Laguna 'Hilang' di Tengah Gurun Ini Ungkap Organisme Kehidupan Awal Bumi

ADVERTISEMENT

Laguna 'Hilang' di Tengah Gurun Ini Ungkap Organisme Kehidupan Awal Bumi

Noor Faaizah - detikEdu
Kamis, 21 Des 2023 20:00 WIB
Gundukan hijau stromatolit di bawah laguna
Gundukan hijau stromatolit di bawah laguna
Jakarta -

Apakah detikers pernah mengunjungi laguna? Lanskap Bumi yang menyajikan perairan tenang seperti danau dangkal ini ternyata juga menyimpan sejarah kehidupan di Bumi.

Salah satunya adalah laguna di gurun Puna de Atacama di Argentina yang ditemukan Brian Hynekz, dosen Universitas Colorado Boulder. Laguna sebening kristal tersebut ternyata menampung gundukan batu berlapis mikroba, yang dikenal dengan sebutan stromatolit.

Komunitas mikroba ini menurutnya menjadi awal bukti kehidupan di Bumi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Laguna ini bisa menjadi salah satu contoh modern terbaik dari tanda-tanda awal kehidupan di Bumi," kata Brian Hynek, dikutip dari laman Universitas Colorado Boulder.

"Ini tidak seperti apa pun yang pernah saya lihat atau, sungguh, seperti apa pun yang pernah dilihat ilmuwan mana pun," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Menemukan Laguna di Gurun

Hynek semula diajak melakukan eksplorasi ke barat laut Argentina oleh Dr Maria Farias, ahli mikrobiologi dari PUNABIO Environmental Consulting. Berdasarkan hasil pengamatan satelit, Hynek menemukan jaringan laguna di gurun dataran tinggi di Puna de Atacama.

Puna de Atacama merupakan dataran tinggi raksasa dengan ketinggian lebih dari 3.660 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kawasan ini berada di perbatasan Argentina dengan Chili.

Mereka lalu mendaki beberapa mil melewati lanskap tandus. Di sana, mereka menemukan laguna.

Di antara 12 laguna seluas 10 hektar, terdapat perairan dangkal yang jernih dan dataran garam. "Di beberapa tempat, kami tenggelam dalam lumpur garam," ujar Hynek.

Fosil Organisme di Ekosistem Air Asin

Dalam pengamatannya, Hynek menemukan stromatolit berwarna hijau yang telah menjadi fosil komunitas organisme, dengan lebar 5 meter dan tinggi beberapa kaki.

Organisme-organisme individu akan bergabung menjadi komunitas besar dan menempel pada permukaan sekitarnya. Mereka menggunakan pasir dan kalsium hingga menjadi keras seperti batuan.

Mengutip dari laman IFL Science, mikroba ini seperti bakteri pereduksi sulfat. Mereka membentuk lapisan tempat organisme fotosintesis ini menumpuk satu sama lain untuk mendapat akses sinar Matahari.

Stromatolit hidup mampu tumbuh setinggi 1 meter. Namun kini, mereka rentan terhadap spesies yang dapat mengungguli pertumbuhan yang lebih cepat.

Akibatnya, mereka hanya dapat bertahan hidup di lingkungan keras dan langka seperti air yang cukup asin. Akibatnya, mereka dapat membunuh hampir semua cabang pohon kehidupan lainnya.

"Sungguh menakjubkan bahwa Anda masih dapat menemukan hal-hal yang tidak terdokumentasikan seperti itu di planet kita," ujar Hynek.

Bukti Sejarah Awal Kehidupan di Bumi

Meskipun dilihat sebagai bukti sejarah kehidupan awal di Bumi, stromatolit ternyata bukan kehidupan yang pertama. Bukti isotop menunjukkan kehidupan dimulai sekitar 4,1 miliar tahun yang lalu, tetapi fosil stromatolit tertua berusia 3,5 miliar tahun.

Mungkin ada contoh-contoh fosil kehidupan yang lebih awal, tetapi berada di tempat-tempat yang secara geologis tidak bisa mempertahankan keberadaannya saat ini.

Ketika Hynek menguji sifat kimia dari temuan tersebut, dia mengetahui bahwa temuannya memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi dibanding contoh-contoh kuno dari tempat lain.

Spesimen stromatolit yang Hynek pecahkan sebagian besar terbuat dari gipsum (CaSO4 2H2O) dengan inti merah muda. Sebab, stromatolit tersebut mengandung banyak archaea dan permukaan yang dilapisi cyanobacteria.

Lokasi ini menawarkan air yang sangat asin dan asam, serta sinar Matahari yang tidak tersaring oleh atmosfer bagian bawah. Hynek menduga ini mungkin sangat mirip dengan masa awal Bumi.

Banyak ahli astrobiologi telah mengunjungi Atacama dan menganggapnya sebagai lokasi Mars kuno yang paling mudah dijangkau, dan Hynek berpendapat bahwa penemuannya membenarkan hal tersebut.

"Jika kehidupan berevolusi di Mars hingga mencapai tingkat fosil, keadaannya akan seperti ini. Memahami komunitas modern di Bumi ini dapat memberitahu kita tentang apa yang harus kita cari saat mencari fitur serupa di bebatuan Mars," jelas Hynek.

Lokasi tersebut memiliki banyak potensi penelitian. Namun para peneliti harus bertindak cepat jika mereka ingin mengkonfirmasi pengamatan awal ini.

Sebeb, Atacama mengandung banyak sumber daya litium yang dapat menjadi sasaran perusahaan baterai. Berdasarkan catatan Hynek, sudah ada sejumlah perusahaan tambang yang hendak menyewa lokasi tersebut untuk keperluan industri.

"Keseluruhan ekosistem unik ini bisa hilang dalam hitungan tahun. Kami berharap dapat melindungi beberapa situs ini, atau setidaknya memerinci apa yang ada di sana sebelum hilang atau berubah selamanya," kata Hynek.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads