.webp)
Di musim cuaca dingin yang kadang tidak menentu, pernahkah detikers ke luar rumah tanpa membawa jaket karena mengira akan cuaca akan hangat? Sayangnya, perkiraan itu keliru dan ternyata cuaca di luar yang sangat dingin.
Kondisi tersebut tentu membuat detikers ingin kembali ke rumah dan mengambil jaket atau mantel tebal untuk melindungi diri dari udara dingin. Namun, baru-baru ini, terdapat temuan unik tentang kemungkinan di masa depan kita tidak perlu repot-repot mengambil mantel, meski cuaca di luar sedang dingin.
Temuan ini berupa pengembangan kain yang bisa mengubah struktur panas dan dingin. Cukup dengan menggunakan aplikasi, maka kita dapat mengontrol tingkat isolasi pakaian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanpa harus berganti pakaian, dengan kain temuan baru ini, kita mampu menghasilkan pakaian yang mampu beradaptasi dengan cuaca dingin atau panas.
Serat Pintar Bernama FibeRobo
Sebuah kain modern ini dikembangkan oleh tim peneliti asal Massachusetts Institute of Technology (MIT). Mereka menggunakan serat pintar bernama FibeRobo untuk dapat diprogram dan kemudian bisa berubah bentuk tergantung elastomer kristal cair (Liquid Crystal Elastomer disingkat LCE).
Melansir laman Popular Science, temuan ini memungkinkan produksi pakaian yang dapat menyesuaikan struktur serat kain menjadi lebih terisolasi pada suhu dingin, atau sebaliknya ketika cuaca yang lebih hangat.
Dengan menggabungkan benang konduktif listrik, pemakai serat kain dapat langsung mengontrol pakaian FibeRobo melalui input nirkabel di ponsel pintar.
Serat Kain Bersifat seperti Cairan yang Fleksibel
Liquid (LCE) ini terdiri dari molekul-molekul yang memiliki sifat seperti cairan. Molekul ini dapat disusun menjadi formasi kristal periodik setelah dingin dan lembam.
Hal ini memungkinkan serat yang mampu berkontraksi saat terkena panas. Saat suhu turun atau lebih dingin, serat akan berbalik arah.
Serat ini tidak memiliki sensor eksternal atau komponen yang terjalin. Selain itu, FibeRobo menjadi kain yang cukup fleksibel dan kuat untuk digunakan dalam metode manufaktur tradisional seperti bordir, tenun, dan rajut.
Untuk membuat benang baru, para insinyur pertama-tama merancang mesin seperti lem yang secara perlahan mengeluarkan resin LCE yang dipanaskan melalui nosel.
Serat tersebut kemudian dipadatkan dengan menggunakan lampu UV, direndam dalam minyak, lalu dipadatkan kembali dengan sinar UV yang lebih kuat.
Setelah pembuatannya selesai, benang LCE akan digulung dan dicelupkan ke dalam bubuk untuk memudahkan pemasangan mesin produksi tekstil. Menurut tim MIT, mereka dapat memproduksi sekitar satu kilometer serat dalam satu hari.
Proyek Tekstil Cerdas untuk Efisiensi Pakaian
Sebagai bukti, tim MIT membuat jaket anjing yang dapat dikontrol Bluetooth dengan mesin rajut industri. Rompi kompresi ini mampu membantu mengatasi kecemasan setelah diuji pada salah satu hewan peliharaan peneliti.
Ke depannya, tim ingin menyempurnakan komposisi LCE mereka agar dapat terurai secara hayati atau dapat didaur ulang, serta desain keseluruhannya.
"Pada akhirnya, Anda tidak menginginkan seorang diva-fiber. Anda menginginkan serat yang, ketika mengerjakannya, termasuk dalam kumpulan bahan yang sama seperti bahan serat lainnya. Namun juga memiliki banyak kemampuan baru yang menarik," ujar Jack Forman, penulis utama makalah, dikutip dari laman MIT News.
Sementara ini, banyak proyek tekstil cerdas yang mencoba untuk memproduksi pakaian dengan berbagai macam fungsi yang berbeda-beda. Usaha-usaha tersebut pada akhirnya akan menambah jumlah pakaian di lemari.
Sedangkan temuan ini, justru mengefisiensikan jumlah pakaian. Nantinya, dengan versi terbaru serat pintar ini mampu memperkecil ukuran lemari pakaian di rumah.
(faz/faz)
