Plagiarisme adalah kasus serius yang hadir di bidang penulisan dan akademik, terutama pada penulisan karya ilmiah. Saking seriusnya, Menteri Pendidikan Tinggi Norwegia, Sandra Borch mengundurkan diri dari jabatannya pada Januari 2024 lalu.
Borch melakukan hal tersebut usai menemukan tesis mahasiswa pascasarjana di negaranya tepatnya Oslo melakukan plagiarisme. Plagiarisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti penjiplakan yang melanggar hak cipta.
Mahasiswa yang berkuliah di BI Business School, Oslo itu diketahui bernama Kristoffer Rytterager. Melansir AP News, Rytterager akhirnya dikeluarkan karena melakukan pelanggaran akademis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus plagiarisme akademis akhirnya menjadi topik hangat di Amerika Serikat pada akhir Januari 2024 lalu. Namun, sepanjang sejarah ada kasus plagiarisme lain yang terkenal. Berikut daftar kasusnya dikutip dari laman Mental Floss.
3 Kasus Plagiarisme yang Terkenal Sepanjang Sejarah
1. Pidato 'I Have a Dream' oleh Martin Luther King, Jr
Pada tahun 1995, Martin Luther King, Jr menerima gelar doktor di bidang teologi sistematika dari Universitas Boston. Gelar itu didapatkan melalui disertasi yang membandingkan teolog Paul Tillich dan Henry Nelson Wieman.
King adalah sosok yang dikenal karena kontribusinya terhadap gerakan hak-hak sipil Amerika pada tahun 1960-an menurut Ensiklopedia Britannica. Karyanya yang paling terkenal adalah pidatonya yang berjudul "I Have a Dream" yang disampaikan pada tahun 1963.
Pidato itu membicarakan mimpi King tentang negara Amerika Serikat yang bebas dari segregasi dan rasisme. King juga menganjurkan metode protes tanpa kekerasan dan sosok yang mengorganisir demonstrasi serta boikot di Amerika.
King meninggal secara tragis pada tanggal 4 April 1968. Ia ditembak oleh James Earl Ray dan meninggal dunia satu jam kemudian. Kematiannya memicu kerusuhan di seluruh negeri.
Tidak hanya itu, beberapa kasus juga ikut terbongkar. Salah satunya berkaitan dengan gelar doktor yang diperoleh King. Ditemukan bila King telah melakukan plagiarisme saat menyusun disertasi. Hal ini ditemukan komite investigasi yang melakukan penyelidikan selama kurang lebih setahun setelah dibentuk pada 1990.
Hanya saja, seperti dikutip dari New York Times, komite tersebut tidak merekomendasikan pencabutan gelar doktor untuk Martin Luther King, Jr. Komite itu cuma meminta temuan mereka disisipkan pada salinan resmi disertasi King yang berada di perpustakaan kampus.
Selain itu, beberapa bagian pidato ikoniknya "I Have a Dream" disebut bersumber dari pidato seorang rekannya, politisi terkemuka di Chicago bernama Archibald James Carey, Jr pada tahun 1952. Akhiran pidato King dinilai sebuah hasil improvisasi yang sangat mirip dan membuat beberapa orang percaya bahwa ia terinspirasi oleh pidato Carey.
2. Paradise Lost karya John Milton
Pada tahun 1747 seorang sarjana asal Skotlandia yang berpredikat pemalsu terkenal, William Lauder menghebohkan publik. Diduga karena sakit hati lantaran kegagalan karier profesionalnya, Lauder menerbitkan beberapa esai di Gentlemen's Magazine.
Esai itu mengklaim bahwa John Milton telah mencuri puisi berjudul Paradise Lost di tahun 1667 dari penulis lain. Keadaannya saat itu Milton telah meninggal dunia dan dituduh menjiplak karya penyair lain.
Namun, satu fakta terungkap. Diketahui Lauder telah memalsukan bukti yang disampaikan di dalam esainya. Ia menyisipkan baris-baris dari Paradise Lost ke dalam karya penulis lain.
Karena hal tersebut banyak sarjana mendukung Lauder. Namun, tidak sedikit juga yang skeptis dan mempelajari puisi lama yang masih ada. Hasilnya yang curang adalah Lauder bukan Milton. Lauder akhirnya melarikan diri ke Barbados, Karibia serta meninggal dunia dalam ketidakjelasan.
3. The Lives of Haydn, Mozart, and Metastasio karya Stendhal
Stendhal adalah penulis asal Prancis yang terkenal dengan bukunya tentang seni dan perjalanan. Meski begitu, buku debut pertamanya berjudul "The Lives of Haydn, Mozart, and Metastasio" tahun 1814.
Melalui buku tersebut, Stendhal tertuduh melakukan plagiarisme dari suatu biografi. Hal ini diungkap seorang kritikus yang diterbitkan ulang di jurnal Modern Language Reviews.
Kritikus tersebut menyebutkan bila Stendhal tidak mengenal kehidupan Haydn dan mengarangnya atau lebih tepatnya menerjemahkan karya dari biografi berbahasa Italia tentang Haydn. Penulis biografi itu diketahui sebagai Giuseppe Carpanis yang merupakan ahli musik terkemuka pada zaman itu.
"Masalahnya berbahaya bahkan menggelikan, ini ia selesaikan dengan plagiarisme... dengan tergesa-gesa ia mengarang karyanya yang luar biasa dengan meminjam secara praktis semuanya tanpa satu kata pengakuan," tulis kritikus tersebut.
Mengetahui karyanya dikritik, Stendhal mengambil tindakan lebih jauh dan membuat bukti. Hingga akhirnya ia dibebaskan dari tuduhannya.
Tindakan tersebut membuat kritikus kembali memberikan komentar bila bukti Stendhal hanyalah buatan semata. Ia juga mengatakan Stendhal orang yang beruntung hidup di abad yang santai.
"Jika tidak, dia mungkin akan segera mendapati dirinya berada di pengadilan kebangkrutan," tutup kritikus.
(det/pal)