Kue keranjang menjadi makanan khas dalam perayaan Imlek. Kue ini juga disebut dengan kue bakul atau dodol Cina. Lantas seperti apa sejarah kue keranjang dalam perayaan Imlek?
Nama "keranjang" sendiri muncul di Indonesia karena bentuk cetakan kue yang berbentuk keranjang kecil. Dalam istilah Cina, kue keranjang disebut sebagai "nian gao", yang dalam dialek Hokkien disebut "ti kwe".
Kata 'niΓ‘n' memiliki arti lengket dan mempunyai pengucapan yang sama dengan kata "εΉ΄" yang artinya tahun. Sementara kata 'gΔo' berarti kue.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadi bisa simpulkan bahwa dalam bahasa Mandarin, nian gao adalah kue ketan (yang lengket). Secara harfiah, istilah "nian gao" juga kerap diartikan sebagai kue tahunan, sebagaimana dikutip dari situs Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Brawijaya (UB).
Adapun bahan dasar kue keranjang adalah tepung ketan dan gula pasir. Oleh karena itu, teksturnya kenyal dan lengket serta warnanya coklat, mirip dengan makanan tradisional di Indonesia yakni "Jenang Dodol".
Baca juga: Jadwal Libur Imlek 2024 dan Sejarahnya |
Benarkah Kue Keranjang untuk Sesaji?
Pakar sejarah dan studi budaya UB, Drs M Dwi Cahyono, M.Hum, menjelaskan bahwa pada awalnya, kue keranjang merupakan makanan yang dipersembahkan untuk menyenangkan Dewa Tungku (η«εε ¬ Cau Kun Kong) di dapur, yang akan membawa laporan menyenangkan tentang penghuni rumah kepada raja Langit (ηηδΈεΈ Giok Hong Siang Te).
Jadi, selama satu minggu (tujuh hari) sebelum Tahun Baru Imlek, kue keranjang mulai digunakan sebagai persembahan pada doa leluhur. Puncaknya pada malam hari menjelang Tahun Baru Imlek.
Sebagai persembahan, kue keranjang biasanya baru disantap pada saat Cap Go Meh, yaitu malam ke-15 setelah Tahun Baru Imlek.
Dalam laman Royal Museum Greenwich, dijelaskan bahwa memakan kue keranjang atau nian hao dianggap membawa keberuntungan. Hal ini karena frasa 'nian gao' memiliki arti yang lain yakni "tahun tinggi".
Jadi, istilah Niao Gao bagi masyarakat Tionghoa, kerap diartikan sebagai "semakin tinggi, atau lebih tinggi, atau lebih baik atau lebih menjanjikan untuk tahun yang akan datang".
Makna Kue Keranjang Dalam Perayaan Imlek
Drs Cahyono, menerangkan bahwa kue keranjang memiliki makna tertentu. Misal dari bentuknya yang bulat, memberi makna agar keluarga yang merayakan Imlek diharapkan tetap bersatu, rukun, dan bertekad menghadapi tahun yang akan datang.
"Bentuk bulat tak berujung melambangkan keterikatan tanpa batas. Makna dalam kaitannya dengan kehidupan berkeluarga adalah selalu bersama, tanpa batas waktu, sehingga tercipta keharmonisan dalam hidup dan siap menghadapi masa depan," terangnya dalam laman resmi UB, dikutip Selasa (2/2/2024).
Sama halnya dengan perayaan besar lainnya, Imlek juga merupakan momen kumpul keluarga. Maka dari itu, makna kue keranjang sekaligus memberikan semangat untuk menjaga keharmonisan hidup berkeluarga.
Selain itu, dari segi tekstur yang lembut dan kenyal, kue keranjang memiliki makna yang menunjukkan keuletan, kegigihan, dan daya juang tinggi. Sifat lengketnya melambangkan perekat persaudaraan atau mempererat keharmonisan.
Sementara itu, dari segi rasa yang manis, melambangkan kegembiraan, kenikmatan atau keberkahan hidup, dan kemampuan untuk memberi yang terbaik dalam kehidupan.
Meski bentuknya kecil, kue keranjang ini kerap disusun secara berjenjang untuk melambangkan tambahan rezeki atau kesejahteraan keluarga menjelang tahun baru.
Nah, jadi demikian sejarah dan makna kue keranjang khas perayaan Imlek. Untuk tahun ini, Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili jatuh pada Sabtu, 10 Februari 2024.
(faz/nwy)