Usai ditetapkan sebagai bahasa resmi sidang umum UNESCO, bahasa Indonesia diharapkan juga jadi bahasa resmi di konferensi internasional lain dan mendunia. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek E Aminudin Aziz menuturkan, ada sejumlah pihak yang berperan dalam internasionalisasi bahasa Indonesia.
Aminudin menuturkan, perwakilan Republik Indonesia di luar negeri merupakan salah satu mitra internasionalisasi bahasa Indonesia. Termasuk di antaranya kedutaan besar, konsulat jenderal, dan lain-lain.
"Perwakilan Indonesia di luar negeri ini menjadi sangat penting ketika kita bicara tentang diplomasi, ujungnya ada di situ. Maka kami di Badan Bahasa bekerja sama secara erat dengan perwakilan Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia di 54 negara, semuanya dalam koordinasi dengan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri," kata Aminudin di Silaturahmi Merdeka Belajar di kanal YouTube Kemendikbud RI, Kamis (14/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perguruan Tinggi untuk Internasionalisasi Bahasa Indonesia
Aminudin menambahkan, berbagai pihak lain juga berperan besar dalam interasionalisasi bahasa Indonesia. Salah satunya yakni perguruan tinggi.
Selain diajarkan sebagai bahasa pengantar untuk kajian komunikasi, bahasa Indonesia di perguruan tinggi juga dijadikan alat dalam studi tentang Indonesia. Aminudin bercerita, berdasarkan pertemuan dengan salah satu dosen dari Korea Selatan, animo studi tentang Indonesia meningkat usai bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi sidang umum UNESCO.
"Rabu lalu saya bicara dengan salah seorang professor dari Korea. Beliau datang ke Indonesia, mengatakan bahwa gara-gara bahasa Indonesia disahkan sebagai bahasa resmi sidang umum (UNESCO), masyarakat Korea jadi ingin berlomba-lomba belajar bahasa Indonesia," tuturnya.
"Katanya, 'Saya kewalahan ini, tidak punya ruangan lagi. Mahasiswa sudah antre, dan yang daftar untuk semester depan itu sudah banyak sekali, ini bagaimana.' Gara-gara itu saja, mereka banyak membuat promosi, mempromosikan bahasa Indonesia di kampus," imbuhnya.
Peran Guru BIPA, Mahasiswa Diaspora, hingga Peneliti
Aminudin menuturkan, guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) sangat berperan dalam internasionalisasi bahasa Indonesia. Kendati jumlahnya pengiriman guru BIPA ke luar negeri menurun akibat COVID-19, pembelajaran tetap dapat dilakukan secara daring, lengkap dengan pemberdayaan diaspora Indonesia.
"Diaspora ini, ada yang mahasiswa, ada yang permanent resident, ada juga yang pernah belajar di Indonesia: apakah alumni (beasiswa) Darmasiswa, alumni BSBI dari Kemenlu, atau alumni-alumni lain. Mereka jadi bagian program kita dalam mengajarkan bahasa Indonesia," tuturnya.
Peneliti Indonesia menurut Aminudin juga gencar menjadi bagian internasionalisasi bahasa Indonesia ketika disampaikan di lingkungan mereka.
Tenaga Migran dan Internasionalisasi Bahasa Indonesia
Aminudin juga menyebut peran tenaga migran yang menjadi duta bahasa Indonesia di luar negeri. Sebab, mereka membawa bahasa Indonesia dalam kesehariannya, termasuk pada orang-orang asing dan anak-anak yang berinteraksi dengannya.
"Ini blessing in disguise yang membawa berkah. Ketika banyaknya tenaga migran Indonesia di Malaysia, Singapura, China, dan Arab Saudi, dan di manapun yang banyak tenaga migran Indonesia, mereka menjadi duta-duta bahasa kita sebetulnya," jelasnya.
"Karena mereka mengajarkan bahasa Indonesia pada anak-anak yang mereka asuh. Secara tidak sadar, penduduk setempat, anak-anaknya begitu, belajar bahasa Indonesia dari mereka. Dan ini besar sekali pengaruhnya," sambung Aminudin.
Sementara itu, di dalam negeri, Aminudin menyorot peran lembaga seperti Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan terhadap internasionalisasi bahasa Indonesia.
"Dan jangan lupakan juga asosiasi profesi, seperti APPBIPA (Afiliasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) misalnya, yang sangat berperan memobilisasi guru-guru mereka untuk mengajarkan BIPA," pungkasnya.
(twu/nwk)