Jika detikers melihat dua cangkir, maka kalian akan langsung tahu bahwa ada dua cangkir. Hal yang sama berlaku jika jumlahnya tiga atau empat.
Namun, kalau jumlahnya ada lima atau lebih, kalian harus menghitungnya. Menurut sebuah studi baru, hal ini sudah terprogram dalam otak kita.
Beberapa peneliti berspekulasi bahwa ada dua mekanisme menghitung di dalam otak kita, satu untuk jumlah yang lebih kecil, yang disebut "subitisasi" dan satu lagi yang benar-benar menghitung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun gagasan ini masih diperdebatkan hingga saat ini," jelas Prof Florian Mormann dari Departemen Epileptologi di Rumah Sakit Universitas Bonn, yang melakukan penelitian di Universitas Bonn.
"Bisa juga otak kita selalu membuat perkiraan, namun tingkat kesalahan dalam jumlah kecil sangat rendah sehingga luput dari perhatian," katanya, dikutip dari ZME Science. Hal ini membuat Mormann mulai mengukurnya.
Inti dari penelitian ini adalah metode unik yang melibatkan rekaman neuron tunggal dari lobus temporal medial pasien bedah saraf.
Peserta ditugasi melakukan aktivitas yang tampaknya sederhana, yaitu menilai (ganjil atau genap) angka-angka yang disajikan dalam bentuk susunan titik.
Ini memungkinkan peneliti untuk secara langsung mengamati dan mencatat aktivitas saraf sebagai respons terhadap rangsangan numerik.
Dengan berfokus pada serangkaian angka, dari kecil hingga besar, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap potensi perubahan dalam mekanisme pemrosesan otak.
Hingga susunan empat titik, peserta menjawab dengan cepat dan akurat. Mereka hampir tidak melakukan kesalahan.
Kemudian, untuk lima titik atau lebih, segalanya menjadi rumit. Waktu menjawab bertambah seiring semakin banyak titik yang ada.
Para peneliti mengamati bagaimana neuron yang berbeda menyala ketika melihat sejumlah titik yang berbeda. Perubahan terbesar nampaknya terjadi ketika berpindah dari empat objek atau kurang menjadi lima objek atau lebih.
"Tampaknya ada mekanisme tambahan untuk jumlah elemen yang jumlahnya kurang dari lima yang membuat neuron ini lebih presisi," kata Nieder. Studi ini telah dipublikasikan di Nature Human Behavior.
(nah/faz)