Penelitian baru menyebutkan bahwa bencana banjir yang mengerikan bisa terjadi di beberapa negara akibat curah hujan yang tinggi. Kondisi ini bisa semakin buruk dengan adanya krisis iklim.
Menurut Tim Inisiatif Atribusi Cuaca Dunia (WWA) yang meneliti perubahan iklim, ditemukan bahwa polusi penyebab pemanasan global memicu terjadinya curah hujan yang tinggi dan ekstrem.
Bahkan, hal ini 50 kali lebih mungkin terjadi di negara Libya dengan tingkat 50 persen kondisinya buruk. Selain Libya, daerah lain seperti Yunani, Turki, dan Bulgaria juga kemungkinan akan mengalami hal serupa pula, bahkan dengan perkiraan curah hujan 10 kali lebih besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir CNN Internasional, curah hujan ekstrem yang tinggi berpotensi menyebabkan kehancuran. Hal ini karena diperburuk oleh berbagai faktor seperti infrastruktur yang tidak memadai dan banyaknya pembangunan di daerah rawan terjadinya banjir.
Misalnya, sejak awal bulan September 2023 lalu, curah hujan ekstrem sudah melanda beberapa wilayah Mediterania. Di Spanyol, pada 3 September mengalami hujan lebat yang besar dalam beberapa jam saja.
Namun, dampaknya secara langsung menyebabkan banjir hingga menewaskan sedikitnya enam orang.
Badai Daniel yang Mematikan
Peneliti mencatat, adanya Badai Daniel juga menyebabkan terjadinya banjir bandang yang besar di Yunani, Turki, dan Bulgaria selama empat hari.
Akibat badai tersebut, jembatan di dekat Delta Sungai Pinios di Yunani runtuh setelah sepuluh hari terjadinya Badai Daniel. Setidaknya terdapat 17 orang tewas di Yunani dan sebagian besar lahan pertanian terendam air banjir.
Kondisi ini menimbulkan berbagai kerusakan yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk kembali seperti semula. Sedangkan di Turki dan Bulgaria, diketahui Badai Daniel memakan sekitar 7 orang korban yang tewas.
Untuk di Libya sendiri, Badai Daniel menyebabkan runtuhnya dua bendungan dan mengakibatkan gelombang air setinggi 7 meter menerjang wilayah tersebut, tepatnya di Kota Derna.
Diperkirakan terdapat 4000 orang tewas, dengan lebih dari 10000 orang yang masih hilang dan belum ditemukan.
Dampak Perubahan Iklim yang Nyata: Hujan Ekstrem Meningkat
Para ilmuwan WWA menganalisis data iklim dengan membandingkan iklim saat ini yang 1,2 derajat celcius lebih hangat dengan iklim dunia, untuk mengetahui dampak perubahan iklim terhadap intensitas curah hujan lebat.
Hasilnya menunjukkan bahwa Libya mengalami perubahan iklim yang memungkinkan terjadinya curah hujan ekstrem hingga 50 kali lipat dan intensitasnya mencapai 50%. Diperkirakan fenomena tersebut terjadi setiap 600 tahun sekali.
Sementara di Yunani, Turki, dan Bulgaria curah hujan mencapai 10 kali lebih besar dan 40% lebih deras dan seharusnya kemungkinan ini terjadi setiap 10 tahun sekali. Namun bagi Yunani, fenomena tersebut mungkin hanya terjadi setiap 80 sampai 250 tahun sekali.
Faktor Manusia
Peneliti menyebutkan, ada kaitan antara hubungan perubahan iklim dengan curah hujan,d i mana setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius maka udara dapat menahan kelembaban sekitar 7% lebih banyak.
"Melalui peristiwa ini kita dapat melihat bagaimana perubahan iklim dan faktor manusia dapat terhubung menciptakan dampak yang kompleks," kata Maja Vahlberg, dari Pusat Iklim Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Friederike Otto dari Imperial College London mengatakan, untuk saat ini, langkah yang dapat diambil untuk mengurangi resiko adalah dengan sistem peringatan dini dan rencana evakuasi yang lebih baik.
"Mengurangi kerentanan dan meningkatkan ketahanan terhadap segala jenis cuaca ekstrem sangat penting untuk menyelamatkan nyawa," jelasnya.
Ke depan, ilmuwan mengatakan membutuhkan penelitian semacam ini yang berguna untuk mengetahui bahwa perubahan iklim telah memengaruhi peristiwa curah hujan ekstrem di berbagai wilayah dunia.
(faz/faz)