Film 'Dr Samsi' Tahun 1952 Direstorasi, Karya Sutradara Perempuan Pertama di RI

ADVERTISEMENT

Film 'Dr Samsi' Tahun 1952 Direstorasi, Karya Sutradara Perempuan Pertama di RI

Novia Aisyah - detikEdu
Kamis, 21 Des 2023 09:30 WIB
Kemendikbudristek merestorasi film lawas tahun 1952
Film Dr Samsi. Foto: 20Detik
Jakarta -

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) akan meluncurkan film hitam putih hasil restorasi bertajuk Dr Samsi yang diproduksi pada 1952. Film ini merupakan karya Ratna Asmara (1913-1968), sutradara perempuan pertama di Indonesia.

Dr Samsi adalah salah satu film dengan materi seluloid 35mm yang disimpan dalam koleksi Sinematek Indonesia dalam kondisi nyaris musnah dan tak lengkap. Maka dari itulah Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek harus segera merestorasinya.

Kisah Dr Samsi

Film Dr Samsi menceritakan perjalanan emosional seorang dokter bernama Samsi. Dia merawat anak hasil hubungan gelapnya dengan seorang perempuan bernama Sukaesih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anak yang diberi nama Sugiat itu pun kian dewasa dan menjadi pengacara yang tak mengetahui kebenaran soal ibu kandungnya. Ketika Sugiat pulang ke Indonesia setelah sekolah hukum di luar negeri, dia pun harus menangani kasus Sukaesih yang dituduh menghabisi suaminya sendiri bernama Leo.

"Film yang diproduksi tahun 1952 ini menjadi penanda penting perkembangan industri sineas Indonesia yang tetap relevan hingga kini. Dari film ini memberikan inspirasi ke pegiat sinema sekarang untuk menjelajahi tema-tema universal menggugah hati," kata Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra di Jakarta (13/12/2023) lalu, dikutip dari arsip rilis laman Kemdikbud.

ADVERTISEMENT

Tantangan Utama Restorasi

Koordinator Utama Digitalisasi dan Restorasi Kemendikbudristek, Rizka Fitri Akbar mengatakan pihaknya sejak 2020 sudah menggagas rencana untuk restorasi film Dr Samsi.

"Kami telah menemukan beberapa kriteria di film itu untuk melakukan alih-media menuju restorasi. Tahun 2021, kami melakukan inspeksi secara fisik dan tadinya berharap tahun itu bisa langsung melakukan restorasi. Tapi ternyata tidak bisa karena materi fisik yang sangat parah dan tidak lengkap," jelas Rizka sebelum pemutaran film Dr Samsi di Jakarta pada Selasa (19/12/2023), dikutip dari Antara pada Rabu (20/12/2023).

Rizka menyebut pada 2022 pihaknya memperoleh bantuan untuk memperbaiki fisik film itu oleh kegiatan terhadap sutradara Ratna Asmara. Ketika itu, objek yang ada di Sinematek adalah Dr Samsi. Rizka mengatakan akhirnya tahun ini film tersebut dinyatakan harus direstorasi karena materi fisik yang semakin rusak.

"Tantangan utama adalah materi yang tidak lengkap dan nyaris punah. Jika dibiarkan walau terus diperbaiki, maka ada namanya penyakit autokatalitik yang membuat film akan hancur ketika tiba masanya," terang Rizka.

Dia menyampaikan masalah utama yang muncul dalam film Dr Samsi adalah kualitas audio yang mengalami kerusakan cukup berat.

"Audio copy positif sudah washed out, sedangkan copy negatif tidak lengkap. Jadi hasil restorasi kali ini adalah kombinasi dari semua materi tersebut," ujar Rizka.

Dia memaparkan restorasi tak mengenal durasi dan biaya karena amat bergantung pada materi film yang didapat. Pada tahap restorasi, tim akan mengumpulkan data sebanyak mungkin untuk mengembalikan keadaan film yang mendekati.

"Hasilnya tidak bisa kami lebihkan atau kurangi," kata dia.

Terlebih menurutnya penyakit yang ada dalam materi film belum bisa diduga hingga tim membuka barangnya. Sebagai contoh dalam film Tiga Dara, butuh waktu 13 bulan karena biayanya sudah berhenti.

Film Dr Samsi adalah yang kelima direstorasi. Sebelumnya Kemendikbudristek sudah merestorasi empat judul film yakni:

  1. Darah dan Doa (The Long March) karya Usmar Ismail pada 1950 dan direstorasi pada 2013
  2. Pagar Kawat Berduri karya Asrul Sani produksi tahun 1961 dan direstorasi tahun 2017
  3. Bintang Ketjil karya Wim Umboh dan Misbach Yusa Biran produksi tahun 1963 dan direstorasi tahun 2018
  4. Kereta Api Terakhir karya Mochtar Soemodimedjo produksi tahun 1981 dan direstorasi pada tahun 2019.



(nah/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads