Detikers sering overthinking atau berpikir berlebihan? Tentunya hal tersebut sangat mengganggu produktivitas sehari-hari sehingga perlu dihindari. Termasuk saat menghadapi seleksi masuk perguruan tinggi yang bakal digelar beberapa minggu lagi.
Pakar psikologi Universitas Airlangga (Unair), dr Dewi Retno Suminar Dra Msi Psi menjelaskan overthinking banyak dialami generasi Z. Mereka seringkali merasa overthinking hingga menimbulkan masalah seperti gangguan tidur pada malam hari.
"Gangguan tidur ini disebabkan karena adanya kegelisahan akibat berpikir berlebihan. Umumnya, seseorang yang mengalami overthinking akan gelisah sepanjang malam dan tidak nyaman untuk tidur di malam hari," ujarnya, dikutip dari laman Unair, Sabtu (3/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Overthinking merupakan gangguan psychological disorder. Seseorang yang overthinking akan terus memikirkan permasalah secara terus-menerus tanpa mencoba menemukan solusi.
Dampak dari overthinking adalah menjadikan waktu terbuang sia-sia sehingga mengurangi produktivitas. Seseorang yang overthinking bahkan dapat mengalami gangguan kesehatan seperti susah tidur, tidak nafsu makan, hingga gangguan pencernaan.
Menurut Dewi, kecemasan dan rasa takut akan semakin dirasakan menjelang masa penerimaan mahasiswa baru. Banyak siswa yang berpikir kemungkinan buruk seperti gagal masuk perguruan tinggi yang mereka idamkan.
"Nah, hal ini juga berdampak pada konsentrasi siswa. Overthinking menyebabkan seorang siswa tidak fokus dan akan berdampak pada menurunnya produktivitas," imbuhnya.
Tips Terhindar dari Overthinking
1. Kenali Diri dengan Baik
Mengenali diri dengan baik atau self awareness menjadi poin pertama yang harus dimiliki siswa. Dengan mengenali diri, maka siswa akan bisa menentukan jurusan yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
"Permasalahan umum para siswa yang akan meneruskan ke jenjang perguruan tinggi adalah tidak mengetahui bakat dan minatnya. Mereka cenderung mengikuti saran orang tua tanpa melihat bakat dan minatnya," jelasnya.
2. Mengenali Resiko dari Keputusan
Keputusan yang diambil akan selalu menimbulkan risiko baik maupun buruk. Oleh karena itu, Dewi menyarankan siswa untuk memutuskan pilihan jurusan dengan baik-baik, tidak gegabah apalagi ikut-ikutan pilihan teman.
"Mengenali risiko atas keputusan yang diambil merupakan hal urgensi agar para siswa-siswi tidak menyesal telah mengambil keputusan tersebut. Maka dari itu, pentingnya analisis risiko dan riset sebelum melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi," kata Dewi.
3. Yakin dengan Diri
Dewi mengingatkan siswa untuk lebih yakin terhadap diri, dibandingkan banyak overthinking. Setelah mengenali diri dan resiko, seharusnya siswa bisa menerima apapun hasil yang didapat tanpa harus overthinking sebelum penerimaan mahasiswa baru dimulai.
"Dengan harapan, siswa-siswi dapat mengendalikan rasa overthinking dan fokus atas diri sendiri untuk mendapatkan perguruan tinggi yang diimpikan," ucapnya.
(cyu/pal)