Apa Penyebab Tenggelamnya Kapal Titanic? Pakar Ungkap Hal Ini

ADVERTISEMENT

Apa Penyebab Tenggelamnya Kapal Titanic? Pakar Ungkap Hal Ini

Fahri Zulfikar - detikEdu
Senin, 04 Mar 2024 19:30 WIB
Bangkai kapal Titanic
Foto: Atlantic Productions/Magellan/Bangkai Kapal Titanic
Jakarta -

Titanic adalah kapal pesiar terbesar dan termewah pada masanya. Kapal ini menjadi sangat terkenal lantaran tragedi yang menimpa pada 1912 dan menewaskan sekitar 1.000 penumpang. Lantas, apa penyebab tenggelamnya kapal Titanic?

Untuk diketahui bahwa kapal Titanic memiliki ukuran yang sangat besar. Panjangnya lebih dari 268 meter dari haluan hingga buritan dan tingginya 53 meter 175, serta berat lebih dari 46.000 ton.

Pada zaman itu, Titanic terbilang sangat canggih karena sudah memiliki teknologi unggul, termasuk panel kontrol listrik yang canggih, empat elevator, dan sistem komunikasi nirkabel yang dapat mengirimkan Kode Morse.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, kapal ini tak pernah mencapai tujuannya ke New York. Sebab, selepas berangkat dari Southampton, Inggris, Titanic menabrak gunung es dan tenggelam di lepas pantai Newfoundland, Kanada, pada 14 April 1912.


Penyebab Tenggelamnya Kapal Titanic

Mengutip laman History, para ahli masih memperdebatkan kemungkinan penyebab bencana bersejarah yang merenggut nyawa lebih dari 1.500 penumpang dan awak kapal tersebut.

ADVERTISEMENT

Namun, kebanyakan dari mereka setuju bahwa hanya kombinasi keadaan yang dapat membuat Titanic karam di lautan. Kombinasi keadaan tersebut termasuk kecepatan tinggi, salah belok yang fatal, kondisi cuaca, peringatan gunung es yang diabaikan, dan kurangnya teropong.

Dua penelitian pada 2012 menunjukkan bahwa faktor alam menjadi penyebab terbesar dalam tragedi tenggelamnya kapal yang sempat disebut 'tak akan bisa tenggelam' tersebut.

Studi pertama berargumen bahwa Bumi berada sangat dekat dengan Bulan dan Matahari pada tahun itu, sehingga meningkatkan tarikan gravitasi Bumi terhadap lautan dan menghasilkan rekor pasang surut.

Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan jumlah es yang mengapung di Atlantik Utara pada saat tenggelamnya es tersebut.

Studi kedua, yang dilakukan oleh sejarawan Inggris, Tim Maltin, menyatakan bahwa kondisi atmosfer pada malam bencana mungkin telah menyebabkan fenomena yang disebut super refraksi.

"Pembengkokan cahaya ini bisa saja menciptakan fatamorgana, atau ilusi optik, yang menghalangi para pengintai Titanic untuk melihat gunung es dengan jelas," ungkapnya.

Menurut Maltin, kondisi tersebut juga akan membuat Titanic tampak lebih dekat dengan kapal terdekat di lautan saat itu, yakni kapal Californian, sehingga menyebabkan awak kapal berasumsi bahwa kapal tersebut adalah kapal lain tanpa radio.

Namun, kondisi saat itu tidak jelas situasi sebenarnya dan Kapten Stanley Lord akhirnya tidak memerintahkan orang di kapal Californian itu untuk membantu.

"Sehingga menghalangi mereka untuk mencoba berkomunikasi. Dari sudut pandang mereka, dan dengan kondisi berkabut ini, ketika Titanic mulai tenggelam, awak kapal asal California akan mengira kapal tersebut hanya berlayar menjauh," imbuhnya.

Penyebab Banyaknya Korban yang Berjatuhan

Untuk ukuran kapal termewah dan tercanggih pada masa itu, tragedi Titanic memakan korban yang sangat banyak. Faktor yang menentukan banyaknya korban berjatuhan ini pernah diteliti oleh Jerome Chertkoff, seorang profesor psikologi emeritus di Indiana University Bloomington.

Dengan tajuk "Studi Kasus Komparatif Evakuasi Kapal Penumpang," Chertkoff membandingkan 12 kasus terkenal mengenai kegagalan evakuasi kapal penumpang, termasuk Titanic, dan empat kasus terkenal mengenai keberhasilan evakuasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan keberhasilan evakuasi, baik dari kapal laut, pesawat terbang, atau dalam keadaan darurat kebakaran.

"Kami pada akhirnya ingin mencapai kondisi di mana jalan keluar menjadi efisien dan berhasil menyelamatkan diri dari potensi bencana," terang Chertkoff, salah satu dari sedikit psikolog sosial di dunia yang mempelajari keadaan darurat ini.

Ia mengatakan bahwa ada lima faktor yang dapat memengaruhi evakuasi kapal, yakni kecepatan tenggelam, cuaca, komunikasi, kedatangan penyelamat, dan kapasitas bertahan hidup.

Dalam konteks kapasitas bertahan hidup, pada kasus Titanic menjadi faktor yang cukup besar. Data menunjukkan bahwa Titanic hanya membawa 20 sekoci.

Meski itu adalah jumlah minimum yang sah dengan total kapasitas 1.178 orang, tetapi Titanic ternyata telah direkomendasikan untuk membawa sekoci 50 persen lebih banyak, pada saat sebelum berangkat.

Namun, pada saat kejadian, karena kekacauan yang terjadi setelah Titanic menabrak gunung es, 20 sekoci meninggalkan kapal dengan sekitar 400 kursi kosong. Hal ini menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas di perairan laut yang sangat dingin.




(faz/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads