Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan sejumlah peneliti asal Indonesia mempertegas bahwa Gunung Padang adalah piramida tertua di dunia. Pasalnya, konstruksi tertuanya diperkirakan dibangun pada zaman Glasial akhir antara tahun 25.000 hingga 14.000 tahun lalu.
Namun, Gunung Padang diperkirakan kemungkinan besar berasal dari bukit lava alami sebelum kemudian dipahat dan dibentuk secara arsitektural. Setelah pembangunan pertama, Gunung Padang ditinggalkan selama ribuan tahun hingga mengalami pelapukan yang signifikan.
Pembangunannya dilanjutkan kembali sekitar tahun 7900-6100 SM dengan cara penguburan menggunakan timbunan tanah yang cukup besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses pembangunan situs megalitikum ini dilanjutkan sekitar satu milenium kemudian, antara 6000-5500 SM. Pembangunan terakhir dilakukan antara 2000-1100 SM, antara lain menambahkan elemen tanah atas dan teras batu.
Diperkirakan Ada Ruang-ruang Tersembunyi
Penelitian ini ditulis oleh Danny Hilman Natawidjaja dkk, dan telah terbit dalam jurnal Archaeological Prospection. Dikutip dari studi tersebut, situs Gunung Padang kemungkinan memiliki ruangan tersembunyi di dalamnya.
Melalui 3D electrical resistivity tomography (ERT), para ahli mendapatkan visualisasi yang diperkirakan merupakan ruangan-ruangan berukuran besar. Ruangan utamanya diperkirakan berdimensi 10 x 10 x 15 meter kubik, lebar x tinggi x panjang.
Batu di Gunung Padang Mirip di Nan Madol
Situs megalitikum Gunung Padang terdiri atas lima teras batu yang oleh para peneliti diberi nama Teras 1, 2, 3, 4, dan 5. Batuannya terutama terdiri dari gabungan kolom berbahan batuan basalt-andesit yang terbentuk alami dari pendinginan cairan beku panas pada suhu dan tekanan tertentu.
Beberapa contoh perbandingan teras batu ini adalah piramida berundak Lebak Cibedug dan Candi Kethek di Jawa Tengah. Pada dasarnya, konstruksi teras batu dapat ditemukan di banyak situs kuno tempat di dunia, misalnya Macchu Picchu di Peru dan Nan Madol di Pulau Pohnpei, Mikronesia.
Nan Madol sendiri menggunakan batuan sambungan kolom yang serupa dengan Gunung Padang, seperti dikutip Danny dan rekan-rekan dari McCoy dkk (2016) dan McCoy & Athens (2012). Menariknya, berdasarkan tradisi lisan, pendatang baru di Pulau Pohnpei yaitu Dinasti Saudeleur diyakini telah membangun Nan Madol, menurut McCoy dkk (2016).
Pengucapan saudeleur mirip dengan kata sadulur (bersaudara) dalam bahasa Sunda. Hal ini menjadi semakin penting dan menarik lantaran beberapa susunan batuan kolom di Gunung Padang mirip dengan yang ditemukan di Nan Madol.
(nah/twu)