Semut merupakan predator kecil yang bisa memangsa hewan-hewan lain yang berukuran lebih besar dari tubuh mereka, seperti katak, kadal, ataupun burung. Hewan ini juga terkenal memiliki kerja sama tim yang luar biasa. Terlebih kemampuan arsitektur mereka dalam membuat struktur konstruksi.
Umumnya, kemampuan ini banyak ditemukan pada semut di wilayah Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Afrika ketika mereka menjelajahi lantai hutan dalam bentuk barisan panjang.
Ketika semut berjalan dan menemui suatu rintangan di dahan pohon atau celah dedaunan, gerombolan tersebut akan bekerja sama membangun "jembatan". Tubuh mereka akan saling berdempetan agar kedua sisi bisa tersambung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemampuan ini dipelajari lebih lanjut oleh peneliti dari New Jersey Institute of Technology, Amerika Serikat Isabella Muratore Isabella Muratore dan dipresentasikan dalam pertemuan Entomological Society of America pada awal November 2023.
"Para pekerja akan berusaha melewati celah tersebut, dan kemudian pekerja lain akan berjalan di atasnya," kata Muratore kepada NPR yang dikutip detikEdu.
Menurut Muratore, pada dasarnya semut-semut tersebut membuat jalan pintas untuk mempermudah semut lain melintasi sesuatu yang tidak bisa mereka lewati. Cara semut tentara yang membangun "jembatan" dengan menghubungkan tubuh mereka ini ternyata memberikan wawasan terhadap para ilmuwan algoritma robot.
Kemampuan Arsitektur dan Pengambilan Keputusan
Dilansir dari laman NPR, dibandingkan mengambil jalan yang berbelit-belit guna menghindari rintangan ternyata semut cenderung membuat 'jembatan' untuk mengefisiensikan perburuan mereka.
Dengan begitu, semut dapat mengumpulkan lebih banyak makanan dalam waktu yang lebih singkat. Namun, ketika beberapa semut membangun jembatan akan menimbulkan kerugian koloni akibat semut yang bertugas menopang jembatan tidak dapat ikut berburu.
Muratore pun mempelajari pengambilan keputusan semut dengan secara sengaja menempatkan penghalang di jalan mereka saat mereka menavigasi hutan. Dia kemudian memvideokan proses tersebut dan menganalisis lalu lintas pergerakan semut.
Meskipun secara individu, semut memiliki otak yang kecil. Namun, secara kolektif ternyata semut mempertimbangkan biaya dan manfaat dari sebuah pembuatan jembatan.
Muratore mengidentifikasi titik mana yang memiliki kesenjangan cukup besar untuk membenarkan pembangunan jembatan, namun tidak terlalu besar sehingga dibutuhkan terlalu banyak semut untuk melakukannya.
Hasilnya, semut akan membangun jembatan di tempat mereka mendapatkan manfaat terbesar dengan jumlah tubuh paling sedikit.
Kecerdasan Kolektif Jadi Inspirasi Pembuatan Algoritma Robot
Berdasarkan pengamatannya, Muratore juga menemukan bahwa rangkaian jembatan dapat memengaruhi seberapa besar kekuatan semut yang bersedia 'diinvestasikan' pada setiap jembatan.
"Sama seperti manusia, kita tidak hanya membangun satu jembatan. Kita harus memutuskan, bagaimana keseluruhan jalan ini jika melewati banyak rintangan yang berbeda" kata David Hu, profesor teknik di Georgia Institute of Technology, dikutip dari laman NPR (22/11/2023).
David Hu sebelumnya telah mempelajari secara mendalam bagaimana semut api membuat rakit untuk bertahan hidup dari banjir. Dia mengaku penelitian semacam ini dapat memberikan pencerahan baru terkait kecerdasan kolektif.
Hu membandingkan setiap semut dengan neuron dalam otak besar yang bergerak untuk memutuskan dimana mereka harus membangun jembatan. Pengambilan keputusan kolektif yang dilakukan semut ini ternyata berdampak pada teknologi manusia.
Para insinyur robotika telah menerapkan perilaku kolektif yang dipelajari dari penelitian semut untuk membangun algoritma robot yang dapat dirakit sendiri.
"Merupakan tantangan besar bagi robotika sejak lama untuk mengambil sekumpulan bagian-bagian robot dan membuangnya dan membuat robot tersebut mampu menyatukan dirinya sendiri serta memecahkan masalah yang lebih besar," kata Hu.
Menurutnya, kemampuan mengoptimalkan keputusan arsitektur kolektif semut menjadi inspirasi robotika untuk mengembangkan robot yang mampu menyelesaikan masalah menarik di dunia nyata.
"Semut benar-benar mampu memecahkan masalah ini dengan kekuatan otak yang sangat kecil," ujar Hu.
(pal/pal)