Mengenal Tari Ja'i, Tarian Tradisional Suku Ngada NTT yang Bawa Jokowi Berjoget

ADVERTISEMENT

Mengenal Tari Ja'i, Tarian Tradisional Suku Ngada NTT yang Bawa Jokowi Berjoget

Nikita Rosa - detikEdu
Selasa, 05 Des 2023 10:00 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menari bersama warga Nusa Tenggara Timur (NTT). (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) menari bersama warga Nusa Tenggara Timur (NTT). (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) ikut menari bersama warga Nusa Tenggara Timur (NTT) setelah bermain sepakbola bersama. Diketahui, tarian itu merupakan tarian tradisional Suku Ngada bernama tari Ja'i.

Setelah pertandingan sepakbola selesai, para penari yang mengenakan pakaian motif tenun khas NTT berbaris mengiringi Jokowi berjalan dari lapangan menuju kendaraan. Salah satu penari, Neli, merasa senang bisa bertemu langsung dengan Jokowi.

"Senang, bahagia, Pak, luar biasa. Yang selama ini kami menantikan Bapak Presiden harus bertemu langsung, tapi hari ini kami semua khusus untuk orang Bajawa hanya dengan (tari) Ja'i bisa ketemu dengan Bapak Presiden," ungkapnya dalam keterangan Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, dikutip Selasa (5/12/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Neli bercerita Jokowi sempat memintanya menunjukkan gerakan tari Ja'i.

"Presiden hanya putar, putar, putar," ucap Neli sambil memperagakan gerakan tarian Ja'i.

ADVERTISEMENT

Jokowi pun menari bersama para penari lainnya. Lantas, apa latar belakang dibalik tarian tradisional ini?

Sejarah Tari Ja'i

Tari Ja'i pada awalnya menjadi tarian milik etnis Ngada dan hanya untuk tarian pembuka atau pelengkap dari ritual mendirikan rumah adat. Tari ini untuk merayakan sukacita dari kemuliaan jiwa dan kemerdekaan roh dan bentuk permohonan serta perlindungan kepada Yang Maha Kuasa.

Menurut laman Warisan Budaya Kemdikbud, sejarah awal mula tari Ja'i merupakan hasil karya cipta nenek moyang dan leluhur masyarakat Ngada. Pencipta tarian ini tidak diketahui pasti, tetapi telah diwariskan secara turun-temurun sebagai warisan leluhur beberapa generasi sebelumnya.

Namun secara lisan, telah dijelaskan secara turun-temurun kepada tokoh-tokoh masyarakat, seniman dan para budayawan. Konon, tarian ini berasal dari India yang pada abad pertengahan dibawa para eksodus India ke Flores, NTT.

Tak heran kalau ada yang menyebutkan bahwa tari Jai khas Ngada-Bajawa ini mirip dan sebangun dengan satu jenis tarian populer di India bernama Jai Ho.

Siapa yang Bisa Menari Ja'i?

Gerakan tari Ja'i dimulai dari para penari yang terpilih mulai berkumpul dan berbentuk barisan lurus memanjang. Kemudian seorang pemimpin, yang disebut Maza, akan mengumandangkan syair-syair berisi ajakan kepada seluruh masyarakat untuk turut serta berpartisipasi.

Tidak ada batasan usia dalam pemilihan penari, hanya saja dalam upacara adat penari tari Jai ini dipilih oleh tetua adat sesuai dalam penerawangan. Namun saat acara yang bukan ritual, para penari tidak terbatas jumlahnya.

Kendati demikian, penari yang diperbolehkan hanya anggota keluarga, kerabat dari pemilik hajatan. Jika orang yang tidak ada hubungan keluarga ikut serta akan dikenakan sanksi berupa menyumbang kurban atau sembelih babi.

Seiring perkembangannya, tarian ini tidak hanya ditampilkan untuk acara adat semata. Namun tarian juga sering ditampilkan di berbagai acara pentas budaya baik di tingkat daerah, nasional, bahkan internasional, menyambut wisatawan dan tamu-tamu kehormatan dan dimasukkan ke dalam ekstrakurikuler sekolah.

Gerakan Tari Ja'i

Gerak dan irama kaki tari Ja'i dimulai dari berupa langkah kaki yang tidak utuh, berputar setengah lingkaran di tempat sambil merentangkan tangan. Kemudian berjalan maju lagi dengan gerakan kaki setengah pincang.

Kesamaan gerak antar penari pria dan perempuan menunjukan konsep, nasib dan atau derita serta kesamaan derajat antara keduannya. Pada umumnya para penari pria selalu berada disebelah kanan perempuan, menandakan pria dan perempuan selalu berada dalam kebersamaan dan pria selalu menjadi pelindung bagi perempuan.

Selanjutnya, susunan penari yang berjejer menggambarkan kebermaknaan dalam struktur kehidupan dalam masyarakat. Tarian Ja'i menempatkan orang paling depan sebagai pemimpinnya.

Para penari tetap bergerak sesuai dengan susunan awal. Dalam gerakan maju dan mundur tidak ada yang saling mendahului. Para penari, khususnya penari pria, lengkap membawa pedang.

Para penari harus dapat menyesuaikan irama Jai dengan bunyi gong bernama Laba Go. Bunyi Laba Go mengatur ritme gerakan tari Jai.




(nah/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads