Labirin bawah tanah di Malta, Eropa selatan diperkirakan pernah jadi tempat perlindungan sekitar 6.000 tahun lalu. Luasnya sekitar 1.300 meter persegi. Lambat laut, labirin ini menjadi satu dari sedikit nekropolis yang ditemukan bukan di Mesir.
Istimewanya lagi, nekropolis ini punya 'tiga lantai' atau bertingkat tiga untuk sekitar 7.000 jenazah di sana. Ia pun dikenal sebagai Δ¦al Saflieni Hypogeum. Dikutip dari laman World Heritage Convention UNESCO, artinya ruang makam bawah tanah.
Nekropolis adalah pekuburan yang terletak di luar sebuah kota atau pemukiman besar. Berbeda dengan area pemakaman umumnya, jasad di nekropolis tidak ditanam di tanah, melainkan di atas tanah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di nekropolis Lembah Ratu Mesir, contohnya, jasad ratu yang sudah dimumikan diletakkan di peti. Peti tersebut diletakkan di atas tanah ruangan makamnya, bukan dikubur dalam tanah. Nekropolis juga berisi barang-barang kesukaan almarhum maupun barang yang dinilai perlu untuk memastikannya lancar dalam perjalanan di alam baka.
Ditemukan Tukang Batu
![]() |
Hal Saflieni Hypogeum terletak di puncak bukit di Paola, Malta, Eropa Selatan. Kompleks pemakaman ini tidak sengaja ditemukan oleh tukang batu. Saat itu, ia hendak membuat fondasi untuk membangun sejumlah rumah.
Sayangnya, ketika keberadaan Hypogeum sampai ke telinga pihak berwenang, hampir semua rumah sudah berdiri dan siap ditinggali. Alhasil, lantai teratas atas nekropolis ini mengalami kerusakan yang tidak dapat dikembalikan seperti semula, dikutip dari laman Heritage Malta.
Nekropolis Tingkat Tiga
Kendati demikian, Hypogeum tetap merupakan situs prasejarah orang Malta yang masih terawetkan dengan sangat baik. Situs Hal Saflieni Hypogeum menjadi properti negara pada akhir 1903. Penggalian pun dilakukan sampai 1911.
Hasilnya, ditemukan bahwa nekropolis ini bertingkat tiga dengan masing-masing keunikan. Lantai atas Hypogeum terdiri dari lubang-lubang besar dengan lorong tengah. Di tiap sisi lubang terdapat ruang pemakaman. Salah satu ruang masih berisi deposit pemakaman asli.
Beberapa ruang pemakaman di lantai tengah memiliki finishing yang mulus. Interiornya mirip struktur zaman megalitikum yang ada di atas permukaan tanah.
Sedangkan ruang-ruang paling dalam di lantai terbawah punya empat relung samping. Posisinya sedalam 10,6 meter di bawah permukaan jalan.
Penguburan Orang Megalitikum
Sisa kerangka tertua orang Malta zaman kuno di nekropolis ini berasal dari 4000 SM. Ini artinya, kerangka tersebut ditemukan hampir 6.000 tahun kemudian.
Tiap orang di Hypogeum tidak dimakamkan terpisah, melainkan ditumpuk. Jasad orang Malta di zaman megalitikum itu diperkirakan dibiarkan terbuka sampai dagingnya mengalami pembusukan dan rontok. Tulang-tulang yang tersisa kelak dikumpulkan, lalu dikubur di ruang makam.
Tulang-tulang tersebut dikubur bersama pewarna dari tanah liat atau oker merah yang banyak. Diperkirakan, oker dipakai untuk memberi warna darah sebagai simbol kehidupan pada tulang.
Sejumlah tengkorak menunjukkan tanda-tanda adanya modifikasi tengkorak agar lebih panjang. Praktik ini lazim ditemukan di Mesir kuno untuk bayi yang kelak menjadi pendeta. Pengerjaan saat bayi dinilai lebih mudah untuk membentuk tulang yang belum sekeras saat dewasa.
Karena tengkorak tersebut, muncul spekulasi tentang siapa yang sebenarnya mendirikan nekropolis tersebut. Namun, hingga saat ini orang Malta di fase Zebbug, Ggantija, dan Tarxienlah yang diperkirakan menggunakannya pada 4000-2500 SM.
Peninggalan di Nekropolis Eropa
![]() |
Tembikar dengan dekorasi berdesain rumit, kancing kerang, manik-manik, hingga jimat dari batu dan tanah liat ditemukan di Hypogeum. Ada juga ukiran batu berbentuk burung dan hewan lain, yang diperkirakan merupakan liontin.
Temuan yang dinilai paling menarik di Hypogeum berupa arca-arca kecil dari batu dan tanah liat yang berupa manusia. Salah satunya yaitu Sleeping Lady, patung berupa perempuan tidur di kasur atau sofa yang dikagumi karena detail pengerjaannya.
Pengerjaan Hypogeum
Tidak hanya pengerjaan artefak Hypogeum yang sangat detail, tetapi juga bangunannya sendiri. Nekropolis Eropa ini diperkirakan berawal dari gua alami. Seiring waktu, orang Malta memperluasnya dengan kapak dari tanduk, batu api, dan obsidian.
Ruang-ruang makam didesain agar cahaya Matahari masuk ke liang dalam tersebut, kendati diperkirakan struktur bawah tanah itu juga punya atap. Di samping itu, cahaya yang masuk juga tampak sejalan dengan titik balik Matahari musim dingin (winter solstice).
Situs nekropolis Eropa ini kelak masuk masuk Daftar Warisan Dunia UNESCO pada 1981. Keberadaannya dinilai menjadi jejak peradaban yang telah punah.
(twu/nwk)