Mengapa Februari Cuma 28 Hari? Cek Jawabannya di Sini

ADVERTISEMENT

Mengapa Februari Cuma 28 Hari? Cek Jawabannya di Sini

Nikita Rosa - detikEdu
Rabu, 07 Feb 2024 11:00 WIB
Kalender Februari 2023 Ada Hari Besar Apa
Mengapa Februari Cuma 28 Hari? (Foto: detikcom/Dikhy Sasra)
Jakarta -

Hampir setiap bulan di kalender masehi memiliki 30-31 hari. Lantas, mengapa Februari cuma punya 28 hari?

Sejarah kalender modern yang kita gunakan terkait dengan kalender Gregorian, kalender Romawi pertama. Kalender Gregorian memiliki perbedaan struktur yang mencolok dari varian-varian selanjutnya, yaitu terdiri dari 10 bulan, bukan 12 bulan.

Untuk menyamakan kalender sepenuhnya dengan tahun lunar, Raja Romawi Numa Pompilius menambahkan Januari dan Februari ke 10 bulan aslinya, seperti dikutip dari laman Encyclopedia Britannica.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Numa ingin menghindari angka genap dalam kalendernya. Pada masa itu, takhayul Romawi menyatakan bahwa angka genap adalah angka sial. Akhirnya, dia mengurangi satu hari dari masing-masing bulan yang beranggotakan 30 hari menjadi 29.

Tahun lunar terdiri dari 355 hari, yang berarti Numa punya 56 hari tersisa untuk dikerjakan. Pada akhirnya, setidaknya 1 dari 12 bulan harus memuat jumlah hari genap. Jadi Numa memilih bulan Februari, bulan yang menjadi tuan rumah ritual Romawi untuk menghormati orang mati dan sebagai bulan sial yang terdiri dari 28 hari.

ADVERTISEMENT

Meskipun ada perubahan dalam kalender yang diubah setelah penambahan Numa, lamanya 28 hari di bulan Februari tetap bertahan.

Penambahan 29 Hari di Tahun Kabisat

Melansir dari laman Live Science, kalender Gregorian yang disebutkan sebelumnya memiliki kekurangan, yakni sedikit lebih pendek daripada tahun Matahari atau tahun tropis. Tahun tropis adalah jumlah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengorbit Matahari sepenuhnya satu kali.

Satu tahun kalender panjangnya tepat 365 hari. Tetapi satu tahun Matahari kira-kira panjangnya 365,24 hari atau 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 56 detik.

Jika tidak memperhitungkan perbedaan ini, maka setiap tahun yang terlewati akan bertambah 5 jam, 48 menit, dan 56 detik. Seiring berjalannya waktu, hal ini akan menggeser waktu terjadinya musim.

Menambahkan hari kabisat setiap tahun keempat akan menghilangkan sebagian besar masalah ini karena panjang satu hari tambahan hampir sama. Hari kabisat akhirnya ditambahkan pada bulan Februari, menjadikannya hari ke-29.




(nir/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads