Kisah Si Lobster Pohon, Hewan Terinvasi Tikus yang Dapat Kloning Diri Sendiri

ADVERTISEMENT

Kisah Si Lobster Pohon, Hewan Terinvasi Tikus yang Dapat Kloning Diri Sendiri

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 28 Jan 2024 09:00 WIB
Serangga tongkat Pulau Lord Howe, Australia (Dryococelus australis)
Serangga tongkat Pulau Lord Howe, Australia (Dryococelus australis). Foto: Zoos Victoria via Science Alert.
Jakarta -

Apakah detikers pernah mendengar soal lobster pohon? Serangga yang amat langka ini hanya tersisa 20 hingga 30 ekor di alam liar.

Populasinya ditemukan kembali pada tahun 2001 setelah serangga tersebut dianggap punah selama 80 tahun. Serangga tongkat Pulau Lord Howe, Australia (Dryococelus australis) itu sekarang bertahan hidup dalam bahaya di singkapan gunung berapi yang disebut Piramida Bola.

Piramida Ball sejatinya bukanlah tempat yang aman bagi spesies yang terancam punah. Tempat itu rawan terhadap cuaca buruk dan tanah longsor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sana hanya ada satu spesies tanaman pangan, Melaleuca howeana, yang dapat dimakan oleh serangga batang herbivora. Semak-semak tersebut terhimpit oleh tanaman merambat yang invasif, yang tidak dapat dihilangkan seluruhnya karena akarnya menahan tanah di tebing.

Jadi beberapa kebun binatang di seluruh dunia telah berupaya untuk membawa si lobster pohon turun dari tepi tebing. Kini, Kebun Binatang San Diego, California, Amerika Serikat mengundang pengunjung untuk melihat langsung hewan-hewan Australia yang luar biasa dan tahan terhadap kepunahan.

ADVERTISEMENT

"Mendekatkan tamu kami dengan spesies langka dan ikonik ini adalah cara yang bagus untuk meningkatkan kesadaran terhadap hewan-hewan yang kurang dikenal yang hidup di dunia," jelas ahli entomologi Kebun Binatang San Diego, Paige Howort, dikutip dari Science Alert.

"Dalam banyak hal, penyerbukan; dekomposisi; predasi; dan sekadar sebagai makanan bagi hewan lain, invertebrata memungkinkan adanya kehidupan bagi kita semua," jelasnya.

Nyaris Tak Sisa gegara Tikus

Serangga tongkat di Pulau Lord Howe pernah berkerumun di dahan pohon ara Teluk Moreton (Ficus macrophylla) dan pohon teh berbulu (Leptospermum lanigerum) di pulau asal mereka, di lepas pantai timur Australia.

Namun serangga yang besar dan seukuran telapak tangan ini menjadi makanan pada invasi tikus 1918. Tikus-tikus itu berpesta, berkembang biak, dan berpesta lagi, hingga tidak ada satu pun lobster pohon yang dapat ditemukan.

Tikus-tikus tersebut juga melahap lebih banyak spesies asli hingga tidak ada lagi di pulau itu, termasuk lima burung, dua tumbuhan, dan 12 invertebrata lainnya.

Betinanya Mampu Kloning Diri Sendiri

Setelah tidak terlihat sejak 1920, serangga tongkat Lord Howe dinyatakan punah pada 1986. Namun, rumor tentang kotoran dan kulit serangga dari para pendaki pada 1960-an mengungkap perlindungan rahasia serangga tersebut di tumpukan laut vulkanik yang berjarak 23 kilometer dari pulau.

Animasi Sticky, oleh Jilli Rose menggambarkan kisah hewan tersebut, termasuk narasi tentang penemuan kembali mereka di Piramida Ball. Meskipun jumlahnya sangat sedikit dan di tempat terpencil, kemungkinan besar kemampuan bertahan hidup yang luar biasa ini disebabkan oleh kemampuan betina untuk mengkloning dirinya sendiri melalui reproduksi partenogenetik.

Para peneliti semula ragu-ragu memindahkan individu-individu yang tersisa tersebut karena takut menempatkan para serangga ke risiko lebih lanjut. Namun, pada tahun 2003, tim penyelamat dengan aman mengekstraksi empat si serangga tongkat untuk memulai program perkembangbiakan.

Bersama-sama Kebun Binatang Melbourne, Bristol (sekarang ditutup), dan San Diego telah membentuk populasi penangkaran yang kini berjumlah ribuan.

Sejak 2019, telah dilakukan upaya besar-besaran untuk membasmi tikus di Pulau Lord Howe dengan bantuan anjing pendeteksi tikus. Mulai dari siput darat yang terancam punah hingga Lord Howe Woodhen yang tidak bisa terbang, kebangkitan satwa liar unik di pulau ini pun terjadi.

"Apa yang sedang terjadi adalah kebangkitan ekologi," kata Hank Bower, warga Pulau Lord Howe, kepada Laura Chung di The Sydney Morning Herald pada tahun 2022.

"Ada tanaman merambat yang kita tidak tahu seperti apa bentuk buahnya, orang-orang mengambil foto serangga dan mengirimkannya ke Museum Australia dan mengatakan bahwa kita hanya punya tiga tanaman yang pernah tercatat, tetapi kita melihat ratusan serangga. Semuanya bermekaran, semua tanaman berbunga dan kita melihat hamparan bibit," jelasnya.

Pihak kebun binatang berharap populasi mereka yang kini berkembang pesat akan digunakan untuk mengembalikan serangga tersebut ke pulau asalnya setelah pulau tersebut dianggap aman dan bebas tikus.

"Spesies ini pernah menjadi pengubah utama materi vegetatif dan memainkan fungsi penting dalam ekologi pulau ini sebagai insinyur ekosistem, meningkatkan kekayaan dan mempercepat daur ulang nutrisi," kata ahli ekologi pemerintah negara bagian NSW, Nicholas Carlile.

"Mereka saat ini merupakan bagian yang hilang dari sebuah teka-teki dan akan sangat luar biasa ketika melihat mereka kembali ke hutan suatu hari nanti," ungkapnya.




(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads