Indonesia kembali dikukuhkan sebagai "Negara Paling Dermawan" di dunia versi World Giving Index (WGI) 2023. Laporan tahunan mengenai indeks kedermawanan di berbagai ini kembali menempatkan Indonesia di peringkat pertama untuk keenam kalinya secara berturut-turut dengan skor 68, sama dengan skor yang diraih tahun 2022.
The World Giving Index (WGI) adalah laporan tahunan tentang kedermawanan di seluruh penjuru dunia yang diterbitkan oleh Charities Aid Foundation (CAF).
Dikutip dari laporan tersebut, analisis data untuk laporan WGI 2023 dilakukan berdasarkan jajak pendapat secara global yang melibatkan 147.186 responden untuk menggambarkan kondisi kedermawanan di berbagai penjuru dunia selama tahun 2022.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti penilaian yang dilakukan tahun-tahun sebelumnya, ada tiga perilaku menyumbang yang dinilai dalam survei global tersebut, yakni: "menyumbang uang", "menyumbang pada orang asing/tidak dikenal" dan "partisipasi dalam kerelawanan/volunterisme".
Meski menempati peringkat pertama dan mendapat skor tertinggi, Indonesia tidak lagi menempati posisi teratas untuk ketiga perilaku memberi individu yang diukur dalam survei ini. Beberapa negara lain memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia untuk masing-masing dari tiga perilaku menyumbang tersebut.
Jamaika dan Myanmar menduduki peringkat pertama dengan skor 83% untuk kategori "membantu orang asing" dan "menyumbang uang", sementara Liberia menduduki peringkat pertama untuk "partisipasi dalam kerelawanan" dengan skor 65%.
Namun, nilai Indonesia pada 3 kategori menyumbang tersebut relatif tinggi sehingga skor keseluruhan masih tertinggi dibanding negara-negara lainnya.
10 Negara Paling Dermawan di Dunia
Indonesia
Skor indeks: 68
Komposisi indeks:
- menyumbang pada orang asing/tidak dikenal: 61%
- menyumbang uang: 82%
- partisipasi dalam kerelawanan/volunterisme: 61%
Ukraina
Skor indeks: 62
Komposisi indeks:
- menyumbang pada orang asing/tidak dikenal: 78%
- menyumbang uang: 70%
- partisipasi dalam kerelawanan/volunterisme: 37%
Kenya
Skor indeks: 60
Komposisi indeks:
- menyumbang pada orang asing/tidak dikenal: 76%
- menyumbang uang: 53%
- partisipasi dalam kerelawanan/volunterisme: 51%
Liberia
Skor indeks: 58
Komposisi indeks:
- menyumbang pada orang asing/tidak dikenal: 80%
- menyumbang uang: 30%
- partisipasi dalam kerelawanan/volunterisme: 65%
Amerika Serikat
Skor indeks: 58
Komposisi indeks:
- menyumbang pada orang asing/tidak dikenal: 76%
- menyumbang uang: 61%
- partisipasi dalam kerelawanan/volunterisme: 38%
Myanmar
Skor indeks: 57
Komposisi indeks:
- menyumbang pada orang asing/tidak dikenal: 54%
- menyumbang uang: 83%
- partisipasi dalam kerelawanan/volunterisme: 34%
Kuwait
Skor indeks: 57
Komposisi indeks:
- menyumbang pada orang asing/tidak dikenal: 79%
- menyumbang uang: 54%
- partisipasi dalam kerelawanan/volunterisme: 37%
Kanada
Skor indeks: 54
Komposisi indeks:
- menyumbang pada orang asing/tidak dikenal: 67%
- menyumbang uang: 62%
- partisipasi dalam kerelawanan/volunterisme: 32%
Nigeria
Skor indeks: 53
Komposisi indeks:
- menyumbang pada orang asing/tidak dikenal: 79%
- menyumbang uang: 41%
- partisipasi dalam kerelawanan/volunterisme: 37%
Selandia Baru
Skor indeks: 53
Komposisi indeks:
- menyumbang pada orang asing/tidak dikenal: 65%
- menyumbang uang: 85%
- partisipasi dalam kerelawanan/volunterisme: 35%
Peneliti filantropi di PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center) Hamid Abidin mengatakan pencapaian Indonesia ini terbilang mengejutkan mengingat sektor filantropi di Indonesia menghadapi 3 tantangan besar sepanjang tahun 2022.
Ketiga tantangan tersebut adalah menurunnya kepercayaan masyarakat pasca penyelewengan dana sosial ACT (Aksi Cepat Tanggap), belum pulihnya kapasitas menyumbang warga setelah pandemi COVID-19, serta regulasi yang kurang mendukung, bahkan cenderung menghambat, kegiatan filantropi di Indonesia.
Namun, kuatnya nilai dan ajaran keagamaan serta tradisi menyumbang yang menjadi penopang utama kegiatan kedermawanan sosial di Indonesia membuat kegiatan filantropi tetap berkembang pesat dan diakui sebagai yang terbaik di dunia.
"Perkembangan filantropi juga akselerasi oleh berbagai inovasi dan terobosan dalam penggalangan sumbangan, khususnya pemanfaatan platform digital. Perluasan pendayagunaan sumbangan untuk program-program yang strategis dan berorientasi jangka panjang juga membuat masyarakat punya banyak opsi isu atau program yang bisa disumbang," kata Hamid.
(pal/nwk)