Indonesia mengenalkan Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) pada negara-negara anggota Colombo Plan. Program ini diharapkan mentransformasi perpustakaan umum menjadi ruang terbuka bagi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya.
Inisiatif Indonesia ini merupakan bagian dari agenda pembangunan berkelanjutan 2030 lewat Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST). Salah satunya dengan Colombo Plan.
Kepala Biro Hukum, Organisasi, Kerja Sama, dan Hubungan Masyarakat Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Sri Marganingsih menjelaskan, Colombo Plan sendiri merupakan organisasi regional yang mencakup konsep upaya kolektif antarpemerintah Laos, Malaysia, Sri Lanka, dan Vietnam untuk memperkuat pembangunan ekonomi dan sosial negara-negara anggotanya di wilayah Asia-Pasifik. Fokus utamanya yakni pengembangan sumber daya manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peningkatan Kesejahteraan Warga lewat Perpustakaan Umum
Sri menjelaskan, tahun ini, Perpusnas bersama Kemensetneg dan Kemenlu mengajak 17 peserta asal negara Colombo Plan dan Indonesia untuk berbagi praktik baik transformasi perpustakaan umum menjadi perpustakaan inklusif. Kegiatan ini akan digelar 3 tahun.
Program TPBIS dari Perpusnas dan pemda merupakan kegiatan pengembangan fungsi dan peran perpustakaan. Perpustakaan setempat dibina untuk mampu memberikan layanan yang meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan warga pengguna perpustakaan.
"Di tahun pertama ini, judul yang diangkat adalah Program Berbagi Pengetahuan tentang Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (Knowledge Sharing Program on Library Transformation Program Based on Social Inclusion) dengan tema Penguatan Peran Perpustakaan Umum dalam Meningkatkan Kesejahteraan Komunitas Lokal (Strengthening the Role of Public Libraries for Promoting Local Community Welfare). Pelaksanaannya dijadwalkan bertempat di Perpusnas selama lima hari, pada Senin-Jumat (13-17/11/2023)," kata Sri, dikutip dari laman resmi Perpusnas.
Peserta asal negara Colombo Plan dan Indonesia kemudian diajak mengunjungi salah satu perpustakaan binaan di Jakarta yang tengah bertransformasi menjadi ruang inklusif bagi warga setempat. Beberapa perpustakaan binaan TPBIS sendiri antara lain perpustakaan Mutiara Rawa Binong, Lubang Buaya, perpustakaan Payung Tunas Teratai, Cipayung, dan perpustakaan Gebang Sari, Bambu Apus di Jakarta Timur.
Pakai Dana APBN dan APBD sejak 2018
Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus Perpusnas, Nani Suryani menjelaskan, program prioritas nasional sejak 2018 ini program TPBIS memperoleh stimulan dari APBN melalui Perpusnas. TPBIS hingga 2022 diimplementasikan di 34 perpustakaan provinsi, 296 perpustakaan kabupaten/kota, dan 1.696 perpustakaan desa/kelurahan.
Nani menambahkan, pada 2023, 450 perpustakaan di desa maupun kelurahan menjadi mitra baru TPBIS. Ia melaporkan, per Februari 2023, TPBIS sudah direplikasi di 1.205 desa/kelurahan yang tersebar di 26 provinsi. Sumber dananya dari APBD dan sumber lain.
Menurut Nani, penggunaan perpustakaan sebagai ruang inklusif warga memungkinkan masyarakat belajar meningkatkan kesejahteraan, khususnya di tengah impitan pandemi.
"Program TPBIS ini sungguh luar biasa, hal ini terlihat dari respon masyarakat termasuk dampak yang mereka rasakan. Mereka yang telah bermitra merasa terbantu, terutama ketika pandemi, yang tidak punya pekerjaan berubah menjadi entrepreneur dengan menjadi penjual online maupun rumahan untuk meningkatkan perekonomian keluarga," ucapnya.
Ia menambahkan, kehadiran peserta pelatihan asal Indonesia dari Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Brebes, Desa Gunung Putih Provinsi Kalimantan Utara, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Maros penting untuk kemudian mendampingi warganya masing-masing belajar di perpustakaan dan menghasilkan.
"Mereka yang hadir dalam kegiatan Colombo Plan ini merupakan fasilitator-fasilitator daerah yang telah berhasil untuk benar-benar mampu mendampingi masyarakat setempat dalam menghasilkan produk maupun keahlian melalui perpustakaan," pungkasnya.
(twu/pal)