Melacak pergerakan mamut berbulu yang berusia 17.000 tahun merupakan pencapaian luar biasa dalam bidang paleontologi. Bagaimana tidak, mamut adalah genus gajah purba yang lahir pada zaman es atau sekitar 17.100 tahun yang lalu di pedalaman Alaska. Hebatnya lagi adalah, mamut adalah hewan pengembara yang melakukan perjalanan mengelilingi dunia.
Ukuran mamut berbulu jantan dewasa sendiri dapat mencapai tinggi bahu 12 kaki, dengan kulit tebal, bulu berbulu lebat, dan panjang gading hingga 12 kaki. Tidak ada predator yang mampu membunuh mamut dewasa, tetapi mamut muda, yang tingginya sekitar empat kaki, menjadi mangsa kucing bergigi pedang.
Melansir dari laman Smithsonian Magazine, para ilmuwan berupaya untuk melacak pergerakan mamut dengan metode menarik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Metode ini berawal dari inspirasi Matthew Wooller, seorang ahli isotop di Universitas Alaska Fairbanks. Tahun 2015, ia melihat salah satu mahasiswa pascasarjana mengamati otolith ikan, yaitu tulang telinga kecil yang menambah lapisan baru setiap tahun dan mencatat informasi kimia tentang kehidupan dan habitat ikan.
Dia sudah tertarik pada mamut setelah mempelajari kepunahan mereka di Pulau St Paul di Laut Bering. Dia membandingkan gading mamut dengan buku harian yang ditulis dari gading.
"Ia menambahkan lapisan baru setiap hari, dan lapisan-lapisan tersebut menumpuk satu sama lain seperti es krim," katanya.
"Isotop pada lapisan tersebut mencatat di mana hewan itu berada dan apa yang dimakannya pada hari itu," tambahnya.
Isotop adalah atom-atom dari unsur kimia yang sama yang memiliki berat berbeda, untuk melakukan pelacakan. Isotop ini berada di berbagai unsur di lingkungan, seperti batuan, tanah, tumbuhan, dan air, dan makhluk hidup mengambilnya. Setiap lokasi memiliki tanda tangan isotop yang khas, sehingga isotop pada gading mamut dapat mengungkapkan jalur migrasinya.
Metode pada Gading Mammoth
Pada tahun 2016, Wooller memulai proyek ini dengan mengunjungi Museum Utara Universitas Alaska, di mana ia memilih salah satu dari 174 gading mamut berbulu yang dikumpulkan oleh para peneliti universitas pada tahun 2010 di Lereng Utara Alaska.
Menurut penanggalan radiokarbon, dan pengujian genetik menunjukkan bahwa hewan itu adalah jantan yang mati sekitar 17.100 tahun yang lalu.
"Kami menjulukinya Kik, diambil dari nama Kikiakrorak," kata Wooller, yang membentuk tim yang terdiri dari 16 ilmuwan dari empat negara berbeda untuk mengerjakan penelitian ini.
Berikutnya, tim akan membelah gading ini. Salah satu tantangan fisik yang dihadapi tim adalah membelah gading mamut yang beratnya lebih dari 500 pon menjadi dua bagian. Setelah berhasil membelahnya, gading tersebut ditempatkan di laboratorium untuk analisis lebih lanjut. Setiap setengah gading memiliki panjang lima setengah kaki dan menunjukkan lapisan pertumbuhan mammoth.
Selanjutnya, analisis isotop pada gading mamut dilakukan dengan menggunakan instrumen ilmiah yang canggih, yaitu spektrometer massa plasma berpasangan induktif multi-kolektor laser ablasi. Instrumen ini menggulirkan laser sepanjang setiap irisan gading mamut, mengubah sebagian kecil menjadi debu halus, dan kemudian melakukan analisis isotop pada partikel tersebut.
Instrumen ini menghasilkan lebih dari 400.000 titik data yang membantu memetakan perjalanan mamut. Selain itu, tim juga memanfaatkan informasi dari tikus dan hewan pengerat lainnya yang dikumpulkan dari seluruh Alaska. Isotop strontium pada gigi hewan pengerat ini memberikan informasi geologis tentang lokasi mereka.
Dengan analisis strontium pada 162 hewan pengerat ini, tim membuat peta strontium Alaska, yang membantu dalam memahami lingkungan dan pergerakan mammoth.
"Nilai strontium mencerminkan geologi batuan dasar, sehingga perubahannya sangat, sangat lambat, selama jutaan tahun," kata Druckenmiller.
Setelah semua itu, tim menafsirkan hasilnya. Hasil penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang perjalanan mamut berbulu, seperti Kik, yang diperkirakan meninggalkan kawanan matriarkalnya untuk menjalani perjalanan jarak jauh sebelum akhirnya meninggal karena kelaparan.
Gading mamut Kik memberikan detail lengkap tentang riwayat hidupnya. Melalui analisis isotop pada gading, Matthew Wooller dan timnya dapat melacak pergerakan Kik dari Alaska utara ke Pegunungan Brooks. Maksimum Glasial Terakhir mengacu pada periode fase akhir Pleistosen, sekitar 20.000 tahun yang lalu. Saat itu gletser menutupi 25 persen luas daratan bumi dan permukaan laut di seluruh dunia kira-kira 400 kaki lebih rendah dibandingkan saat ini.
(nah/nah)