Otak kita memproduksi dopamin. Zat yang termasuk neurotransmitter ini berfungsi sebagai pembawa pesan kimiawi yang memfasilitasi komunikasi antara sel-sel saraf di otak dan tubuh. Dopamin terlibat dalam fungsi-fungsi seperti gerakan, kognisi, dan pembelajaran.
Dopamin lebih dikenal akan kaitannya dengan emosi positif, tetapi para ilmuwan kalo ini turut mengeksplorasi perannya dalam pengalaman negatif.
Sebuah studi dari para peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Wake Forest menunjukkan bahwa pelepasan dopamin terlibat dalam proses pembelajaran dari pengalaman positif dan negatif, sehingga memungkinkan otak menyesuaikan dan mengadaptasi perilakunya berdasarkan hasil dari pengalaman tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebelumnya, penelitian telah menunjukkan bahwa dopamin memainkan peran penting dalam cara hewan belajar dari pengalaman yang rewarding (dan mungkin punishing). Namun, masih sedikit penelitian yang dilakukan untuk menilai secara langsung apa yang dilakukan dopamin dalam rentang waktu yang cepat di otak manusia," kata Kenneth T Kishida, profesor Fisiologi dan Farmakologi serta Bedah Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Wake Forest.
"Ini adalah studi pertama pada manusia yang meneliti bagaimana dopamin mengkodekan reward dan punishment dan apakah dopamin mencerminkan sinyal pembelajaran yang optimal, seperti digunakan dalam penelitian kecerdasan buatan paling canggih saat ini," imbuhnya.
Untuk penelitian ini, para peneliti di tim Kishida menggunakan pemindaian cepat voltametri siklik yang dipadukan dengan pembelajaran mesin untuk mendeteksi dan mengukur kadar dopamin secara real-time yaitu 10 pengukuran per detik.
Namun, metode ini cukup menantang dan hanya dapat dilakukan selama prosedur invasif seperti operasi otak-stimulasi otak dalam atau deep brain stimulation (DBS). Stimulasi otak dalam umumnya digunakan untuk mengobati kondisi seperti penyakit Parkinson, tremor esensial, gangguan obsesif-kompulsif, dan epilepsi.
Tim Kishida berkolaborasi dengan ahli bedah saraf Atrium Health Wake Forest Baptist Stephen B Tatter dan Adrian W Laxton yang juga merupakan anggota fakultas di Departemen Bedah Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Wake Forest.
Peneliti memasukkan mikroelektroda serat karbon, jauh ke dalam otak tiga peserta di Atrium Health Wake Forest Baptist Medical Center yang dijadwalkan menerima DBS.
Saat para peserta terjaga di ruang operasi, mereka memainkan permainan komputer sederhana. Saat mereka memainkan permainan tersebut, pengukuran dopamin dilakukan di striatum, yaitu bagian otak yang penting untuk kognisi, pengambilan keputusan, dan gerakan terkoordinasi.
Selama permainan, pilihan peserta diberi imbalan atau hukuman. Tingkat dopamin diukur terus menerus, setiap 100 milidetik sekali sepanjang tiga tahap permainan.
"Kami menemukan bahwa dopamin tidak hanya berperan dalam memberi sinyal pengalaman positif dan negatif di otak, tetapi tampak optimal ketika kita mencoba belajar dari pengalaman tersebut," kata Kishida.
"Secara tradisional, dopamin sering disebut sebagai 'neurotransmitter kesenangan'," kata Kishida.
"Namun, penelitian kami memberikan bukti bahwa ini bukanlah gagasan yang tepat tentang dopamin. Sebaliknya, dopamin adalah bagian penting dari sistem canggih yang mengajarkan otak kita dan memandu perilaku kita," terangnya.
(nah/faz)