Cerita Irmandy: Mahasiswa MIT Asal RI di Balik Karya Raksasa di Gurun Amerika

ADVERTISEMENT

Cerita Irmandy: Mahasiswa MIT Asal RI di Balik Karya Raksasa di Gurun Amerika

Novia Aisyah - detikEdu
Kamis, 19 Okt 2023 15:00 WIB
Living Knitwork Pavilion
Foto: Dok.pribadi/Irmandy Wicaksono
Jakarta -

Setiap tahun di Amerika Serikat, ada sebuah pertemuan yang diadakan dengan menyulap hamparan tandus menjadi area artistik. Perhelatan ini dinamakan Burning Man.

Siapa sangka dalam agenda tahun ini ada nama mahasiswa asal Indonesia di dalamnya, dialah Irmandy Wicaksono.

Irmandy merupakan mahasiswa PhD Massachusetts Institute of Technology (MIT). Pada 2022 lalu dia menjadi satu-satunya pemuda dari Indonesia yang masuk Forbes 30 Under 30 untuk kategori kesehatan dan sains.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Burning Man 2023 yang diadakan di Gurun Black Rock, Nevada, Amerika Serikat, Irmandy dan tim membangun sebuah instalasi seni berskala besar bernama Living Knitwork Pavilion. Diketuai oleh Irmandy, para peneliti yang tergabung untuk membangun instalasi ini terdiri dari MIT Media Lab dan MIT School of Architecture and Planning.

Struktur yang dibangun oleh Irmandy dan kawan-kawannya berdiri dalam bentuk piramida dodekagonal, dengan tinggi 18 kaki (5,5 meter) dan lebar 26 kaki (7,9 meter). Menariknya, karya seni arsitektur berukuran raksasa ini dibangun dari tekstil rajutan dan kayu.

ADVERTISEMENT

Dibutuhkan waktu sekitar 6 bulan bagi Irmandy dan tim untuk mengembangkan dan membangun Living Knitwork Pavilion. Satu semester terbagi menjadi 2 bulan untuk planning, 2 bulan untuk produksi, dan 2 bulan untuk instalasi.

"Saya mendapatkan ide untuk menggabungkan riset saya yaitu smart textile dan seni motif rajutan dalam skala besar. Menurut saya terdapat peluang menarik untuk memperkenalkan material yaitu benang fungsional dan teknologi baru 3D-knitting ke dalam bidang tekstil dan arsitektur," ungkap Irmandy.

Mahasiswa PhD tersebut turut memperoleh inspirasi dari kerumitan pola tekstil dan ukiran candi-candi di Indonesia. Menurutnya, Living Knitwork berdiri sebagai suatu tempat yang spiritual serta mengundang eksplorasi dan introspeksi. Candi-candi di Indonesia mewakili ruang sakral dengan ukiran-ukiran serta memiliki fungsi sebagai tempat berkumpul dan meditasi.

"Jika dilihat lebih detail, ada ukiran di tekstil ini yang menceritakan tentang masa depan. Inspirasi lain adalah gunungan Jawa, sebuah simbol yang identik dengan pergeseran narasi di wayang kulit," ujarnya.

"Terakhir, batik tulis, yang dihiasi dengan motif geometris dan desain flora-fauna, memiliki arti penting dalam desain pola tekstil di Living Knitwork. Elemen-elemen dari motif batik Indonesia memiliki spektrum banyak makna dan aspirasi dan ini yang saya juga ingin sampaikan lewat motif-motif di tekstil ini," lanjut Irmandy.

Mendapat Honorarium

Irmandy bercerita, tahun lalu dia datang ke acara Burning Man dan merasa sangat terpukau serta terinspirasi dengan kesenian-kesenian skala besar di Gurun Black Rock. Berawal dari sana, dia mengirim proposal untuk membuat instalasi dari kain arsitektur yang interaktif. Proposal dari Irmandy akhirnya diterima dan mendapatkan honorarium dari pihak Burning Man.

Irmandy mengaku, hingga saat ini Living Knitwork Pavilion merupakan proyek terumitnya.

"Berbagai tantangan harus saya hadapi, mulai dari merancang dan membuat kain arsitektur dan struktur menara, membuat hardware dan memprogram sistem audiovisual, mengatur tim yang besar dan bekerjasama dengan orang-orang dari berbagai bidang, sampai membangun instalasi ini di gurun beberapa hari sebelum event Burning Man dibuka, dengan suhu dan badai pasir yang sangat ekstrem," pungkasnya.




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads