Pangandaran, Jawa Barat, diguncang gempa berkekuatan magnitudo (M) 5,5 pada pukul 05.43 WIB, Kamis (28/12/203). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa terjadi pada kedalaman 14 kilometer.
Titik koordinat gempa berada di 8,11 lintang selatan dan 107,89 bujur timur. Getaran gempa terasa di sejumlah daerah dalam Skala MMI IV di Garut, III di Cilacap, III di Pelabuhan Ratu, III di Sukabumi, II-III Bandung, III di Cianjur, III di Pangandaran, II-III di Bogor.
MMI III adalah getaran yang dirasakan di dalam rumah. Sedangkan MMI IV pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BMKG dalam detikNews mengungkap gempa Pangandaran merupakan gempa intraplate yang bersumber dari salah satu lempeng utama di RI, lempeng Eurasia. Apa itu?
Tentang Lempeng Eurasia Penyebab Gempa Pangandaran
Lempeng Eurasia merupakan salah satu dari tiga lempeng tektonik di Indonesia di samping Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Pertemuan ketiga lempeng itulah RI menjadi daerah rawan gempa bumi.
Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah utara dan menyusup ke dalam lempeng Eurasia. Sementara Lempeng Pasifik bergerak relatif ke arah barat.
"Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempa Bumi besar dengan kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami sehingga Indonesia juga rawan tsunami," tulis BMKG dalam laman resminya.
Mengenai Gempa Interplate
Lalu, gempa interplate yang terjadi di Pangandaran merupakan gempa Bumi yang berlangsung di dalam interior alias bagian dalam lempeng. Menurut laman MAGMA Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, gempa ini tidak sesering dan sebesar gempa Bumi interplate atau gempa Bumi yang terjadi sepanjang batas lempeng.
Gempa jenis ini disebabkan oleh peregangan pada interior lempeng. Peregangan tersebut dapat terjadi akibat perubahan suhu atau tekanan pada batuan.
(nir/nir)