembangan zaman membuat tradisi itu mulai menggunakan alat-alat seperti gendang untuk menghasilkan bunyi. Dari situlah tradisi patrol bangun sahur menyebar hingga ke Indonesia dan beradaptasi di setiap daerah.

Di Sulawesi, tradisi patrol bangun sahur dikenal dengan sebutan dengo-dengo. Kemudian di Jawa Barat disebut ubrug-ubrug. Mitosnya, patrol sahur berawal dari kebiasaan dalam memanggil burung merpati yang dipelihara.

"Empunya memukul kentongan yg berbunyi tuk..tuk...tuk. Nah, dari situlah muncul musik patrol yang alatnya terbuat dari kayu menyerupai kentongan, namun pendek," ujarnya.

Nilai Patrol Bangun Sahur

Djoko menilai patrol bangun sahur mengandung tiga nilai, yakni nilai tanggung jawab sosial, interaksi sosial, dan solidaritas. Tanggung jawab sosial berarti masyarakat memiliki tanggung jawab untuk saling mengingatkan waktu sahur.

"Dalam patrol sahur, tentu dilaksanakan secara berkelompok. Maka terdapat interaksi sosial di dalamnya. Nilai solidaritas sebagai umat muslim untuk mengingatkan sahur dan menjalankan puasa sebagai umat yang taat dalam beragama," tegasnya.




(nir/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads