Hari Artileri Nasional menjadi salah satu peringatan penting bagi Indonesia. Peringatan ini jatuh pada tanggal 4 Desember dan dirayakan setiap tahunnya oleh seluruh masyarakat, terutama oleh para anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Peringatan Hari Artileri Nasional menjadi tonggak sejarah perkembangan penggunaan senjata artileri di Indonesia sejak masa Belanda. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sejarahnya, simak baik-baik ulasan berikut sampai akhir.
Apa Itu Artileri?
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artileri adalah senjata untuk melontarkan proyektil. Sehingga artileri ini secara sederhananya dipahami atau dikenal sebagai senjata berat yang digunakan oleh pasukan keamanan negara, seperti TNI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu pula dilansir dari situs resmi Pasmar TNI, secara umum artileri merupakan sebutan untuk persenjataan yang berupa senjata-senjata berat jarak jauh beserta pasukan pengawaknya, meliputi medan darat maupun udara. Dikutip dari buku Melindungi Negara, fungsi artileri adalah untuk menghancurkan unsur lawan di darat, laut, dan udara.
Artileri memiliki banyak jenis seperti meriam, howitzer, roket, peluru kendali, dan meriam pertahanan udara. Beberapa senjata tersebut pada dasarnya memiliki fungsi yang sama, hanya saja karakteristiknya yang berbeda.
Sejarah Hari Artileri Nasional
Kemampuan menggunakan artileri atau senjata berat di Indonesia pertama kali pada masa penjajahan Belanda, sebagaimana dilansir dari situs Kelas Pintar Kemdikbud. Pada masa itu, Belanda melatih beberapa pemuda Indonesia untuk mengoperasikan artileri.
Pelatihan tersebut yang kemudian menjadi awal mula Indonesia mampu mengoperasikan artileri dan menjadi tonggak lahirnya Hari Artileri. Beberapa pemuda Indonesia yang mendapatkan pelatihan artileri antara lain Soerio Santoso, Memet Rahman Ali Soewardi, Sadikin, Oerip Soemohardjo, Raden Askari RM Pratikno Suryosumarno, Tjhwa Siong Pik, Giroth Wuntu, Rudy Pirngadi, Abdullah, J Minggu, Aminin, dan TB Simatupang.
Kemudian ketika Jepang menyerah pada 16 Agustus 1945, para pemuda tersebut mulai mengambil alih sarana artileri untuk mendukung kemerdekaan Indonesia yang sebelumnya masih dikelola oleh Belanda. Hingga setelah Indonesia merdeka, pada 5 Oktober 1945, dibentuklah Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Kala itu TKR mengadakan pelatihan penggunaan senjata dan untuk mengambil alih sarana artileri. Pelatihan secara khusus dipimpin oleh Kapten Soewandi dengan menggunakan senjata hasil rebutan dari Jepang. Pelatihan ini ditujukan untuk mempersiapkan para pemuda TKR dalam menghadapi pertempuran.
Setelah TKR melakukan pelatihan dan ikut dalam pertempuran Surabaya pada 10 November 1945, kemudian Batalyon Artileri Pertama meresmikan Markas Artileri. Markas Artileri ini diresmikan oleh Letnan Jenderal Urip Soemohardjo yang berlokasi di Yogyakarta pada 4 Desember 1945.
Dilansir dari laman Pussenarhanud, pembentukan markas tersebut berdasarkan Kep Kasad Nomor Kep/1074/9/1965 tanggal 31 Mei 1966. Kemudian pimpinan Markas Artileri dipercayakan kepada Mayor RM Sardjito Kusumo Suryo.
Pada saat yang bersamaan, Letnan Kolonel RM Pratikno Suryosumarno diangkat menjadi komandan Artileri Pertama Indonesia. Komandan Diklat TNI Angkatan Darat kemudian menyatakan bahwa 4 Desember ditetapkan sebagai Hari Artileri Nasional berdasarkan peresmian Markas Artileri Pertama.
Semenjak peresmiannya tersebut, tanggal 4 Desember tidak hanya ditetapkan sebagai Hari Artileri Nasional. Tanggal tersebut juga menjadi peringatan hari jadi Korps TNI Angkatan Darat yang kemudian seiring perkembangan zaman berubah menjadi hari jadi Korps Armed TNI AD.
Kini Hari Artileri Nasional masih diperingati secara keseluruhan di Indonesia. Pada tahun ini peringatannya jatuh pada hari Senin, 4 Desember 2023. Hari Artileri Nasional tahun 2023 merupakan peringatan ke-78.
Demikian informasi mengenai peringatan Hari Artileri Nasional dan sejarahnya yang menambah wawasan detikers mengenai perkembangan senjata artileri di Indonesia.
(nwk/nwk)