Kisah Ellingson, Arkeolog yang Karyanya Diplagiasi Rekan Sendiri Selama 90 Tahun

ADVERTISEMENT

Kisah Ellingson, Arkeolog yang Karyanya Diplagiasi Rekan Sendiri Selama 90 Tahun

Baladan Hadza - detikEdu
Rabu, 15 Nov 2023 19:30 WIB
Dr. Mary Ellingson
Foto: Doc. Universitas Evansville
Jakarta -

Bagaimana perasaan detikers jika karya yang kamu ciptakan justru diplagiasi oleh rekan sendiri? Kondisi ini benar-benar terjadi pada mantan arkeolog Universitas Evansville, yakni Dr. Mary Ellingson yang karyanya diplagiasi oleh rekan penelitiannya.

Saat masih hidup, Ellingson melakukan penggalian di situs Olynthus di Yunani pada tahun 1930-an. Penggalian ini berfokus pada arsitektur domestik dan memberikan wawasan tentang aspek-aspek pribadi budaya Yunani kuno.

Keterlibatan Ellingson dalam mengarahkan pekerja Yunani dan mendokumentasikan patung terakota di lapangan menjadi landasan tesis masternya, yakni David Robinson.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karya Ellingson Diterbitkan Atas Nama Rekannya Sebanyak Dua Kali

Beberapa tahun kemudian, Robinson melanjutkan analisis terobosannya dengan menyusun disertasinya. Ia mendefinisikan ulang penafsiran patung-patung Yunani kuno yang dilakukan oleh Ellingson sebelumnya.

Tindakannya tersebut berujung pada plagiasi, sebab Robinson menerbitkan kedua dokumen milik Ellingson atas namanya sendiri sebagai bagian dari seri Penggalian Olynthus.

ADVERTISEMENT

Parahnya, tindakan ini sama sekali tidak terdeteksi selama beberapa dekade sampai ditemukannya kembali album foto Ellingson.

Keadilan yang Terlambat untuk Ellingson

Pada suatu saat, album foto Mary Ellingson dan surat-suratnya dari tahun 1931 ditemukan oleh Dr. Alan Kaiser, seorang profesor arkeologi dari Universitas Evansville.

Setelah menemukan bukti tersebut, Kaiser mengungkap sejarah ini dalam bukunya, yang diterbitkan pada tahun 2014 yang berjudul "Arkeologi, Seksisme, dan Skandal."

Melansir dari laman resmi Universitas Evansville, tindakan Kaiser ini mendapat respon dari pengulas dan pendukung bukunya. Mereka memaksa Johns Hopkins University Press, sebagai pemegang hak cipta seri Penggalian Olynthus untuk mengakui kontribusi Ellingson.

Pada tahun lalu, mereka mengajukan petisi kepada Perpustakaan Kongres untuk memperbaiki catatan sejarah dengan menambahkan nama Dr. Ellingson sebagai penulis dalam entri katalog seri tersebut.

Akhirnya, pada Oktober 2023 lalu, Perpustakaan Kongres mengumumkan bahwa mereka secara resmi menambahkan nama Mary Ellingson ke dalam entri katalog seri pada Penggalian di Olynthus, sebuah publikasi arkeologi ilmiah yang berarti.

Bagi para peneliti, pengakuan penting ini tidak hanya memperbaiki ketidakadilan historis yang diderita oleh Dr. Ellingson.

Pengakuan ini juga menjadi kemenangan bagi semua orang yang tanpa lelah mencari keadilan bagi seorang perempuan yang secara tidak adil dihilangkan dari halaman sejarah, sebagaimana dilansir dari laman Inside Higher Ed.

"Mengakui kontribusi Dr. Mary Ellingson yang telah lama dirahasiakan pada seri Penggalian di Olynthus adalah langkah signifikan menuju keadilan di dunia akademis," ujar Kaiser.

"Karya inovatifnya akhirnya mendapat pengakuan yang layak, dan kisahnya menjadi inspirasi bagi semua orang yang berjuang untuk kebenaran dan pengakuan di bidangnya masing-masing," imbuhnya.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads