Pada akhir Desember 2023 lalu, gempa dengan kekuatan M 4,8 terjadi di Kabupaten Sumedang. Berdasarkan analisis, BMKG menemukan adanya sesar atau patahan baru yang menjadi penyebabnya.
Sebelum terjadi gempa, sesar di daerah Kabupaten Sumedang tersebut belum dipetakan. Oleh karena itu, potensi gempa tak hanya dapat mengguncang wilayah yang sudah terpetakan sesarnya tetapi juga wilayah lainnya.
Hal ini disampaikan oleh Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr Ir Ismawan M T. Ismawan menjelaskan gempa bumi di Sumedang tidak terjadi akibat aktivitas sesar Cileunyi-Tanjungsari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan gempa di Sumedang terjadi akibat pergerakan sesar yang selama ini belum terpetakan. Ia mengingatkan kepada masyarakat di wilayah lainnya, terkhusus Jatinangor untuk waspada juga.
"Meskipun kita tidak berada di daerah yang selama ini sudah dipetakan, tetapi tetap harus waspada," ujar Ismawan dikutip dari laman Unpad, Kamis (11/1/2024).
Gempa Tektonik Tak Menunjukkan Tanda-Tanda
Ismawan menyebut gempa di Sumedang termasuk gempa tektonik atau terjadi karena pergerakan patahan aktif. Gempa jenis ini tak menunjukkan tanda-tanda sebelumnya.
Menurutnya, pemetaan letak sesar harus dikaji lebih sering lagi. Dengan mengetahui lokasi mana saja dan arah sesar, maka bisa mencegah kerusakan besar jika suatu saat terjadi gempa.
"Karena kalau ada gempa yang paling rusak itu sepanjang garis itu. Kalau sekitar-sekitarnya kalau gempanya tidak terlalu besar, meskipun merusak, goncangan saja mungkin tidak membuat infrastruktur yang cukup besar rusak," jelas Ismawan.
Potensi Gempa Susulan
Setelah gempa besar terjadi, biasanya ada gempa susulan dengan Magnitudo yang lebih kecil. Ismawan tak menampik bahwa kerusakan infrastruktur bisa terjadi akibat gempa-gempa susulan.
"Karena pada saat gempa utama banyak infrastruktur yang sudah mulai rusak, sehingga mungkin digoyang sedikit saja bisa rusak. Jadi tidak bisa mengatakan bahwa gempa susulan lebih aman," jelasnya.
Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk lebih waspada. Simulasi mitigasi bencana gempa pun perlu dilakukan kepada anak-anak untuk menumbuhkan kesiapsiagaan menghadapi bencana besar.
"Kalau kita sudah sering melakukan simulasi seperti itu, tindakan kita mungkin bukan dari hasil pikiran, tetapi sudah otomatis, sehingga risiko bencana itu bisa jauh dikurangi," kata Ismawan.
(cyu/faz)