Riset Anak UGM soal Pengemis Online: Tak Ringankan Beban, Kemiskinan Justru Langgeng

ADVERTISEMENT

Riset Anak UGM soal Pengemis Online: Tak Ringankan Beban, Kemiskinan Justru Langgeng

Nikita Rosa - detikEdu
Jumat, 17 Nov 2023 11:30 WIB
ilustrasi pengemis
Temuan Tim Riset UGM Soal Pengemis Online. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Stas_V)
Jakarta -

Akhir-akhir ini, konten pengemis online tengah bertebaran di media sosial. Umumnya, konten akan berisi orang yang berjoget sesuai nominal gift atau konten orang mandi lumpur sambil bilang "terima kasih orang baik".

Menurut riset yang dilakukan oleh Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM RSH) Cyber Begging dari Universitas Gadjah Mada (UGM), alasan terbanyak orang memberikan gift kepada pengemis online adalah karena rasa empati. Mereka memberikan gift karena mempertimbangkan kesejahteraan pengemis online.

"Mereka juga mengalami perasaan tidak nyaman saat menyaksikan pengalaman negatif dari pengemis online. Alhasil, mereka memiliki keinginan untuk meringankan beban fisik atau psikologis pengemis online," kata Ketua Tim PKM RSH Cyber Begging UGM, Safa Nur'aini Yunisa Wijayanti, dalam laman UGM dikutip Jumat (17/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim yang dibimbing oleh Ibu Dr. Aprilia Firmonasari, dengan anggota Safa Nur'aini Yunisa Wijayanti, Carissa Andis Wiyatno Putri, Aqilurrachman Abdul Charitz, Dyahayu Sekar Anggraini, dan R. A. Haru Veda Gautama, itu menemukan jika perilaku tolong-menolong tidak meringankan masalah yang dialami pengemis online.

Tidak Meringankan Masalah Pengemis Online

Meski tolong-menolong bukan perilaku yang salah, tetapi memberikan hadiah tidak sepenuhnya meringankan masalah para pengemis online. Tim PKM RSH Cyber Begging menemukan adanya pola perilaku berupa keterpaksaan, mencari keuntungan, dan pengulangan yang terjadi antara pengemis online dan pemberi gift.

ADVERTISEMENT

"Artinya, dengan memberikan gift kita belum tentu membantu pihak yang kita kasihani. Di sisi lain, kita malah menciptakan sebuah siklus kemiskinan yang akan semakin sulit untuk diputus," jelasnya.

Akan Kirim Masukan ke Kominfo

Tim juga menemukan adanya dampak bumerang dari perilaku tolong menolong di media sosial. Penelitian menemukan jika aksi ini justru mendorong pengemis dan pemberi gift melakukan hal yang sama secara berulang.

"Dalam konteks mengemis online, perilaku tolong menolong ini tidak selamanya baik, perilaku ini malah dapat memberikan stimulus kepada pengemis online untuk melakukan hal yang sama secara terus-menerus," ujar Safa.

"Apabila terus dibiarkan, pola-pola ini akan menyebabkan banyak dampak negatif, salah satunya adalah munculnya siklus kemiskinan. Oleh karena itu, perilaku tolong menolong terhadap pengemis online ini harus segera dicari solusi dan jalan keluarnya," imbuhnya.

Saat ini, Tim Cyber Begging telah menyusun policy brief yang akan diusulkan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo) dan Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos). Harapannya, masukan policy brief dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan maraknya pengemis online.




(nir/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads