71 Tahun lalu, seorang siswa laki-laki di Skotlandia kena hukuman menggali kentang di tanah halaman sekolahnya. Tidak disangka, ia justru menemukan sebuah patung Mesir kuno.
Temuan siswa tahun 1952 itu kelak diketahui sebagai artefak pertama dari 18 peninggalan Mesir kuno di sekolahnya sepanjang penggalian 1952-1984. Temuan mereka adalah satu-satunya benda Mesir kuno yang dinyatakan secara resmi sebagai Harta Karun Skotlandia. Namun, belum diketahui kenapa peninggalan dari Benua Afrika tersebut bisa sampai di kepulauan Britania Raya.
Kini, tim peneliti menemukan sedikit titik cerah bagaimana artefak itu berpindah lokasi jauh dari asalnya. Studinya akan dilaporkan secara resmi oleh Dr Elizabeth Goring dan Dr Margaret Maitland di jurnal Proceedings of the Society of Antiquaries of Scotland. Dikutip dari laman National Museums Scotland, berikut sekilas kisahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
18 Artefak Mesir Kuno di Halaman Sekolah
Dr Elizabeth Goring adalah seorang kurator baru di Museum Kerajaan Skotlandia pada 1984, yang kini menjadi Museum Nasional Skotlandia. Saat itu, sekelompok anak remaja laki-laki membawa sebuah benda untuk dicek.
Benda tersebut berbentuk patung perunggu laki-laki Mesir. Sang anak mengaku menemukannya di balik tanah halaman sekolah dengan detektor logam.
Siswa laki-laki tersebut diketahui berasal dari sekolah yang dikelola Dewan Regional Fife, Skotlandia. Rupanya, sekolah itu menyelenggarakan pendidikan di Melville House, sebuah rumah megah yang dibangun Earl of Melville pertama pada 1697.
Patung Mesir Kuno yang Dikira Kentang
Goring belakangan mengetahui bahwa sekolah itu sebelumnya sudah dua kali melaporkan temuan artefak Mesir kuno. Temuan pertama yakni pada 1952, saat seorang siswa yang dihukum mencabut kentang menemukan patung batu pasir merah berbentuk kepala dari dinasti ke-12.
Pada tahun penemuan pertama itu, Melville House ditempati sekolah swasta Sekolah Kastil Dalhouse. Patung yang semula dikira kentang itu lalu dibawa dari sekolah Dalhouse ke Museum Kerajaan Skotlandia, lalu menjadi koleksi museum.
Temuan Artefak Kuno di Jam Olahraga
Temuan kedua terjadi pada 1966. Sebuah patung nazar perunggu berbentuk banteng Apis ditemukan seorang siswa laki-laki saat sedang latihan lompat di jam pelajaran olahraga. Sang anak mendarat di atas patung yang mencuat dari balik tanah itu.
Uniknya, guru pembimbing sang anak rupanya adalah siswa yang pada 14 tahun sebelumnya menemukan patung Mesir kono saat mencabut kentang. Pada 1966, ia yang sudah menjadi guru membawa benda temuan siswanya ke Museum Kerajaan Skotlandia untuk diidentifikasi.
Asal-usul Patung Mesir Kuno di Skotlandia
Goring berpendapat, ketiga objek peninggalan tersebut saling berkaitan dan pernah menjadi koleksi yang terhubung dengan Melville House. Investigasinya lebih lanjut di lokasi menemukan potongan bagian atas dewi Isis yang sedang menyusui putranya Horus, hingga bagian plakat bergambar mata Horus.
Penelitian lanjutan untuk mengetahui pemilik asli benda-benda tersebut di Inggris saat itu belum membuahkan hasil. Karena itu, objek-objek Mesir kuno itu diperlakukan sebagai harta karun dan dialokasikan ke Museum Kerajaan Skotlandia.
Kendati demikian, peneliti menduga peninggalan Mesir kuno tersebut diperoleh Alexander, Lord Balgonie (1831-1857). Alexander merupakan pewaris properti yang mengunjungi Mesir pada 1856 bersama kedua saudara perempuannya untuk berobat setelah kesehatannya memburuk akibat bertugas di Perang Krimea.
Ketika Balognie dan saudaranya di Mesir, para konsul dan pedagang lazim mengunjungi hotel atau perahu yang lewat untuk berjualan barang antik. Peneliti memperkirakan, saat itulah benda-benda Mesir kuno tersebut sampai ke tangan Balgonie yang terbujur di kasur atau di tangan saudara perempuannya yang kemudian mengoleksinya.
Artefak Mesir kuno tersebut diperkirakan tersimpan beberapa lama di Melville House sekembalinya Balognie ke Britania Raya. Namun, objek-objek tersebut kemungkinan dipindahkan ke bangunan lain di area rumah atau dibuang karena menyimpan memori Bolognie saat berobat yang kemudian meninggal.
Bangunan tempat penyimpanan artefak tersebut kemungkinan dihancurkan sehingga benda-benda bersejarah itu menyatu dengan puing-puing bangunan. Selama ratusan tahun, artefak tersebut jadi luput dari perhatian dan baru terungkap mulai 1952.
Pengunjung Museum Nasional Skotlandia saat ini dapat melihat patung kepala megah di galeri Mesir Kuno yang Ditemukan Kembali .
Bagi Goring, menggali dan meneliti temuan-temuan ini di Melville House merupakan proyek paling tidak biasa dalam karir arkeologinya. Ia mengaku senang bisa menceritakan kisah ini secara lengkap dalam hidupnya.
"Mengungkap benda-benda Mesir kuno di Fife jelas merupakan hal yang tidak terduga, dan penelitian selanjutnya untuk mengetahui asal muasal koleksi tersebut telah memberikan kisah yang menarik, meskipun memiliki misteri lebih lanjut yang mungkin tidak akan pernah terpecahkan," tutur Goring.
Rekan peneliti Goring Kurator Utama Mediterania Kuno do Museum Nasional Skotlandia, Dr Margaret Maitland, menuturkan bahwa artefak-artefak Mesir kuno di negerinya menjadi bukti sejarah yang kompleks.
"Koleksi ini sangat menarik, terlebih lagi karena misteri asal muasalnya di negara ini. Penemuan artefak Mesir yang telah terkubur di Skotlandia selama lebih dari seratus tahun merupakan bukti skala pengumpulan barang antik abad ke-19 dan sejarahnya yang kompleks," ucapnya.
"Merupakan tantangan yang menarik untuk meneliti dan mengidentifikasi beragam artefak, termasuk beberapa objek yang luar biasa--patung pendeta perunggu adalah bentuk yang relatif langka, sedangkan patung kepala batu pasir adalah mahakarya patung Mesir," sambung Maitland.
Direktur Society of Antiquaries of Scotland, Dr Simon Gilmour, mengaku senang dapat menerbitkan kisah ini di jurnal tahunan mereka.
"Kami sangat senang menerbitkan makalah luar biasa ini di jurnal tahunan kami. Sejak 1851, proceedings telah membagikan penelitian mutakhir dan berkualitas tinggi mengenai sejarah dan arkeologi Skotlandia. Lebih dari 170 tahun kemudian, kami menerima kiriman dari siapa pun yang ingin berbagi cerita baru tentang masa lalu Skotlandia," ucapnya.
(twu/nwy)