Gangguan kesehatan mental Generasi Z atau Gen z meningkat hingga 200%. Seperti dilansir dari laman Kemenkes, sebanyak 6,1 persen penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental.
Spesialis kedokteran jiwa dr Lahargo Kembaren, SpKJ membenarkan adanya peningkatan tersebut. Dalam praktek klinisnya, dr Lahargo mengungkapkan gangguan kesehatan mental yang paling banyak ditemui pada Gen Z adalah gangguan kecemasan, depresi, dan bunuh diri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam hal ini, kapasitas mental dan tingkat stress menjadi penyebab utama. Menurutnya, kurangnya kapasitas mental membuat Gen Z rentan terhadap gangguan kesehatan jiwa.
"Faktor penyebabnya kalau untuk gangguan kejiwaan itu ada dua. Pertama, karena kapasitas mental yang kurang baik. Kedua, karena tingkat stressor yang cukup besar," jelasnya dalam detikHealth dikutip Senin (18/12/2023).
2 Faktor Utama Gangguan Kesehatan Mental pada Gen Z
Lebih lanjut, dr Lahargo mengatakan bahwa kapasitas mental yang menjadi faktor utama ini dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
- Genetik
- Pola asuh orang tua
- Pendidikan
- Regulasi emosi
- Keterampilan sosial
- Kemampuan hidup.
Adapun stressor, jelasnya, adalah beragam masalah pada psikososial seseorang, yakni hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mentalnya.
"Stressor ini adalah beragam masalah psiko sosial yang dialaminya. Entah itu di sekolah dengan beratnya pelajaran, overload kegiatan sehari-hari, masalah pergaulan, relationship, belum lagi ada yang toxic misalnya," terangnya.
Teknologi Jadi Momok
dr Lahargo juga menyoroti dampak teknologi informasi. Meski tak selamanya buruk, perkembangan teknologi ini melahirkan dampak negatif seperti cyber bullying, adiksi terhadap media sosial dan game, serta judi online juga rentan mengganggu kesehatan jiwa Gen Z.
Keberadaan media sosial menyebabkan Gen Z membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Hasilnya, mereka mengalami penurunan kepercayaan diri hingga mental yang terganggu.
"Membuat diri merasa tak sepadan, tak selevel yang berujung pada rasa insecure secara berulang dan berlebihan," pungkasnya.
(nir/faz)